Mohon tunggu...
Heru Subagia
Heru Subagia Mohon Tunggu... Relawan - Aktivis Kegiatan UMKM ,Relawan Sosial dan Politik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah media ekspresi tampa batas,eksplorasi dan eksploitasi imajiner yang membahagiakan . Menulis harus tetap bertangung jawap secara individu dan di muka umum. . Hobi menulis disela -sela kesibukan menjaga toko ,mengurus bisnis ,berkegiatan di umkm dan politik dan bisnis. Lingkungan hidup juga menjadi topik utana bagi penulis untuk advokasi publik berkaitan isu isu penyelamatan dan pelestarian alam . Mari kita gemar menulis , mendobrok tradisi ,menambah literasi dan menggugat zona nyaman berbagai kehidupan .

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Garis Demarkasi Kemanusian yang Kian Susut

11 Mei 2024   09:41 Diperbarui: 11 Mei 2024   10:59 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis Sex Online marak melalui aplikasi online . Laporan dari masyarakat sudah sering disampaikan jika banyak aplikasi sosial yang difavoritkan menjadi ajang terminal penjualan sek online. Disinilah salah satu awal mulainya kluster perempuan menjadi sasaran dan target pembunuhan.

Sangat disayangkan jika kekerasan terhadap pekerja sek banyak dialami oleh wanita dan mereka menjadi korban penipuan dan juga pembunuhan sadis. Wanita menjadi korban dan pihak yang menjadi subjek kekerasan. Wanita juga menjadi target bullying atau kekerasan sosial dan psikologis ketika wanita penjaja sek menjadi korban kejahatan.

Wanita pada akhirnya beralih menjadi bagian pekerja sex online  lebih banyak didorong oleh masalah sosial dan ekonomi. Tidak dinafkahi  suami , perceraian karena faktor ekonomi dan wanita menjadi tulang punggung keluarga.

Pada akhirnya dengan keterbatasannya kondisi dan juga SDM mereka berkumpul dan jejaring bisnis sex online. Sangat kontradiktif sekali manakala korban kekerasan sek pekerja online tidak bisa melaporkan kejadian karena trauma , malu , naif atau masih rendahnya tingkat pendidikan dan literasi hukum.

Mereka penjahat dengan sengaja dan paksa membunuh perempuan memanfaatkan berbagai kelemahan fisik dan psikis . Ironinya banyak perempuan yang terbunuh adalah para pejuang keluarga, tukang punggung keluarga  atau mereka yang akan bekerja untuk dirinya dan masa depannya.
 
Jangan banyak korban lagi terjadi. Saya sangat berempati dengan apa yang sudah dilakukan oleh para pejuang nafkah keluarga. Jika itu dianggap salah dan berdosa, negara sebaiknya mengambil peran dan tanggung terhadap kondisi pekerja sek online yang dihadapi sangat kejam . Mereka hanya mempunyai ketrampilan naluriah sebagai pekerja sek online atau offline .

Jangan lagi ada korban pihak perempuan, hentikan semuanya tindakan dan juga alasannya untuk dapat kembali membenarkan perbuatannya. Mencari bagaimana solusi bertingkat untuk mencari akar masalah dan proses negosiasi pemecahan masalah.


Tetaplah kita yakinkan dalam batasan kemanusiaan, kita mempunyai banyak kesamaan untuk berjuang bersama dan akan memulai start bersama hingga finish bersama di garis demarkasi kemanusian.  Spirit kemanusiaan tetap terjaga dan bisa menjadi embarkasi spiritualisme umat manusia.

Jangan biarkan  garis demarkasi dan embarkasi kabur dan atau bahkan hilang. Kemanusian itu bagian nilai keseluruhan beragama dan juga menjadi inspirasi umat manusia menuju kebahagiaan abadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun