Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fadli Zon-Fahri Hamzah, Dua Nama nan Istimewa

12 Agustus 2020   22:42 Diperbarui: 12 Agustus 2020   22:51 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya saya sangat jarang menulis artikel bertema politik. Namun, saya tergelitik untuk meramaikan kali ini karena bisa saya tuliskan dari sisi-sisi yang rileks saja. 

Anggap saja tulisan ini untuk hiburan. Kalau bisa sebagai humor ya silakan-silakan saja. 

Nah, kalau ternyata sudah ada yang menuliskan sesuai dengan sudut pandang yang sama dengan saya, saya mohon maaf. Itu karena ketika menulis naskah ini, saya belum membaca banyak tulisan bertopik "Polemik Penghargaan Tanda Jasa".

Saya mulai saja dengan analisis ringan, enteng, tentang dua nama tokoh ini. Fadli Zon-Fahri Hamzah. Nama pertamanya sama-sama diawali dengan huruf F dan diakhiri dengan huruf i. Bahkan, huruf keduanya pun sama, yaitu a. Sementara itu nama belakangnya sama-sama memiliki huruf z. Jadi, dari sudut pandang nama, sudah istimewa karena punya persamaan.

Hal istimewa lainnya, Fadli dan Fahri sama-sama dikenal sebagai tokoh yang berani mengkritik pemerintah. Meski menurut banyak pihak kritikan mereka tidak selalu tepat, setidaknya apa yang dilakukan Fadli dan Fahri mampu mengundang perhatian publik. 

Pihak yang pro Fadli-Fahri tentu merasa senang dengan kritik-kritik yang mereka lontarkan. Sementara itu, pihak yang berlawanan akan menganggap mereka hanya sebagai pengganggu pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Namun, pernahkah kita secara langsung bertanya kepada Pak Jokowi, apakah beliau merasa terganggu? Jangan-jangan Pak Jokowi malah terhibur dengan apa yang dilakukan Fadli-Fahri, sebagai penyeimbang karena di lingkungan sekitarnya, Pak Jokowi sudah kenyang dengan pujian. 

Kita tak pernah tahu, bagaimana jika ternyata, Pak Jokowi membutuhkan keseimbangan, kritik dan pujian, bahkan caci maki dan sanjung puji, agar hidup Pak Jokowi tidak hambar, tidak datar-datar saja?

Pemberian penghargaan Bintang Mahaputera Nararya oleh Presiden Joko Widodo belum terjadi; baru akan. Namun, keramaiannya sudah terjadi, termasuk di Kompasiana ini. 

Secara tidak langsung, menurut saya dari sisi lucu-lucuan saja biar kita tidak tegang dalam membaca tulisan ini, Kompasiana sudah memberikan panggung kepada Fadli-Fahri menjadi semakin populer.

Jadi memang kedua tokoh ini istimewa, bukan? Jika tidak istimewa saya yakin Kompasiana tidak akan mengangkat topik "Polemik Penghargaan Tanda Jasa" ini. Inspirasinya ya dari nama Fadli-Fahri. 

Kita harus mengakui, siapa pun tokohnya, pasti dapat kita tulis dari dua sisi yang berbeda. Pak Jokowi, misalnya, ada yang menuliskan tentangnya dari sisi keunggulan atau kecintaan kepada beliau. Namun, ada pula yang mengupasnya dari sisi-sisi kebencian, ketidaksukaan, hingga muncul kritik dan caci maki. 

Saya sangat yakin seyakin-yakinnya Pak Jokowi memahami hal ini. Saya saja memahami, apalagi seorang tokoh seperti Jokowi, Presiden Republik Indonesia.

Jika banyak orang mengatakan pemilihan nama Fadli Zon dan Fahri Hamzah merupakan keputusan yang kontroversial, bagi saya wajar-wajar saja. Saya tidak kaget, senyum-senyum saja, karena dunia politik memang sudah sangat akrab dengan keputusan-keputusan yang mencengangkan, kontroversial, atau jauh dari harapan publik. 

Biasa itu dalam politik Indonesia. Saya menganggapnya sebagai selingan hidup, menikmati dunia politik dari sisi-sisi humornya, lucunya saja.

Dari sisi yang lebih serius, pemilihan nama Fadli-Fahri untuk diberi penghargaan Bintang Mahaputera Nararya tentu sudah melewati proses pertimbangan yang matang. Tidak mungkin asal tunjuk, tidak mungkin tiba-tiba. 

Kita semua pasti sudah memahami bahwa presiden dibantu oleh banyak ahli di bidangnya masing-masing. Mereka tidak mungkin tinggal diam dan tentu saja memberi masukan atau saran kepada presiden, termasuk ketika memilih orang-orang yang layak diberi penghargaan. 

Itu sekilas logika berpikir saya. Presiden Jokowi tidak berada di ruang hampa saat mengambil keputusan. Banyak orang, banyak faktor, dan banyak pertimbangan yang menentukan lahirnya sebuah keputusan.

Jadi, menurut saya, jangan buru-buru berprasangka buruk tentang pemilihan nama Fadli-Fahri. Setidaknya dua nama ini sudah membawa beberapa keistimewaan. 

Siapa tau Presiden Jokowi pun menganggap Fadli-Fahri merupakan tokoh istimewa dan layak mendapatkan penghargaan. Kita semua tak pernah tahu kebenaran sesungguhnya, bukan? Itulah dunia politik, penuh misteri, penuh kejutan, penuh penafsiran, tapi juga penuh kelucuan.

Jangan anggap serius ya tulisan ini, untuk intermeso saja, daripada bengong melompong atau terlalu banyak berpikir negatif . Ini juga sebagai ajang untuk memberanikan diri saya menulis di bidang yang tidak saya kuasai dengan baik, di zona yang tidak nyaman, tapi saya tetap mencoba menuliskannya.

Salam santun, salam sehat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun