Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Susahnya Berbuat Baik

30 Maret 2024   21:05 Diperbarui: 2 April 2024   00:31 1781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beramal aman/Foto: Hermard

Dalam KBBI, kata amal memiliki arti perbuatan baik yang mendatangkan pahala (menurut ajaran agama Islam). Hal tersebut dilaksanakan dengan tujuan melakukan kebaikan terhadap masyarakat atau sesama manusia (memberi derma, mengumpulkan dana/donasi untuk membantu korban bencana alam, disabilitas, orang jompo, anak yatim piatu, dan sebagainya).

Sedangkan kata beramal mengacu kepada berbuat kebajikan; memberi sumbangan atau bantuan kepada orang kekurangan, organisasi sosial, dan sebagainya.

Selanjutnya kita mengenal kata amal saleh, yaitu perbuatan baik sebagai ketaatan dan kesungguhan dalam menjalankan ibadah.

Secara etimologi, kata amal saleh berasal dari kata amilus - segala perbuatan yang bermanfaat bagi seseorang atau orang lain.

Mengapa orang suka beramal? Tidak lain karena ingin membantu kehidupan orang lain dan meyakini bahwa setiap amal (sekecil apa pun) yang dilakukan akan mendapat balasan pahala dari Allah SWT.


Dalam Islam, beramal sangat dianjurkan. Surah Al 'Ashr menekankan bahwa sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali beriman kepada Allah SWT, beramal saleh, dan saling menasihati untuk kebenaran.

Beramal Berujung Sengsara

Salah satu kasus amal yang masih hangat, terjadi di Yogyakarta. Seorang netizen mewartakan kekecewaannya (saya baca melalui medsos Instagram @halojogjakarta, 28/3/24) dan mendapat beragam tanggapan dari netizen. Ia kecewa karena niatnya berdonasi untuk dunia pendidikan, ternyata disalahgunakan oleh pengumpul dana. 

Saat berada di kawasan Malioboro ia didatangi salah seorang pencari donasi untuk pelayanan publik, membantu pendidikan bagi murid-murid di sekolah yang kurang layak. Karena ia memang fokus terhadap dunia pendidikan, maka ia berniat beramal dengan sistem auto debet. 

Menurut pemahamannya, akan beramal enam ribu rupiah per bulan, meskipun kenyataannya terpotong seratus delapan puluh ribu per bulan. Ingin berhenti donasi, tapi setiap dihubungi (lewat chat dan telepon), selalu tidak direspons pihak peminta donasi. 

Merasa keberatan karena sudah berjalan selama lima tahun, dan tidak tahu cara memutus donasi, akhirnya ia memuat kasus yang dialaminya ke media sosial. Ternyata kasus itu juga dialami banyak netizen lainnya.

Pencari donasi selalu berdalih untuk pelayanan publik, pendidikan, lingkungan, panti sosial, dan sebagainya. Mereka (Mas-mas atau Mbak-mbak) biasanya beroperasi di area publik, di seputar mal, supermarket, di area stasiun kereta api-menurut informasi, selain di Yogyakarta, mereka juga beroperasi di stasiun Gubeng, dan stasiun Solo Balapan. 

Mereka pandai berbicara, nyaris sama dengan sales yang tengah menawarkan dagangan agar segera laku. Terindikasi bahwa mereka marketing berkedok donasi, mendapat bonus (pasif income) dari setiap donasi. 

Solusi terakhir yang diambil demi memutus donasi berbau tipu-tipu itu adalah dengan mengganti rekening baru. Tidak ada cara yang lebih baik lagi.

Agar tidak terjebak dengan donasi tipu-tipu, disarankan agar kita cuek, sok sibuk, tidak punya waktu, tengah terburu-buru, saat didekati orang yang menawarkan donasi, terlebih jika dengan sistem auto debet.

Beda kelas/Foto: Hermard
Beda kelas/Foto: Hermard
Beberapa tahun lalu, saya juga sempat iba terhadap ibu-ibu buruh penggendong barang belanjaan di Pasar Kranggan, Yogyakarta. Di tangannya ada nangka besar yang digendong. Beberapa orang yang ditawari selalu menolak.

"Mangga Den, nangka manis, dipundut. Artanipun badhe kangge tumbas obat (Silakan Den, dibeli, nangka manis. Uangnya mau saya gunakan untuk membeli obat)," rayunya memelas.

Tentu saya merasa iba. Sebentar kemudian saya mengeluarkan uang untuk sekadar beramal bagi ibu tua untuk berobat.

Malangnya, esok hari, saat nangka dibuka, hanya dipenuhi damen (serat) nangka. Nyaris tidak ada buah yang bisa dimakan. 

Pantas saja banyak orang yang menolak saat ditawari. Mungkin dari bentuk, bau, atau warna nangkanya mereka tahu kalau nangkanya tidak bagus. Apa pun situasinya, saya tetap ikhlas dan tidak berpikiran negatif, toh niat saya ingin beramal.

Sekarang saya bercermin kepada Ibu Negara Omah Ampiran yang beramal dengan langsung memberikan sebagian rezeki kepada perempuan tua yang hidup sebatang kara di desa, wanita penjual sayur, setiap hari ia menempuh perjalanan dengan sepeda tua dari Tobratan, Wirokerten, Bantul ke kota Yogyakarta (kurang lebih 10 kilometer), atau kepada bekas asisten rumah tangga yang mengalami sakit berkepanjangan.

"Lebih baik memberikan secara langsung kepada orang-orang yang kita kenal dan benar-benar memerlukan bantuan," papar Ibu Negara Omah Ampiran.

Cahaya amal kebaikan/Foto: Hermard
Cahaya amal kebaikan/Foto: Hermard
Bercermin dari kasus donasi dengan aroma tipu-tipu yang dikeluhkan salah seorang netizen di Yogyakarta, saya mau tidak mau mengacungkan jempol kepada Ibu Negara. Bukan karena ia istri saya, tapi cara beramalnya yang tidak neka-neka, tidak bermasalah, aman beramal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun