Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Antara Kotabaru dan Titik Nol Kilometer Yogyakarta

16 Maret 2024   17:04 Diperbarui: 16 Maret 2024   17:08 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Titik Nol Kilometer Yogyakarta/Foto: Hermard

Titik Nol Kilometer: Magnet Kerinduan
Yaps, tidak dapat dibantah  bahwa Titik Nol Kilometer merupakan tempat ngabuburit favorit bagi masyarakat Yogyakarta dan wisatawan. Mereka berkumpul   sambil berfoto menunggu saat buka puasa.  

Ngabuburit Titik Nol Kilometer/Foto: Hermard
Ngabuburit Titik Nol Kilometer/Foto: Hermard
Sebagai ruang publik, terdapat bangku-bangku antik dengan latar belakang gedung-gedung tua bergaya Indische. Orang betah berlama-lama di sini merasakan atmosfer bangunan tua yang indah dan kokoh. 

Belum lagi didukung oleh suasana ngangeni yang Yogya banget: sesekali andong melintas dengan sais berpakaian Jawa. Jika beruntung akan melihat abdi dalem menuju keraton atau bertemu dengan beberapa Jogoboro berpakaian ala prajurit keraton.

Kantor Pos dan Andong/Foto: Hermard
Kantor Pos dan Andong/Foto: Hermard
Salah satu bangunan yang mencuri perhatian di Titik Nol Kilometer adalah bangunan kantor pos. Dibangun pada zaman Hindia Belanda dengan nama Post Telegraaf en Telefoonkantoor, digarap oleh Burgerlijke Openbare Werken pada tahun 1912.

Dari Titik Nol Kilometer, kita dapat bergerak ke utara,  menyusuri kampung Gandekan dan Ketandan, menyaksikan beberapa bangunan lawas bergaya Cina.

Atau memilih ke arah timur, Jalan Brigjen Katamso? Di sini kita akan menemukan klenteng Fuk Ling Miau  (Kelenteng Gondomanan) - tempat peribadatan umat agama Kong Hu Cu dan Buddha -- di samping  menemukan beberapa bangunan dengan ciri arsitektur bergaya Cina.

Jika sudah mendekati saat berbuka puasa, maka jalan yang harus dipilih adalah ke arah barat menuju  Pasar Sore Ramadan Kampung Kauman di Jalan KH Ahmad Dahlan. 

Di gang sempit sepanjang  seratus enam puluh meter ini bisa ditemukan makanan tradisional maupun kekinian. Banyak orang berburu kicak, penganan tradisional masyarakat Kauman yang terbuat dari ketan dicampur parutan kelapa, gula, dan  potongan nangka dan hanya ada di bulan Ramadan. 

Ornamen Masjid Gedhe Kauman/Foto: Hermard
Ornamen Masjid Gedhe Kauman/Foto: Hermard
Puas berbelanja di sini, kita bergegas ke Masjid Gedhe Kauman untuk menunaikan salat Magrib dan buka puasa bersama dengan takjil yang dibagikan secara gratis.

Bagaimana, milih ngabuburit di Kotabaru atau Titik Nol Kilometer? Mari bersua di Yogyakarta!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun