Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Dari Omah Pitulungan sampai Pasar Legi Kotagede

8 Februari 2024   07:03 Diperbarui: 14 Februari 2024   17:34 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang tidak ada di Jalan Mentaok Raya di hari Minggu Legi? Dari jimat, wayang, akik, ikan hias, tukang obat, bebek, ayam, pakaian, lampu, barang  elektronik, dan apa pun lainnya, bisa  didapatkan di sepotong jalan yang tembus sampai ke Jalan Masjid Mataram.

Jangan heran kalau Jalan Mentaok Raya di sisi timur Pasar Legi (Sargedhe-Pasar Gedhe) Kotagede, Yogyakarta, pada setiap pasaran legi (terutama Minggu Legi) menjadi semrawut dengan tumpah ruahnya para pedagang yang memenuhi badan jalan di kedua sisinya. Belum lagi ditambah lalu lalang pejalan kaki (calon pembeli) dan sepeda motor yang tetap merayap melintas.  

Rayuan tukang obat/Foto: Hermard
Rayuan tukang obat/Foto: Hermard
Aja gumun kalau tukang obat mampu menarik perhatian banyak orang untuk mengelilinginya di bawah payung besar. Lewat pengeras suara ia "merayu" dapat menyembuhkan segala macam penyakit:  sakit pinggang, stroke, kolesterol, asam urat, syaraf kejepit, dan  lainnya.

"Mangga bapak ibu, menika obat sae kagem stamina. Campuran pasak bumi kaliyan purwaceng. Mboten pareng kagem ibu hamil-silakan bapak ibu, ini obat mujarab untuk meningkatkan stamina. Campuran pasak bumi dan purwaceng. Tidak dianjurkan bagi wanita hamil," rayu Nanang sambil memegang botol kecil berisi ramuan berwarna cokelat. 

Lelaki bertopi dan bercelana jins biru itu membuka lapak pengobatan terapis tapak syaraf pada setiap pasaran legi.

Gang kota tua/Foto: Hermard
Gang kota tua/Foto: Hermard

Pagar masjid/Foto: Hermard
Pagar masjid/Foto: Hermard
Pagi Minggu Legi (4/2/2024), saya bersama Ibu Negara Omah Ampiran, Mbak Rindu, Mbak Oi, Mas Satriya Wibawa (Bawa-pemilik Omah Pitulungan),   Mas Dika, Mbak Janet, dan Dik Fares, mengawali petualangan menyusuri gang-gang sempit Kotagede dari Omah Pitulungan.  

Omah Pitulangan merupakan sebuah rumah yang diharapkan  dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan sosial budaya dan berguna bagi masyarakat luas.

Sebagai penduduk asli Kotagede, Mas Bawa menjadi guide jempolan menelusuri gang-gang sempit, yang terkadang hanya dapat dilalui satu orang. Gang-gang sempit dengan tembok tinggi dan rumah lawasan bergaya Eropa, joglo, serta limasan dapat dimaknai sebagai jejak peninggalan masa lalu.

Omah Pitulungan berada di Jalan Joyopranan No. 7A, Singosaren, Kotagede. Dari sini jika ingin menempuh jalan pintas ke pasar, tinggal berjalan kaki ke arah utara, lalu berbelok ke barat. 

Tetapi kali ini Mas Bawa  membawa kami ke pasar dengan jalan memutar, mengambil arah barat, terus berbelok ke selatan. Tak lama kemudian kami sampai di salah satu sudut wilayah Purbayan.

Pintu barat Gang Rukunan/Foto: Hermard
Pintu barat Gang Rukunan/Foto: Hermard
"Kita sudah berada di Lawang Pethuk atau Between Two Gates sisi timur, jalan  yang ada di depan  dikenal sebagai Gang Rukunan. Pada zaman  kerajaan Mataram Islam di wilayah kampung ini dulunya terletak alun-alun," jelas Mas Bawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun