Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mengarang, Mengasah Kreativitas

7 Oktober 2023   20:26 Diperbarui: 15 Oktober 2023   21:15 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Menulis puisi. (Dok. Pexels via kompas.com)

Dalam konteks makro, tulisan ini berkeinginan memberi rangsangan dan gambaran kepada rekan-rekan pendidik mengenai beberapa upaya yang dapat ditempuh agar pembelajaran bahasa/sastra Indonesia mampu mendekatkan siswa kepada dunia tulis-menulis sekaligus mengembangkan kreativitas. 

Di sisi lain, tulisan ini diharapkan mampu membuka cakrawala mengenai bagaimana upaya peningkatan kemampuan menulis.

Hasrat ini mengedepan mengingat kemampuan menulis sebagian siswa, guru, mahasiswa, dan masyarakat umum menjadi tanda tanya besar. Banyak siswa ketika diminta menulis, membuat laporan mengenai pengamatan mereka terhadap sesuatu, mendadak menjadi kacau, keder, dan bingung. 

Di sisi lain, ada guru tidak dapat naik pangkat karena kurang mampu menulis. Ada mahasiswa saat skripsi pun bingung mau memulai menulis dari mana. 

Kalau toh mampu menulis, kesalahan berbahasanya masih dapat dirasakan di sana-sini. Langkah praktis yang kemudian dilakukan orang adalah mengembangkan tradisi copy paste. 

Kini dengan adanya beragam aplikasi berkaitan dengan artificial intelligence (kecerdasan buatan), orang dalam sekejap dapat membuat tulisan apa pun tanpa harus bekerja keras. Banyak gagasan atau ide yang dituangkan dengan menggantungkan sepenuhnya kepada aplikasi kecerdasan buatan.

Kira-kira dimana letak kesalahan pembelajaran kita, sehingga untuk sekadar "menulis" saja banyak siswa, guru, dan mahasiswa mengalami kesulitan?

Kenyataannya, pembelajaran di sekolah, termasuk pembelajaran sejarah dan sastra, selalu berpijak dalam kerangka siswa harus hafal mengenai berbagai hal. Misalnya, kapan terjadinya perang Diponegoro, sejak kapan kerajaan Islam berdiri di Indonesia; Chairil Anwar termasuk pengarang Angkatan 45 atau Pujangga Baru, apa ciri karya sastra Balai Pustaka? 

Pertanyaan yang diajukan guru tidak memberi tantangan bagi siswa untuk mengeksplorasikan diri dalam beberapa mata pelajaran. 

Saya teringat kembali saat mengikuti kuliah umum Taufik Abdullah (sejarawan) di Pusat Bahasa, Rawamangun (pada penghujung tahun 1990-an) dalam rangka pencerapan ilmu penyusunan sejarah sastra. Lelaki penerima Hadiah Budaya Asia Fukuoka Jepang (1991), memberi kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun