Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Artikel Utama

Pembelajaran Sastra dan Kreativitas

4 September 2023   08:49 Diperbarui: 4 September 2023   22:42 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kreativitas bersastra/Foto: Hermard

Sesungguhnya ada dua hal penting yang dapat dipahami dalam bersastra. Pertama berkaitan dengan pemahaman kita terhadap kreativitas. Kedua, berkenaan dengan kemampuan  bersastra.
Selama ini jarang sekali kita melekatkan makna kreativitas dalam pengertian  luas. Kita hanya berhenti pada pemikiran bahwa kreativas merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan hal  baru.

Kenyataan itu  terjadi karena kita terjebak dalam pola pemikiran  terbatas. Kondisi ini diperparah oleh sistem pendidikan yang semula tidak memberikan ruang eksplorasi  cukup luas bagi anak didik. Sebaliknya, anak didik selalu dituntut untuk menghafal di luar kepala bahwa puisi ini karya si itu, termasuk dalam angkatan anu dengan ciri begini-begitu....

Ini merupakan tantangan bagi kita untuk menciptakan anak didik dengan  daya kreativitas  mumpuni dan ngedab-edabi.

Bagaimana jalan paling sederhana untuk melahirkan anak didik kreatif?

Bisa dilakukan dengan cara memberi ruang eksplorasi  lebih luas dan  kesempatan bagi anak didik  mengajukan pertanyaan, mengembangkan ide-ide dengan tidak dibatasi pada "kebenaran" yang seolah-olah hanya menjadi milik guru.

Setidaknya guru memberi peluang dengan  menghargai ide-ide  kreatif dari anak didik. Jangan memaksakan kehendak, misalnya saat mengajarkan membaca puisi "Aku" (Chairil Anwar) guru mewajibkan   puisi itu harus dibaca dengan gaya patriotisme yang berlebihan-seperti banyak dilakukan pembaca puisi. 

Puisi "Aku" bisa saja dibacakan dengan tenang, seakan-akan pembaca mempertanyakan siapa aku (diri sendiri) yang  sesungguhnya (eksistensialisme).

Apakah penyadaran seperti itu akan bermanfaat bagi pengajaran sastra?

Ini pertanyaan yang tidak mudah  dijawab. Tetapi setidaknya upaya tersebut akan memberikan alternatif, memberi pilihan lain, melatih anak didik untuk tidak mempercayai sepenuhnya "kebenaran" tunggal yang disodorkan guru mereka.

Tidak dapat dipungkiri bahwa keinginan tersebut merupakan pekerjaan berat bagi siapa pun karena kita akan mengubah kebiasaan menghafal menjadi sesuatu yang eksploratif dan kreatif.

Pernyataan di atas sekaligus  memaksa kita memahami definisi kreativitas  tidak sekadar merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan hal-hal  baru.

Perlu digarisbawahi bahwa jika kita ingin menjadi orang kreatif, maka hal pertama yang harus dilakukan  adalah kebersediaan membaca "teks kehidupan", tanpa itu maka kita menjadi buta dalam memahami persoalan kehidupan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun