Apa yang  diharapkan dari sebuah tempat kuliner? Rasa lezat  menggigit dan keindahan panorama tak terkatakan? Atau berharap mendapatkan sensasi  lebih dari semua  itu? Jika itu sebagai pilihan, cobalah resapi deretan kata-kata ini:
Ayom mencoba menyelaraskan bentuk dan warna "ibu", sederhana tidak berlebih, tapi "ayu" dipandang. Dengan pintu menghadap utara dan selatan sebagai sumbu imajiner, "ngayomi".
Kemudian lihatlah ke barat, sembari menikmati pergantian waktu "ngayemi".Â
Penawar, melepas hari, melepas beban yang bertumpuk. Dari tangan pekat, menjalin rekat, "Ayom". Tak hanya sekadar singgah, tapi untuk menetap. Agar bisa saling tatap, lalu berdekap erat, tanpa sekat.
Begitulah deretan kata ajaib yang direkatkan dalam  website Resto Ayom Jogja, buka sejak 8 April 2022.
Saat memasuki bangunan kayu menyerupai lumbung padi- didominasi warna terakota (18/8/2023, selepas magrib),  saya bersama teman-teman langsung merasa ayem dan tenang menikmati hangatnya  teh Sukunan.
Waiters cantik, Fauliya  Himmatul (Himma), melayani kami dengan ramah. Ia mempersilakan kami duduk di kursi empuk  pojok ruangan.
"Silahkan, mau pesan sekarang atau nanti," ujarnya seraya mengumbar senyum.
Dari dalam bangunan kayu berukuran luas, serba terbuka, Â dipenuhi jendela kaca, pengunjung merasa nyaman memandang bentangan sawah dan hijau pepohonan. Â
Empat kali kereta api melintas selama kami bercakap-cakap santai di rumah dua. Yaps pengunjung dapat melihat jelas deretan gerbong kereta api yang mengular di selatan resto. Pemandangan ini menjadi lebih romantis pada malam hari.
di Sukunan, Banyuraden, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selain lokasi yang sejuk dipenuhi pepohonan, Ayom menawarkan berbagai menu minuman dan makanan Nusantara dan fusion yang menggugah selera.Â
Kami memesan nasi goreng kambing, sup iga, ayam sambal ijo, classic caesar salad, prime angus striploin, lumpia, dan tahu isi udang.
"Seingat saya ada es krim yang recomended di sini. Apa namanya Mbak, kok saya lupa?" tanya Bambang kepada Himma.
"Oh, mungkin yang Bapak maksud frech toast vanilla. Es krim berpadu dengan roti, fruit, dan kacang," jelas Himma.
"Iya Mbak, tolong ditambahkan."
"Baik, ditunggu sebentar pesanannya."
Tak perlu menunggu lama, semua pesanan terhidang di meja.
"Ayamnya empuk, bumbu rempahnya meresap," jelas ibu negara Omah Ampiran saat menikmati nasi ayam sambal ijo.
"Sama Mbak, sup iganya gurih nikmat. Iganya terasa lembut. Aroma rempahnya menggoda selera," jelas Susti seusai menyeruput kuah bening sup iga.
Resto Ayom  mengedepankan perpaduan konsep bangunan kayu  dengan nuansa alam berupa bentangan sawah dan pepohonan rindang di sudut-sudut areanya.Â
Duduk di  indoor maupun outdoor, pengunjung akan merasakan sensasi menyatu dengan alam. Panoramanya sungguh mengagumkan.
Saat datang, begitu sampai di halaman depan yang  luas, pengunjung  dihadapkan pada bangunan kayu menjulang tinggi berbentuk segi tiga simetris. Bangunan terdepan disebut rumah satu, sedangkan bangunan yang sama di bagian belakang dikenali sebagai rumah dua.
Di bagian atas terdapat tulisan nama resto: Ayom. Nama dipilih dengan harapan agar semua pengunjung yang bertandang dapat merasa ayem (damai/tenteram). Ditambah dengan  desain interior nan apik.Â
Dinding dengan ragam ornamen unik, meja kursi yang nyaman diduduki, membuat pengunjung merasa betah berlama-lama di resto dengan konsep bangunan semi terbuka.Â
Suasana menikmati masakan seperti  di rumah sendiri, berhasil diciptakan dengan pelayan yang ramah dan dilakukan secara personal.
Bagi penggemar sate, terdapat salah satu signature menu Resto Ayom  berupa sate ayam sawah dengan tekstur empuk serta juicy. Sebagai pendamping terdapat signature kopi berupa es kopi susu Ayom, rindu Jogja, dan embun pagi....
"Terima kasih atas kunjungan Bapak Ibu, semoga lain waktu mampir kembali," ujar Himma saat melepas kami di pintu keluar.
Hemm, Yogya memang istimewa...