Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Heru Kesawa Murti: Sang Legenda Penebar Ide Teater Gandrik

28 Maret 2023   05:11 Diperbarui: 28 Maret 2023   05:17 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orde Tabung/Foto: dokpri Hermard

Nama lengkapnya R.M. Adrianus Heru Kesawa Murti, lahir di Yogyakarta, 9 Agustus 1957, anak kedua pasangan Handung Kussudyarsana (seniman dan budayawan Jawa) dan Sudjilah. Dikenal sebagai  aktor teater dan penulis naskah pertunjukan, di samping sesekali menulis cerpen. 

Bersama Susilo Nugroho, Jujuk Prabowo, Sepnu Heryanto dan Saptaria Handayaningsih (almarhum), mendirikan Teater Gandrik pada tahun 1983. Melalui komunitas inilah kreativitasnya tersalurkan karena karyanya dipentaskan. Karya pertunjukannya, antara lain Tuan Residen, Kismet, Meh, Kontrang- Kantring, Pensiunan, Sinden, Pasar Seret, Isyu, Dhemit, Flu, Proyek, Juragan Abiyasa, Kera-kera, Orde Tabung, Upeti, Buruk Muka Cermin di Jual, Brigade Maling, Departemen Borok, Parawira Pantene, dan Mas Tom (adaptasi dari "Tom Jones"-Henry Fielding).

Terjun ke dunia teater sejak SMP. Ketertarikannya pada teater bermula ketika melihat ayahnya, Handung Kussudiarsana, bermain kethoprak tobong dan menulis sastra Jawa. Dari kecil akrab dengan dunia tari, kethoprak, dan sastra Jawa. Sempat belajar seni rupa di Akademi Seni Rupa Indonesia dan merasa bahwa seni rupa bukanlah jalan hidupnya.

Seniman yang akrab dipanggil "Pak Bina" ini merupakan keponakan dari Bagong Kussudiardja (koroegrafer dan pelukis kenamaan), serta sepupu dari Butet Kertarajasa dan Jaduk Ferianto (dua seniman yang tidak kalah tenar dengan pamannya). 

Bersama Bagong, ayahnya mengurus Kethoprak Sapta Mandala. Menurut Heru, ayahnya tidak memaksakan pilihan hidup. Dorongan dari dalam diri sendiri yang lebih mempengaruhi pilihan menjadi seniman. Ia belajar menari di Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja sejak SD dan ikut main film "Pahlawan Gua Selarong".
Kuliah di Fakultas Filsafat UGM dan ASRI, meskipun tidak selesai. 

Mulai menyukai teater ketika bertemu Rudjito (skenografer yang sangat ia kagumi saat masih di Sekolah Menengah Seni Rupa). Dalam workshop artistik teater, para peserta diwajibkan Roedjito berjalan menyusuri Kali Code yang melintang dari utara ke selatan sepanjang kota Yogyakarta. Itu kali pertama ia belajar melihat realitas dari sudut pandang  berbeda.

Latar belakang budaya Jawa yang kental di dalam keluarga merupakan salah satu sumber inspirasi. Karya-karya berupa naskah drama atau pertunjukan, selalu berasal dan dikembangkan berdasarkan apa yang terjadi dan dibicarakan dalam masyarakat. 

Di sisi lain, dalam menyuguhkan pertunjukan, dia selalu menimbang dan melibatkan penonton agar tidak terbengong-bengong karena tidak tahu dengan apa yang mereka saksikan. Oleh karena itu, pertunjukan Gandrik berusaha mendekati persoalan-persoalan sehari-hari dalam masyarakat dan selalu melibatkan penonton lewat humor-humor khas Gandrik.

Penggemar warna hitam yang punya hobi memancing ini mengakui bahwa teater membuat ia bisa belajar mengenai banyak hal dan yang paling berharga dari teater adalah tuntutan untuk berpikir dewasa, memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan orang lain. Hal itu membuat Heru selalu dapat menjaga jarak dari berbagai persoalan yang dia alami. Ia bisa berpikir lebih jernih serta mampu membuat solusi  terbaik untuk persoalan yang dialami masyarakat. 

Heru Kesawa Murti melihat, anak-anak muda sekarang punya potensi besar untuk teater Indonesia di masa depan karena mereka mampu menggunakan berbagai macam piranti teknologi untuk mengerjakan sesuatu. Mereka bisa bekerja dengan cepat dan efisien. 

"Sekarang ini zaman digital, lha saya kan orang analog. Tapi saya harus menyesuaikan diri dengan perkembangan, biar tetap nyambung. Ya, saya harus belajar sama anak- anak muda itu."

Heru menikahi Muji Rahayu, yang dia temui semasa kuliah dan dikaruniai dua orang anak. Semasa hidupnya, Heru dan Muji tinggal di Bugisan Selatan, sekitar 1 kilometer dari Sekretariat Teater Gandrik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun