Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Relevansi Sastra dan Budaya

26 Januari 2023   07:30 Diperbarui: 2 Desember 2023   00:08 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau memang sudah nasib saya
sebagai babu, apa ta repotnya?
Gusti Allah Mahaadil, kok
saya nrima ing pandum
Kalau Indonesia krisis babu
bukan hanya krisis BBM saja
O, Allah, apa nanti jadinya?
Terang, negara kocar kacir!
Karena, demikianlah hukumnya:
Ada jendral ada pengawal
ada admiral ada gedibal
Ada cantrik ada resi
ada kawula ada Gusti
Ada siswa ada guru
ada priyayi ada babu
Kedua duanya tak terpisahkan:
dua itu satu, satu itu dua
loro loroning atunggal
Tapi pangkat bukan ukuran
yang menakar martabat insan
Karena peran dan kewajiban
pangkat pun kita sandang."
(Pengakuan Pariyem, hlm. 35-36)

Kutipan di atas secara implisit mencerminkan dasar moral orang Jawa dalam menempatkan eksistensi dirinya. Dasar moral orang Jawa menurut Zoet Mulder,  terletak pada kewajiban dan hubungan antara orang-orang yang tidak sama kedudukannya. WS Rendra  menyatakan bahwa masing-masing individu dalam masyarakat Jawa harus tahu kedudukannya: apakah ia klerek, priyayi, kepala, rendahan, perempuan, laki-laki, semuanya punya kedudukan sendiri-sendiri dan tidak dapat disamakan begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun