Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Diskusi Ringan dan Berbagi dengan Rektor UPG 1945 NTT

25 Mei 2024   00:22 Diperbarui: 25 Mei 2024   00:31 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bertemu Rektor & Wakil Rektor UPG 1945 NTT; kolase: Roni Bani

Pengantar

Maret 2019 di Hotel Pelangi Kota Kupang dalam suatu acara Semiloka yang diadakan oleh Pengurus Daerah PGRI Kota Kupang, hadir di sana Rektor UPG 1945 selaku salah satu Pengurus Daerah PGRI Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saat itu kami berkenalan dan terus merajut komunikasi. Tercatat ketika saya hendak menerbitkan buku, ada di antaranya catatan penguatan (endors) dari Rektor UPG 1945 NTT. 

Keseringan menerima dan menyempatkan untuk membaca artikel/essai (dalam blog) yang saya kirim, akhirnya ada penjadwalan untuk dapat bertemu. Maka, hari ini, Jumat (24/5/24), kami dapat bertemu di ruang Rektorat UPG 1945.

Foto; Roni Bani
Foto; Roni Bani

Dari Basa-Basi hingga Diskusi pada Topik-topik Ringan

Hari ini, Jumat (24/5/24) pagi saya bersiap akan ke Kota Kupang. Arah perjalanan ke Kampus Universitas Persatuan Guru 1945 Nusa Tenggara Timur. Kampus ini terbagi pada dua lokasi di dalam kota Kupang yang disebut Kampus A dan Kampus B.  Saya ingat persis lokasi Kampus A, namun lokasi Kampus B, masih bingung. Saya bertanya pada seorang mahasiswi asal kampung kami, dia memberitahukan bahwa Ruang Rektorat ada di Kampus B, di belakang Kepolisian Resort Kota Kupang.

Saya tiba di perbatasan kota Kupang dan Kabupaten Kupang, saya memilih jalur jalan Oesapa; berhubung jalur arah Utara akan tiba di bakal jembatan kembar yang sedang dibangun. Di tempat itu biasanya terjadi kemacetan panjang. Di Oesapa, saya mengarah menuju tugu Tirosa, lalu mengarah ke barat. 


Melintas di depan Polresta Kota Kupang hingga tiba di gang seputaran Sekretariat Partai Golongan Karya. Dari sana ada Kampus Citra Bangsa, dan akhirnya bertemu juga Kampus B Universitas Persatuan Guru 1945 NTT (UPG 1945 NTT). Saya ceritakan berhubung saya berasal dari kampung, jadi terasa kolot, tidak mengikuti perkembangan kota. Jika ke kota hanya melintas di jalan-jalan utama dan menuju ke tempat tujuan. Hal lain, termasuk Kampus UPG 1945 NTT hanya cerita sambil lalu.

Syukurlah, akhirnya dapat bertemu dengan Rektor UPG 1945 NTT. Semula agak bingung oleh karena pada papan nama tertulis, KELUAR, tetapi ketika menyampaikan kepada Sekretaris Rektor bahwa kami sudah ada janjian, ternyata beliau hadir. Rupanya Sekretaris lupa mengembalikan posisi penutup ADA dan KELUAR. Beliau sebagai salah satu dosen, keluar dari ruangannya untuk mengajar.

Saya akhirnya tiba di ruangan keseharian tugas Rektor UPG 1945 NTT. Salam jabat dan sapaan hangat bagai sahabat lama tak berjumpa. Secangkir kopi segera disuguhkan oleh seorang pegawainya setelah Sang Rektor memintanya, sambil menyilahkan untuk menempati kursi di dalam ruangan itu.

Kami segera terlibat dalam percakapan ringan, basa-basi sebagaimana lazimnya bersua untuk menghangatkan pertemuan sebagai sahabat. Basa-basi kami mengarah juga pada beberapa hal menarik  dan inspiratif seperti:

  • kesibukan sebagai Rektor dengan managemen yang besar sambil tetap menjaga agar badan tetap fit dan segar oleh karena mesti tetap bertugas sebagai dosen yang mengasuh mata kuliah, dan tugas organisasi di luar kampus. Tugas lain di luar kampus seperti menjadi Pengurus Daerah PGRI Provinsi NTT, dan Panitia Pra PON khusus untuk seleksi atlet tinju dari seluruh Pengda Pertina se Indonesia yang mengirim atlitnya. Tidak lupa pula untuk melaksankan tugas sebagai seorang Presbiter. Keren...

Foto & Kolase; Roni Bani
Foto & Kolase; Roni Bani
  • Diakonia (layanan kasih) kepada para pendorong gerobak di pasar. Sebagai seorang pribadi yang punya kepedulian sosial, Sang Rektor telah melayani para pendorong gerobak pasar dengan mendata dan mendaftarkan mereka menjadi nasabah Badan Perlindungan Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Hal ini dilakukannya atas satu inspirasi, bahwa suatu ketika ada seseorang yang menelepon dirinya pada tengah malam. Dari balik telepon si penelepon meminta untuk disediakan satu unit peti jenazah berhubung anggota keluarganya meninggal. Mendiang semasa hidupnya bekerja sebagai pendorong kereta di pasar. Sang Rektor menolong si penelepon itu, namun kemudian ia melakukan suatu tindakan yang diperluas, yakni pendataan dan pendaftaran ke BPJS Ketenagakerjaan. Seluruh setoran ditanggung oleh Sang Rektor sebagai stimulan, dan berharap para anggota pendorong kereta akan melanjutkan pada tahun berikutnya. Mengapa? Karena sang Rektor telah melunasi untuk satu tahun pertama. 
  • Ketika kami menyeruput kopi dalam cangkir, ada suguhan pisang goreng dan kripik pisang. Pisang yang digoreng campuran tepung sebagaimana lazimnya di rumah-rumah penduduk masyarakat Nusa Tenggara Timur. Kripik pisang yang gurih. Ada pembahasan mengenai area/tanah dan iklim yang memberi pengaruh pada buah pisang. Kelenturan dan olahan agar bernilai ekonomi lebih pada masyarakat. Hal ini dapat dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi. Kripik pisang dengan merk UPG 1945 NTT misalnya. Mengapa mahasiswa FE dijejeri teori belaka tanpa aksi nyata? Sang Rektor bersemangat untuk maksud ini, namun dukungan civitas amat diperlukan terutama para mahasiswanya.
  • Dunia kepenulisan (essai/artikel ilmiah populer, tulisan ilmiah untuk produk buku, dan lain-lain). Memotivasi untuk membangkitkan kesadaran menulis bukan saja pada mahasiswa, tetapi pada dosen-dosen pula. Maka, langkah konkrit yang kiranya akan diambil yakni menghadirkan penulis lokal untuk memotivasi sekaligus mengarahkan untuk menghasilkan tulisan dari apa yang dialami dan dirasakan. Menyadarkan orang bahwa dunia kepenulisan itu penting sangat membutuhkan waktu oleh karena selalu ada kendala/hambatan dari mereka yang rindu menulis namun terkendala secara internal pada diri sendiri. Misalnya, akan memulai dari mana; kurang percaya diri; apa dan bagaimana sesuatu itu dapat ditulis, dan lain-lain. Sementara secara eksternal ada kekuatiran bahwa tulisan tidak dibaca, akan dikritisi dan dilecehkan dan lain-lain. Padahal, dunia kepenulisan diperlukan untuk mencatat sendi-sendi kehidupan umat manusia dari sudut pandang yang saling berbeda, namun dapat saja saling melengkapi. Tentang dunia kepenulisan, kiranya akan masuk dalam program pengembangan di Kampus dan akan dimulai dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun