Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Surat Sakit Murid Berbuah Gratifikasi?

22 Maret 2024   11:56 Diperbarui: 22 Maret 2024   12:02 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yakomina T

Membaca isi surat ini, bagaimana reaksi Anda?

Saya pastikan, Anda akan tersenyum. Saya sendiri sebagai guru, saya tersenyum ketika membaca surat ini pada waktu melihatnya di WAG Ikarasi. Anggota WAG membahasnya secara jenaka, saya sama sekali tidak memberikan komentar apa pun.

Beberapa hari kemudian, beredar gambar/foto yang dikolasekan, saat murid itu ke sekolah, bertemu dengan ibu gurunya, memberikan sayuran sebagaimana janjinya di dalam surat. Sang ibu guru mengenakan seragam korpri yang menggambarkan dirinya sebagai seorang anggota Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri). Melihat gambar/foto di mana ibu guru berbusana Korpri, maka kiranya dapat dipastikan hal itu terjadi pada Senin (18/3/24). Setiap tanggal 17 para anggota Korpri akan berbusana korpri, dan bila hari tanggal 17 itu bertepatan dengan hari Minggu, maka hari berikutnya wajib untuk berseragam korpri.

Yakomina T, demikian nama anak itu tertera amat jelas di dalam surat itu. Ia menyatakan rasa sayangnya pada ibu gurunya yang bernama ibu Bulan. Luar biasa, seorang murid sekolah dasar mencurahkan isi hatinya secara amat jujur dan ikhlas. Ia bahkan menempatkan satu informasi penting pada gurunya agar menulis huruf kapital /s/. Tulisan yang demikian itu akan diketahui oleh temannya. Informasi penting itu sebagai solusi agar teman-temannya tidak perlu menanyakan dan mempersoalkan ketidakhadirannya.

Yakomina T, sebagaimana janjinya yang tertera pada surat itu bahwa, bila ia sembuh, dipastikan akan ke sekolah. Ketika ke sekolah, dia membawa sayur (ujung labu). Ia mempertanyakan kesukaan ibu gurunya pada jenis sayuran yang akan dibawakannya? Tentu ibu gurunya tidak langsung memberikan jawaban, tetapi faktanya, Yakomina T, membawa dan menyerahkannya pada sang guru.

Asumsi dan Pelajaran dari Peredaran Surat dan Kolase Foto

Bila boleh bertanya,  siapa yang pertama kali mempublikasikan surat (foto surat) dari Yakomina T? Kita dapat mengasumsikan empat pihak:

  • orang yang membawa (kurir) surat dari Yakomina T kepada ibu gurunya. Mungkin saja surat itu tidak beramplop sehingga kurir membaca dan membuat foto, lalu mempublikasikan pada akun medsos miliknya.
  • ibu guru (ibu Bulan). Ibu guru yang menerima surat ini telah berada di ranah digitalisasi. Jika si ibu guru memanfaatkan alikasi medsos, dapat saja dia yang mempublikasikannya.
  • seorang murid dari kelas di mana Yakomina T berada. Murid yang demikian kiranya sudah paham dunia medsos sehingga memanfaatkan surat itu untuk menaikkan jumlah pengunjungnya
  • saudara se-rumah dari Yakomina T. Bila saja Yakomina T tidak menitipkan surat untuk dikirim, ia mungkin menitipkannya pada saudara se-rumah, lalu saudara se-rumah menggunakan aplikasi WhatsApp, membuat foto dan mengirimkannya kepada ibu guru. Sesudah itu, foto yang dibuat diunggah pada aplikasi medsos

Siapakah yang kiranya tepat dalam asumsi yang demikian, mungkin saja tidak penting, namun satu hal yang patut dijadikan pelajaran yakni: kejujuran dari penulis surat yakni Yakomina T. 

Pelajaran lainnya yang dapat diambil yakni, publikasi ini terasa hendak membuka mata dunia pendidikan dan pemangku kepentingan di dalamnya bahwa ada hal yang menjadi kewajiban pembenahan. Apa itu? Karakter! Kiranya dapat dipastikan Yakomina T akan dijadikan materi olokan oleh teman-temannya  baik di sekolah maupun di lingkungan bermainnya. Ia menjadi "seleb" sesaat dengan tensi "negatif". 

Bahwasanya bila terjadi tensi positif, siapakah yang merasakan efeknya?

  • Guru; para guru (SD) yang sempat melihat dan membaca surat ini, kiranya berpikir kritis untuk kreatif memberi ruang pembelajaran. Yakomina T, bukan satu-satunya; dia satu di antara banyak murid SD yang rindu menulis; maka gurulah yang mesti secara kreatif memberi ruang untuk maksud ini.
  • Orang tua; fasilitasi anak di rumah untuk membaca, menulis dan menggambar; dan buka ruang demokrasi di rumah agar anak mudah menyampaikan opini, gagasan bahkan kritik dan saran
  • Publik pun patut disadarkan bahwa ada potensi pada setiap orang, di antaranya bakat menulis sebagaimana yang dibuat oleh Yakomina T, maka diperlukan wadah yang disediakan oleh NGO peduli anak; mungkin wadah itu sudah ada, namun terbatas dalam pengetahuan pemangku kepentingan di sekolah dan keluarga 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun