Judul di atas saya tempatkan sebagai satu pameo di dalam masyarakat pedesaan Timor ketika hujan disertai angin membadai. Masyarakat pedalaman Timor dengan pengetahuan lokalnya akan mengamini bahwa, hujan dan angin yang  membadai akan merusak berbagai hal dan memakan korban. Korban itu dapat berupa harta benda, ternak hingga manusia. Ketika semua itu terjadi, maka hujan dan angin yang membadai akan berhenti. Matahari yang semula redup akan bersinar kembali.
"Ha... Coba baca, ini berita, katanya ada jembatan putus! Kenapa putus? Karena ada kali yang meluap, terus banjir! Nanti kita lihat, mungkin ada berita lain."
"Ini ada berita, pohon tumbang!"
"Berita lain lagi kita baca, orang terbawa arus banjir hingga meninggal!"
Berita-berita seperti itu sering menjadi alasan pembenaran untuk mengatakan bahwa semua peristiwa itu sebagai "korban". Mereka menjadi semacam tumbal yang dimintakan oleh alam. Alam melalui hujan, angin dan badai telah menelan mereka, dan pada durasi waktu yang ditentukannya sendiri, dia akan berhenti. Ketika ia berhenti, maka suasana kembali ke keadaan semula, normal.
Benarkah semua itu?
Tentu saja pengetahuan lokal seperti itu tidak ilmiah. Sesuatu yang ilmiah tentu disimpulkan dari satu riset mendalam, dengan durasi waktu yang cukup disertai data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Maka, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menjadi institusi yang patut dipercaya.
Di Kabupaten Kupang-Nusa Tenggara Timur, menurut pemberitaan beberapa media dalam jaringan kerusakan akibat hujan dan angin kencang dapat dirinci sebagai berikut:
- Banjir merendam 8 wilayah kecamatan
- 275 unit rumah terendam banjir sejak 30 Januari 2025
- 5 unit jembatan putus
- 5 ruas jalan rusak parah akibat abrasi
- 10 unit perahu rusak
Pemberitaan dari detik.com angin akan masih akan bertiup sampai dengan Rabu (12/2/25)
"Waspada potensi angin kencang di wilayah Kota Kupang, Kabupaten Kupang, TTU, TTS, Belu, Malaka, Rote Ndao, Sabu Raijua, Manggarai Barat, Manggarai, Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Sumba Barat Daya," kata Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Eltari Kupang, Sti Nenot'ek, dalam keterangannya, Minggu (9/2/2025).Â