Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Politik

Orang Timur Suka Berantem, Cocok Masuk Tentara atau Polisi

19 Juni 2014   17:14 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:08 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14031476241025380144

"Mau tahu watak orang (Indonesia) timur? Orang timur itu suka berantem. Walaupun begitu, orangnya setia,"  kata pak Prabowo di Stadion Andi Mattalatta, Makassar, Selasa, 17 Juni 2014.

[caption id="attachment_311818" align="aligncenter" width="285" caption="gambar dari www.tribunnews.com"][/caption]

"Orang Indonesia timur kadang suka berkelahi, makanya cocok jadi tentara atau polisi,"  ungkapnya.

"Saya juga punya darah Sulawesi, ibu saya orang Sulawesi Utara, saya mengerti bagaimana kesulitan dan watak orang bagian Indonesia Timur, cepat naik pitam dan suka berantem. Cocok jadi tentara, makannya banyak, makanya pemimpin harus bisa ngurusi pertanian supaya rakyatnya cukup makan," ujar Prabowo di hadapan sekitar 10 ribu massa pendukungnya.

Meski banyak pihak yang mengatakan bahwa ungkapan steriotip semacam ini cenderung bermakna negatif, pendukung Prabowo, Azharia Harun yang hadir di Stadion Andi Mattalatta dan menepis makna negatif kata-kata Prabowo. Ia malah memuji Prabowo.

"Hanya Prabowo yang bisa memaknai bahwa kesan-kesan negatif yang selama ini melekat pada sifat orang Bugis Makassar, justru (di dalamnya) terpendam watak yang baik," tulisnya.

........................

Saya kurang menangkap, orasi tersebut (Prabowo memang dikenal orator yang disejajarkan oleh TVONE dengan Soekarno) dipersiapkan atau hanya spontan. Kalau ini sudah dipersiapkan, tentu layak dan sepantasnya kontroversi tidak hanya berhenti di mimbar dan satu dua berita. Kalau dipersiapkan mengandaikan sebuah data yang matang berdasarkan pengalaman. Benarkah, karena orang suka berantem dan mudah marah lalu pantas menjadi seorang militer?

Kita tahu Polisi dan Tentara harus banyak-banyak mengendalikan amarahnya. Amarah yang sifatnya spontan, meskipun dia setia, kalau dia tentara atau polisi akibatnya akan fatal. Betapa banyak orang korban berjatuhan karena pelatuk pistol dan senjata yang digerakkan oleh amarah. Menurut saya, ungkapan semacam ini justru merendahkan orang Timur. Meskipun dia setia, kemarahan tidak digerakkan oleh kesetiaan. Kalaupun tidak dikatakan merendahkan, okelah ini olok-olok. Sebab, sama saja mengatakan, kamu punya loyalitas... tapi kamu pemarah. Loyalitas kamu cocok untuk jadi tentara. Tapi kalau kamu pemarah, bisa berbahaya.

Saya sendiri senang menggunakan steriotip ketika mengajar. Soalnya memang lucu. Hal ini berkaitan erat dengan budaya. Misalnya, bagi orang batak, keras berarti tegas. Bagi orang Jawa, keras berarti tidak sopan. Susah kerja sama orang Batak dengan orang Jawa kalau tidak pernah bertemu, orang Jawa meskipun berusaha menunjukkan kesopanan, dianggap tidak tegas. Jadi, dalam konteks kampanye tersebut, berbeda cerita kalau memang ungkapan semacam ini memang sebentuk spontanitas. Ya, namanya juga spontanitas, kadang itu berasal dari kebiasaan.

Saya mencatat, misalnya dalam debat kemarin (debat II) beberapa spontanitas Prabowo juga tampak. Misalnya ketika beliau kemudian mengatakan tidak mendengarkan para penasehatnya untuk tidak setuju dengan pendapat Jokowi. Lebih jauh, spontanitasnya kemudian menyalami lawan debatnya.  Juga ketika dengan santai, beliau tidak memanfaatkan waktu yang diberikan karena sudah 'capek'. Enak bagi penonton karena tinggal tepuk tangan dan teriak-teriak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun