Mohon tunggu...
Hermudananto
Hermudananto Mohon Tunggu... Dosen - Traveller and Nature Lover

Being an academician is his main role at the university, however teaching and learning about nature is the most important value for him. Spreading happiness and inspiration to people are one of his pleasures. Detail Bio: https://acadstaff.ugm.ac.id/Hermu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bahasa Inggris Masih Miris, Bukan Halangan Bermimpi ke Negeri Paman Sam

22 Juli 2020   15:18 Diperbarui: 25 Juli 2020   11:31 1110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengenyam pendidikan di Amerika (Sumber: www.shutterstock.com via edukasi.kompas.com)

Cita-cita untuk menjadi seorang dosen, apalagi sekolah di luar negeri tidak pernah terbayangkan sejak saya masih duduk di bangku perkuliahan 17 tahun silam, apalagi dengan nilai Bahasa Inggris yang terbilang pas-pasan atau bahkan sangat kurang, namun semangat saya untuk terus belajar tidak pernah padam.

Semoga cerita saya ini dapat menginspirasi rekan-rekan di seluruh Indonesia yang sedang melakukan perjuangan mengejar mimpinya.

Lulus dari Fakultas Kehutanan UGM tahun 2007, saya mendapatkan kesempatan kerja pertama sebagai peneliti junior di salah satu perusahaan pulp dan kertas terbesar di Indonesia yang berlokasi di Perawang, Riau. 

Entah bagaimana, baru tiga bulan saya bekerja, perusahaan menugaskan dan mempercayakan saya untuk mengikuti pelatihan selama dua bulan di Montpellier, Perancis. 

Kaget dan takut bukan kepalang, mengucap Bahasa Inggris saja minder dengan nilai prediksi TOEFL 377, apalagi bahasa asing lainnya, TAPI SAYA MENCOBA...

Ternyata saat itulah awal mula motivasi untuk lanjut kuliah di luar negeri muncul. Setidaknya saat mengikuti pelatihan saya mengasah sedikit Bahasa Inggris saya yang belepotan tersebut. 

Berbekal surat rekomendasi sekolah dari kolega yang saya kenal saat pelatihan di lembaga penelitian pertanian Perancis tersebut (CIRAD), saya mencoba peruntungan pertama mendaftar Eiffel Excellence Scholarship Program pada tahun 2008. Hasilnya bisa ditebak, lolos administrasi pun tidak, TAPI SAYA MENCOBA...

Dua tahun kemudian, saya pindah dan mendapatkan kesempatan bekerja di perusahaan swasta yang bergerak di bidang sertifikasi sebagai auditor kehutanan di Cimanggis, Depok. 

Tantangan berikutnya datang untuk menjadi translator saat auditor asing dari Inggris datang ke Indonesia untuk melakukan penilaian independen pada hutan tanaman Jati untuk memperoleh pengakuan pengelolaan hutan lestari secara internasional. 

Sekali lagi, pusing bukan main! Kata demi kata saya catat dan coba terjemahkan pelan-pelan secara langsung saat auditor tersebut bertanya kepada masyarakat lokal ketika wawancara berlangsung. Gugup, pusing, sakit kepala memang, TAPI SAYA MENCOBA...

Selama lima tahun ke depan, sejak saat itu, penugasan untuk menjadi translator dan juga membuat laporan dalam Bahasa Inggris menjadi hal yang rutin dilakukan, dan ternyata sedikit banyak meningkatkan kemampuan saya dalam berkomunikasi ataupun menulis dengan bahasa asing. 

Hasil tes prediksi TOEFL a.n. Hermudananto tahun 2006 (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Hasil tes prediksi TOEFL a.n. Hermudananto tahun 2006 (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Kepercayaan diri itu muncul kembali untuk mencoba beberapa peluang beasiswa lainnya, seperti Australia Awards Scholarship, Korean Government Scholarship Program, Chavening Scholarship, dan masih banyak lagi untuk mewujudkan mimpi sekolah pasca sarjana di luar negeri. Namun, hasilnya nihil, selalu gagal di administrasi karena TOEFL saya  yang hanya mencapai 460 pada saat itu. Frustasi dan down memang, TAPI SAYA MENCOBA...

Hingga tahun 2015 nilai Bahasa Inggris saya tidak jauh berubah, namun saat itu ada satu beasiswa yang hanya mempersyaratkan nilai TOEFL hanya 450 untuk memenuhi administrasinya, yaitu USAID PRESTASI Scholarship Program untuk studi di Amerika Serikat. 

Dengan niat pasrah dan pesimis saya mencoba kembali peruntungan kali ini, ternyata kesempatan itu berpihak ke saya hingga lolos administrasi dan dinyatakan diterima beasiswa pada tahun 2014. 

Mimpi saya untuk studi di luar negeri mendapatkan titik terang kala itu, hingga saya mendapatkan gelar Master of Science dari University of Florida di bidang kehutanan pada pertengahan tahun 2017 dan kembali ke tanah air.

Pengalaman studi di negeri Paman Sam ternyata membuka mimpi saya lebih tinggi lagi untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu doktoral. Namun tahapan ini sepertinya lebih cocok untuk para peneliti atau pendidik, bukan seperti saya yang bekerja di perusahaan swasta profesional sebagai tenaga penilai lapangan, hingga pada tahun 2018 setelah proses seleksi yang ketat, saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi dosen muda di almamater saya saat studi sarjana sebelumnya, Fakultas Kehutanan UGM di Yogyakarta.

Mimpi tersebut satu per satu sepertinya mulai terwujud untuk menjadi dosen dan sekolah di luar negeri. Tentu saja semua berkat dukungan keluarga dan orangtua, serta tak lain atas kuasa Tuhan yang memberikan jalan terang namun berliku menggapai mimpi yang setinggi langit tersebut.

Saya kembali mencoba melanjutkan perjuangan berikutnya studi doktoral di luar negeri, kali ini melalui LPDP Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (BUDI), yang hanya diperuntukkan untuk dosen yang sudah memiliki Nomor Induk Dosen Nasional. 

Perjuangan ini tidak mudah juga ternyata. Sempat dinyatakan tidak lolos administrasi akibat dokumen Bahasa Inggris yang tidak sesuai, namun saya perjuangkan melalui tiket bantuan LPDP untuk mengkonfirmasi bahwa disebutkan dalam Buku Panduan BUDI 2018 yaitu "terdapat pengecualian persyaratan dokumen Bahasa Inggris untuk lulusan luar negeri yang menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris dalam jangka waktu 2 tahun sejak ijazah diterbitkan". 

Alhamdulillah perjuangan membawa hasil yang menggembirakan, saya diikutkan dalam ujian seleksi besama dengan Beasiswa Santri LPDP 2018 yang perdana pada saat itu dengan lokasi tes di Surabaya. Bertemu para santri saat tes memberikan kesejukan dan semangat yang berbeda untuk terus memperjuangkan mimpi.

Hingga pada akhir tahun 2018 saya dinyatakan diterima beasiswa tersebut dan tahun berikutnya dipanggil untuk mengikuti Persiapan Keberangkatan (PK)-143 bulan April 2019, di mana pada saat yang bersamaan, saya sudah memiliki agenda lain yang sudah direncanakan sebelumnya, yaitu umroh.

Kita ketahui bersama bahwa PK sifatnya wajib bagi semua awardee LPDP, dan setiap peserta hanya mendapat kesempatan satu kali untuk mengikuti kegiatan selama seminggu tersebut, dengan konsekuensi gugur sebagai penerima beasiswa jika tidak mengikutinya. 

Saat itu saya bingung dan pasrah, namun seperti biasa saya meminta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa, dan memantapkan diri saya untuk melaksanakan ibadah umroh yang sudah saya rencanakan jauh hari sebelumnya dengan mengabaikan konsekuensi yang akan saya terima dari LPDP nantinya.

Komunikasi saya terus lakukan dengan panitia PK hingga mendapatkan konfirmasi akan ditindaklanjut kemudian. Saya pasrah hingga keberangkatan saya ke Mekah dan Madinah bersama keluarga. 

Sekembalinya, berbulan-bulan tidak mendapatkan panggilan kembali untuk mengikuti PK, akhirnya saya pasrah hingga bulan Agustus 2019 mendapatkan kembali undangan mengikuti PK-146. 

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan, saat itu saya resmi dan sah menjadi awardee hingga saya berangkat kembali ke Amerika Serikat awal tahun 2020 pada musim spring untuk studi doktoral di kampus yang sama.

Perjuangan mewujudkan mimpi itu memang tidak mudah, namun jangan sampai keterbatasan justru menghilangkan mimpi-mimpi kita yang serasa tidak mungkin pada saat itu. 

Saya selalu ingat bahwa, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri" (QS. Ar-Ra'd:11). 

Teruslah berjuang mewujudkan mimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun