Mohon tunggu...
Herma Yulia
Herma Yulia Mohon Tunggu... Guru - SMPN 1 OKU

Guru yang suka mengembangkan kompetensi dan mengikuti kodrat zaman anak-anak didik saya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

9 Maret 2023   22:05 Diperbarui: 9 Maret 2023   22:10 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diolah pribadi dari canva

Pembelajaran pada modul 2.2 kali ini kami disajikan materi mengenai pembelajaran social emosional. Seperti biasa diakhir pembelajaran kami diberikan tugas untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah kami lakukan dalam bentuk jurnal. Pada kesempatan ini saya akan menuangkan refleksi saya dalam kerangka 4P yakni, Peristiwa -- Perasaan - Pembelajaran -- Penerapan atau juga dikenal dengan kerangka 4F ( Facts -- Feelings -- Findings -- Future ). Kerangka refleksi model ini dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. Beberapa pertanyaan pemandu yang membantu saya untuk mengembangkan kerangka refleksi saya adalah sebagai berikut :

  1. Apa yang Bapak/Ibu lihat dalam proses tersebut? (Peristiwa)
  2. Apa yang Bapak/Ibu rasakan sehubungan dengan proses yang Anda alami? (Perasaan)
  3. Apa hal yang bermanfaat dari proses tersebut? (Pembelajaran)
  4. Apa umpan balik yang Anda dapatkan? (Pembelajaran)
  5. Apa yang ingin Anda perbaiki atau tingkatkan agar ini berdampak lebih luas? (Penerapan)

Hal ini berguna agar refleksi yang kita lakukan dapat teratur dan mengarah kepada hal baik berupa penerapan lebih lanjut. Selanjutnya dari pertanyaan pemandu tersebut akan dikembangkan pola fikir refleksi kita dalam bentuk jurnal. Baiklah saya akan mulai mengurai refleksi saya terhadap pembelajaran yang telah kami jalani selama pembelajaran modul 2.2 mengenai pembelajaran social emsoional berikut ini :

Pada awal pembelajaran modul 2.2 dibuka, kami disajikan refleksi mengenai social emosional yang pernah kami lakukan atau kami alami sebelumnya. Disini saya menceritakan pengalaman yang pernah saya alami terkait social emosional. Berkaitan dengan dengan lingkungan kerja saya bahkan berdampak emosional saya terhadap pembelajaran yang saya lakukan dikelas. Kami diajak untuk mengulang dan mengingat apa yang membuat kami kembali bangkit dari krisis emosi tersebut. 

Saat itu perasaan saya sangat antusias sekali, mengingat itu adalah pengalaman yang tidak terlupakan, dimana perasaan dan fikiran kala itu sangat menyita perhatian dan sedikit menggangu emosional saya. Namun dari sana saya mendapatkan pembelajaran berharga, menjadikan diri saya berfikir untuk melakukan hal yang serupa. Saya dapat bangkit dari krisis emosi yang saya alami dan dapat menata emosi saya kembali sehingga kegiatan utama saya yakni melaksanakan pembelajaran dikelas dapat maksimal kembali saya lakukan.

Selanjutnya kami memasuki pembelajaran modul 2.2 pada tahapan Eksplorasi Konsep, secara mandiri kami mempelajari modul dengan beberapa tahapan materi, juga kami diarahkan berdiskusi secara visual untuk menuangkan ide, atau memberikan catatan-catatan mengenai materi yang telah kami pelajari. Saat itu perasaan saya sangat bersemangat sekali, menurut saya ini pernah kita lakukan disepanjang pembelajaran kita disekolah namun saya baru sadar dan sangat mengerti ketika saya mulai mempelajari pembelajaran social emosional pada modul ini. Banyak hal yang dapat saya jadikan pembelajaran, yang tadinya saya beranggapan, bahwa pembelajaran social emosional dapat kita lakukan ketika kita memotivasi social emosional anak didik kita agar lebih bersemangat lagi dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga kegiatan ini sering saya lakukan diakhir pembelajaran, memberikan motivasi kepada siswa saya agar mereka dapat menjaga emosonal mereka agar tetap focus dalam pembelajaran. Namun setelah mempelajari materi tentang pembelajaran social emosional ini saya baru mengerti, pembelajaran ini dapat diintegrasikan dalam kegiatan kokurikuler maupun ekstrakurikuler. 

Didalam pelaksanaan pembelajaran pun dapat kita integrasikan, baik itu dalam Pembukaan hangat: antara lain dengan memberikan kesempatan pada murid untuk berbicara, mendengarkan aktif, memungkinkan interaksi, menciptakan rasa memiliki, dapat menumbuhkan salah satu kompetensi sosial dan emosional. Kegiatan inti yang melibatkan: antara lain dengan melakukan diskusi akademik, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, refleksi diri dan penilaian diri, pemberian suara dan pilihan. Penutupan optimistik: antara lain dengan refleksi, apresiasi, dan cara-cara positif lainnya untuk memperkuat pembelajaran. Bahkan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran juga diintegrasikan pembelajaran social emosional yang menekankan pada 5 kompetensi social emosional, yakni

  • Kesadaran diri yang merupakan kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.
  • Manajemen Diri  yang merupakan kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi.
  • Kesadaran Sosial  yang merupakan kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda.
  • Kemampuan Berelasi  yang merupakan kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif.
  • Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab yang merupakan kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis ( well-being ) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok.

Selanjutnya kami memahami 4 indikator pembelajaran sosial dan emosional yang berkaitan dengan kelas dan sekolah, yaitu:

  • Pengajaran eksplisit
  • Integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik
  • Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah
  • Penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah

Implementasi Pembelajaran Sosial Emosional dengan pengajaran eksplisit memastikan peserta didk  memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan berefleksi tentang kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan terbuka dengan keragaman budaya. Pengajaran eksplisit Kompetensi Sosial Emosional dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Kita selaku pendidik dapat menggunakan berbagai proyek, acara atau kegiatan sekolah yang rutin untuk mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara eksplisit. Sedangkan untuk integrase dalam praktek mengajar guru dan kurikulum dapat kita integrasikan kompetensi social emosional didalam pelaksanaan pembelajaran kita. Salah satu upaya mengubah lingkungan sekolah (iklim kelas dan sekolah), adalah melalui praktik guru dan gaya interaksi mereka dengan murid, atau dengan mengubah peraturan dan harapan sekolah. Lingkungan yang memprioritaskan kualitas hubungan antara guru dan pesrta didik adalah salah satu indikator utama dalam penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah. Kualitas relasi guru dan peserta didik yang tercermin dalam sikap saling percaya akan berdampak pada ketertarikan dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran. Sikap saling percaya akan menumbuhkan perasaan aman dan nyaman bagi peserta didik dalam mengekspresikan dirinya. Peserta didik akan lebih berani bertanya, mencari tahu, berpendapat, mencoba, berkolaborasi sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya secara lebih optimal. Selain kualitas relasi guru dan peserta didik, lingkungan kelas yang aman dan positif juga dapat diciptakan melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang dapat merangkul keberagaman dan perbedaan, melibatkan peserta didik, dan menumbuhkan optimisme.

Selanjutnya Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat pembelajaran sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, yaitu 1. Memodelkan (menjadi teladan): mendukung pendidik dan tenaga kependidikan dalam memodelkan kompetensi dan pola pikir di seluruh komunitas sekolah dengan peserta didik, keluarga peserta didik, mitra komunitas, dan satu sama lain. 2. Belajar: Pendidik dan tenaga kependidikan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi dan mengembangkan kapasitas untuk mengimplimentasikan kompetensi sosial emosional, 3. Berkolaborasi: menciptakan struktur berbentuk komunitas pembelajaran profesional atau epndampingan sejawat bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk berkolaborasi tentang cara mengasah strategi untuk mempromosikan Kompetensi Sosial Emosional di seluruh sekolah.

Dari pembelajaran yang dilakukan tersebut, kami diminta menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang terintegrasi dengan pembelajaran social emosional, sebagai bentuk penerapan pelaksanaan pembelajaran yang akan kami lakukan dikelas kami disekolah. RPP Pembelajaran social emosional yang telah kami susun tersebut diunggah di LMS kami untuk didiskusikan bersama teman-teman CGP lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun