Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berdamai

16 Januari 2023   10:35 Diperbarui: 16 Januari 2023   10:34 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-rodnae-productions-6670068

Kalau saja kita punya waktu untuk mengamati beberapa hari belakangan ini, dan tentu saja jauh hari di belakang. Rasanya semakin banyak saja kasus rumah tangga dengan segudang masalahnya dan berakhir dengan berantakan. Entah karena faktor ekonomi yang menjadi pokok permasalahannya, faktor lingkungan, bahkan juga faktor adanya orang ketiga, yang ikutan nimbrung.

Dan faktor-faktor inilah yang diibaratkan membuat tembok rumah tangga ambruk dan pintu-pintu gerbang kasih juga jebol. Tidak jarang ini menjadi pemicu untuk saling menyalahkan. Suami menyalahkan istri, istri menyalahkan suami, yang mengakibatkan anak-anak menjadi sasaran tembak, dan menjadikannya korban.

Situasi perekonomian rumah tangga yang goyang akibat beberapa sebab, menjadi salah satu pemicu utama perceraian di dalam rumah tangga. Suami terkena  PHK atau kehilangan pekerjaan dan tidak sedang menghasilkan uang untuk modal kelanjutan roda kehidupan rumah tangganya. Sedang dari pihak isteri bisa jadi tidak siap dengan kondisi yang kritis. Jadilah pertengkaran-pertengkaran dimulai yang akhirnya berujung hancurnya tembok kasih antar suami isteri.

Atau situasi lingkungan dimana banyak warga komunitasnya banyak yang berperilaku negatip. Entah itu dunia minum-minum, mabok-mabokkan, judi atau main perempuan, juga dugem. Dan ketika strata kehidupan suami isteri tidak siap berjalan dengan sikap yang teguh di tengah lingkungan yang demikian, apalagi tidak keteguhan iman, maka inipun menjadi pemicu runtuhnya tembok rumah tangga.

Faktor lain yang tidak kurang gawatnya, adalah ketika ada orang ketiga yang nimbrung dan ikut masuk dalam kehidupan rumah tangganya. Disinilah gerbang ke- iman-an seseorang dipertaruhkan. Dan di tengah pertempuran kejiwaan antar suami isteri, perlu kesiapan sampai sejauh mana peranan Tuhan diikut sertakan di dalam kehidupan rumah tangga seseorang.

pexels-lil-artsy-5541019
pexels-lil-artsy-5541019

Konon ada seorang pria yang meninggalkan rumahnya dalam keadaan kosong selama bertahun-tahun, tanpa ada yang merawat dan membersihkan rumahnya. Saat dia kembali, didapati rumahnya sudah rusak parah dengan tumbuhan liar menutup rumahnya. Pintu dan kusennya sudah lepas dari dudukkannya, bahkan sebagian temboknya sudah terkelupas dan terbongkar.

Dia tersadar apa yang sedang terjadi dengan rumah tinggalnya akibat kelalaiannya. Sehingga membuat dia cepat tanggap, apa yang harus segera dilakukan untuk menghadapi apa yang ada di depan matanya. Dengan sadar diri, si pria itu segera ambil posisi dengan menyadari kelalaiannya, segera menyusun rencana dan stategi, punya kemauan untuk membangun kembali serta bersiap merealisasikannya.

   

pexels-ekaterina-astakhova-2953933
pexels-ekaterina-astakhova-2953933

Empat hal inilah yang menjadi dasar si pria tersebut untuk melakukan pembangunan kembali tembok rumah yang runtuh dan pintu kusennya yang terbongkar. Si pria meminta tolong siapa saja yang mau dan memiliki visi yang sama untuk merehabilitasi rumahnya. Tidak main-main karena rumahnya begitu besar dan luas. Walaupun pada kenyataannya, realisasi pembangunannya tidak semudah membalik telapak tangan. Ada saja yang mengolok dan mencibir.

Belajar dari masalah yang dihadapi si pria tersebut di atas, sudah sepatutnya kita melakukan hal yang sama, saat rumah tangga kita mungkin sedang menghadapi masalah atau pergumulan.

Sekalipun tembok rumah tangga kita nyaris runtuh dan pintu-pintu gerbang nyaris terlepas dari dudukkannya. Sekalipun dari kacamata luar kelihatan harmonis, tetapi ternyata di dalamnya berkecamuk ribuan problema. Karena dengan merendahkan diri dan mohon pertolongan kepada Tuhan dengan landasan iman yang kuat, rumah tangga kita dapat terselamatkan.

Tidak perlu saling menyalahkan. Karena bisa terjadi suami istri dua-duanya salah di hadapan Sang Khalik. Rangkulah kembali suami, istri dan anak-anak. Milikilah tekad yang kuat untuk membangun kembali rumah tangga yang layak dan berkenan di hadapan Sang Pencipta.

pexels-jonathan-meyer-752473
pexels-jonathan-meyer-752473

Alangkah damainya dunia ini kalau semua rumah tangga berdasar kepada iman dan iman. Sehingga kita bisa menjadi pemenang dalam proses kehidupan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun