Mohon tunggu...
Hermansyah Siregar
Hermansyah Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN

Menguak fakta, menyuguh inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bacan Berlin, Batu yang (Tidak) Cantik

30 Juli 2018   16:07 Diperbarui: 30 Juli 2018   17:47 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepingan batu tembok Berlin menjadi souvenir. Dokumen pribadi.


Beberapa tahun yang lalu para lelaki banyak kecanduan mengoleksi batu cincin. Kalau sudah melihat bongkahan atau kepingan batu, mereka sibuk beraksi dengan gaya yang cukup menarik seperti menggosok, memicing, mengeker, mengedip dan mengintip lekukan batu. Berlagak seperti ahli nujum melihat guratan dan buliran dan kepadatan batu. Mempersonifikasikan aura transedental kandungan batu dan mematutnya setelah menjadi batu cantik (bacan) dengan calon pemakai batu cincin (bacin).

Temanku yg dulunya hidup hemat dan cenderung medit tiba-tiba menjadi royal bukan kepalang kalau lagi cerita tentang batu. Mentraktir ngopi plus gorengan dan kadang dilanjutkan makan siang agar dia dapat kesempatan menahan bokongku untuk tidak beranjak dari kursi warung guna menjelaskan hikayat sang batu secara runtut dimulai sejak proses sublimasi beratus tahun yang lalu, terbentuknya guratan dan alur yg punya nilai mistis, penggunaan efek pencahayaan melihat aura tersembunyi, ekspedisi pencarian, penggalian, penggosokan hingga penentuan harga untuk diikat dalam balutan besi cincin.

Saking banyaknya yg kegandrungan berburu batu hingga majelis taklim dan majelis arisan warga di kampungpun harus bekerja keras mempertahankan jamaah dan membersnya agar tidak pindah kelain hati bergabung dgn majelis baru yg lagi ngetrend yg jamaahnya sangat militan, setia dan possesif.

"Coba lihat air ini, warnanya bening ya. Klo dimasukkan batu cincin ini air bisa berubah menjadi warna biru. Warna yg melambangkan keteduhan dan ketenangan. Klo kalian pakai bacin ini perasaan kalian selalu tenang..ademm, "kata penggila bacin yg sdh rada2. Klo lagi bokek apakah masih bisa tenang ya dgn pake bacin ini, tanyaku dalam hati.

Pada jaman gila batu, satu jari manis dalam kepalan lima jari terasa kurang bagi penggila bacin. Semua jari mereka tiba2 berubah menjadi jari manis. Semua diikat dengan batu cincin beraneka rupa dan warna.

Ada bacin ditelunjuk utk nambah wibawa, diselipkan dijari tengah utk tolak bala, direkatkan pada jari manis sebagai pemikat wanita, jari kelingking agar murah rejeki, dan jari jempol buat terapi. Lengkaplah sudahh...

Kalau lagi ngomong, biasanya dulu tangannya disaku, kini tangan diangkat tinggi menjelaskan dengan penuh wibawa seperti para ahli sambil membolak balik jari jemari agar keliatan kilauan banyak bacin warna warni.

"Kawan, dengar...kalo kalian pengen karirnya cepat naik, waktu menghadap bos pakailah bacin ini. Bos akan senang..semua urusan lancar. Kalian minta promosi jabatan akan dikasih, "kata penggila batu yg sudah kena gejala flinstone effect. Sangat dramatis dan kadang diluar nalar.

"Tau gak..klo makan sambil pake cincin ini perut kalian bisa kenyang. Dan klo minum pake cincin ini haus pasti ilang," celotehnya yg sdh diatas rada2 gokil. Ya iyalah...kagak pake cincin juga bisa kenyang...semprulll.

Mengetahui gejala akut ini, akupun mahfum ketika ada temanku pesan tlg bawain batu dong dari Berlin kalau pulang. Aku berasumsi dia pasti minta dibawain batu cincin. "Batu Jerman ya," kataku memastikan.

"Bukan batu Jerman.. tapi batu Berlin. Belinya di toko souvenir di daerah Check Point Charlie, " tegasnya. Apa ada batu Berlin ya? Seingatku gak ada batu cincin khas Berlin tp aku coba mampir kalau lewat daerah objek wisata tsb.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun