Mohon tunggu...
Hermansyah Siregar
Hermansyah Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN

Menguak fakta, menyuguh inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bacan Berlin, Batu yang (Tidak) Cantik

30 Juli 2018   16:07 Diperbarui: 30 Juli 2018   17:47 808
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepingan batu tembok Berlin menjadi souvenir. Dokumen pribadi.

Mencoba masuk ke dalam toko souvenir dan lihat2 barang dagangan yg dijual, aku melihat tumpukan batu yg dilapisi plastik bening. Ada ukuran kecil, sedang dan agak besar segenggaman tangan. Hmm...mungkin ini yg dimaksud batu yg dpt digosok menjadi cincin itu.

Bahan luarnya kasar dan pinggirannya gak beraturan tetapi permukaannya rata. Warnanya berwarna warni. Pasti cukup mahal dan bila digosok akan menghasilkan pendaran warna dan cahaya yg bagus, gumamku.

Batu asli tembok Berlin. Percaya aja kalau ini asli batu ya. Dokpri.
Batu asli tembok Berlin. Percaya aja kalau ini asli batu ya. Dokpri.
Aku perhatikan kisaran harganya yg kecil 9,95 euro yang sedang 14,95 euro dan paling besar 19,95 euro. Hmm...gak terlalu mahal utk harga sebuah batu bakal cincin ukuran Jerman pikirku. Masih wajarlah sebagai oleh-oleh. Kemudian kubaca nama souvenir itu Original Berliner Mauer. Apa ya artinya Mauer.

Aku lihat kamus google translate Jerman ~ Indonesia, dan ketik Mauer artinya adalah "Tembok". Ya benar artinya adalah tembok, kawan. Tembok Berlin Asli. Sekali lagi aseli. Bujubuneee...harga serpihan (bukan bongkahan batu) dihargai sebesar itu. Kalau dirupiahkan yg paling gede hampir Rp 300.000,-.

Ini lebih gendeng lagi daripada orang Indonesia yg gila bacin pikirku. Serpihan batu bisa menjadi dianggap berharga hanya karena ada label peristiwa sejarah yg ditulis dilapisannya. Apakah pembeli bisa percaya begitu saja kalau beneran itu reruntuhan tembok Berlin? Dan kalaupun benar, ngapain juga membelinya.

Ternyata kawan, 155 kilometer panjang tembok Berlin dengan tinggi 4 meter yg membelah Jerman Barat dan Timur saat perang dingin dahulu tidak dibuang begitu saja reruntuhannya.

Dengan reunifikasi kedua Jerman yg ditandai dengan diruntuhkannya tembok sialan tsb, negara Jerman yg baru tidak begitu saja membuang material bersama dgn kenangan getir yg tersimpan di dalamnya.
.
Untuk mengenang sejarah pahit tidak sekedar dibuatkan monumen atau museum tetapi kepingan material sejarah yg tidak berguna akan punya makna dan bernilai ketika dilabeli suatu peristiwa dibaliknya.

Ketika tidak ada tulisan Original Berliner Mauer, serpihan batu itu tidak berharga sama sekali dan orang yg menyimpan atau memajangnya mungkin dapat diduga kena gejala flinstone effect.

Turis butuh kenangan. Walaupun hanya berupa kepingan batu. Dokpri.
Turis butuh kenangan. Walaupun hanya berupa kepingan batu. Dokpri.
Kesimpulanku terhadap gejala orang gila batu di Jerman dan Indonesia adalah terdapat suatu persamaan yakni memberikan nilai harga yg cukup tinggi diluar logika awam dan perbedaannya adalah orang Jerman mengemas batu dalam bingkai sejarah bangsanya dan orang Indonesia mengemas batu dalam bingkai imajinasinya.

Dan Einstein pernah bilang bahwa imajinasi lebih hebat dari ilmu pasti. Hebat juga ya Einstein...eh imajinasi.

telah ditulis di blog personal: catatanhermansyahsiregar.blogspot.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun