Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan revolusi industri 4.0, perusahaan tidak lagi hanya bergantung pada modal dan teknologi. Justru, Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi aset terpenting yang menentukan daya saing dan keberlanjutan sebuah perusahaan. SDM yang adaptif, inovatif, dan memiliki karakter kerja yang kuat kini menjadi kebutuhan mendesak dalam setiap organisasi.
Salah satu contoh nyata adalah perusahaan teknologi Tokopedia, yang berhasil bertahan dan berkembang pesat meski di tengah pandemi COVID-19. Mereka cepat beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen dan memberdayakan SDM-nya untuk menciptakan solusi digital. Bukan hanya mengandalkan skill teknis, Tokopedia juga membangun budaya kerja yang kolaboratif dan fleksibel. Inilah bukti bahwa SDM yang adaptif mampu menjadi motor perubahan dalam kondisi krisis.
Namun, tidak semua perusahaan siap menghadapi disrupsi seperti ini. Banyak perusahaan, terutama yang masih konvensional, masih mengeluhkan sulitnya mencari karyawan yang sesuai kebutuhan. Ini menunjukkan adanya skill gap antara lulusan pendidikan dan kebutuhan industri. Contohnya, industri manufaktur kini membutuhkan tenaga kerja yang mampu mengoperasikan mesin berbasis digital, tetapi lulusan yang tersedia masih banyak yang hanya menguasai teori dasar tanpa kemampuan praktis.
Di sisi lain, tantangan juga datang dari perubahan ekspektasi karyawan muda (generasi milenial dan Gen Z) terhadap dunia kerja. Mereka tidak hanya mencari gaji yang kompetitif, tetapi juga ingin lingkungan kerja yang sehat secara mental, fleksibel, dan memberikan ruang tumbuh. Jika perusahaan tidak mampu merespons perubahan ini, maka mereka akan kesulitan mempertahankan talenta terbaik.
Dalam konteks ini, perusahaan perlu mengambil langkah konkret dalam pengembangan SDM. Beberapa strategi yang bisa dilakukan antara lain:
- Upskilling dan reskilling karyawan secara berkala untuk menghadapi perubahan teknologi
- Membangun budaya kerja yang terbuka dan inovatif, di mana setiap karyawan merasa didengar dan dihargai.
- Memanfaatkan data dan teknologi dalam manajemen SDM, seperti penggunaan sistem HRIS (Human Resource Information System) untuk memantau kinerja dan kebutuhan pelatihan.
- Mengutamakan well-being karyawan, baik dari sisi fisik maupun mental, karena karyawan yang sehat dan bahagia akan bekerja lebih produktif.
Perusahaan seperti Gojek juga menjadi contoh lain bagaimana SDM menjadi faktor kunci kesuksesan. Gojek tidak hanya fokus pada pertumbuhan pengguna, tetapi juga secara aktif mengembangkan ekosistem kerja yang mendukung kolaborasi lintas divisi dan lintas budaya. Mereka sadar bahwa di balik setiap inovasi teknologi, ada tim yang kuat dan saling mendukung.
Kesimpulannya, kualitas SDM menentukan arah dan masa depan perusahaan. Di era global yang cepat berubah, keunggulan perusahaan tidak lagi hanya diukur dari ukuran atau asetnya, tetapi dari kemampuannya membentuk tim kerja yang siap berubah, belajar, dan berinovasi. Maka, investasi terbaik bagi perusahaan bukanlah pada gedung atau mesin, tetapi pada manusia di dalamnya.
Terima kasih
#Mahasiswa #Univeristas Pamulang
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI