Mohon tunggu...
Herman Efriyanto Tanouf
Herman Efriyanto Tanouf Mohon Tunggu... Penulis - Menulis puisi, esai, artikel lepas

Founder dan Koordinator Komunitas LEKO Kupang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lopo di Timor

12 September 2019   21:48 Diperbarui: 12 September 2019   21:54 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Julianus P. Limbeng

Sedikit tentang Lopo di Timor, Nusa Tenggara Timur

Lopo (bukan marga) yang Anda lihat di daratan Timor, khususnya Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan, itu bukan rumah adat. Lopo hanya bagian dari rumah adat itu sendiri.

Lopo, beratap alang-alang atau gewang. Bukan seng atau sejenis atap mewah, yang akhir-akhir ini lebih banyak dipakai. Disangga empat tiang, tanpa dinding. Di dalam lopo ada hala' (balai-balai), terbuat dari bambu atau kayu (papan). Lopo dibangun tepat di depan rumah (belakangan dibangun di samping belakang rumah dengan alasan tertentu).

Lopo (seharusnya) tidak beratap seng. (Foto: HET)
Lopo (seharusnya) tidak beratap seng. (Foto: HET)
Lopo dalam fungsinya sebagai lumbung digunakan untuk menyimpan hasil panen (jagung, padi, ubi kering, dan lain-lain). Selain sebagai tempat untuk bersantai, lopo berfungsi sebagai tempat bagi Atoen Meto' untuk melaksanakan musyawarah, ritual/ upacara adat. 

Di kampung-kampung, kalau ada masyarakat yang melakukan kesalahan (moe' lasi), seperti mencuri babi, menculik istri orang, berkelahi, dan masalah lainnya, biasanya diselesaikan di lopo.

Mengapa harus diselesaikan di Lopo?

Ya, tidak mungkin di bawah pohon, di dalam hutan, atau di kandang kambing. Lopo, selain dalam beberapa fungsi di atas, juga memiliki fungsi sebagai tempat untuk menjamu tetamu.

Sebelum seseorang masuk ke dalam rumah (seharusnya) ia beristirahat sejenak di lopo. Sebut saja tetamu yang melakukan perjalanan jauh, ditawarkan untuk beristirahat, tarik napas, lap keringat (mengandaikan musim panas) atau sekadar basa-basi. 

Sebelum akhirnya, disodorkan sirih pinang sebagai bentuk penerimaan dan ungkapan persahabatan, kekeluargaan, persaudaraan.

Nah, ungkapan kekeluargaan atau persaudaraan inilah yang melatarbekakangi, kenapa sebuah masalah (harus) diselesaikan di lopo. Lebih jauh dari itu, lopo sangat menjanjikan kenyamanan. Sehingga masalah yang ada, kemungkinan besar 'beres' di ini tempat. 

Seperti nyamannya rahim para perempuan. Ya, perempuan-perempuan di kampung sering menjadikan lopo untuk menenun. Walau beberapa yang tidak tahu menenun, menjadikan lopo sebagai tempat cari kutu dan gosip.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun