Mohon tunggu...
Herma Kristinawati
Herma Kristinawati Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Penikmat kopi, Pemeluk rindu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yang Sirna

8 April 2021   19:02 Diperbarui: 8 April 2021   19:10 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hehehe tak apa mas, takdir tuhan bukan kita yang menentukan sebab kita tak lain dan tak bukan memang bukan asisten tuhan. Insyallah aku melepasmu pelan doakan agar segera diberi kelapangan. Selamat atas diberinya kamu hati yang baru. Semoga kita masih selalu berteman tanpa melibatkan perasaan. Terimakasih yaa sudah pernah berbagi kasih walau ditengah jalan kita sempat berselisih. Kan sebelum janur kuning melengkung masih ada jalur menikung, haha"

Begitu lah balasan pesan yang sempat aku lontarkan kepadanya, Sakitnya tak sebanding dengan balasan perasaan yang hanya dianggap leluconan. Yaa rahman, aku menyebut asma tuhan supaya terhindar dari cinta yang ramah pada kesakitan. Batin kubergumam mengepul amarah, haish tapi tak ada gunanya rasanya menyesali sesuatu yang hanya mencipta pilu. Pelan-pelan aku mencoba mengikhlaskan segala perih yang diberi oleh sang maha kehidupan entah itu sebagai cambuk yang merupa hukum alam atas segala perlakuan ku kepada hati-hati manusia yang secara sengaja atau tidak sengaja pernah aku patahkan atau memang ujian dari tuhan aku tidak begitu memikirkan, yang pasti aku hanya tengadah tangan berdoa pada tuhan
supaya diberi kelapangan yang semoga tuhan mengAminkan.

Genap setengah tahunan aku merajut kisah dengan si tuan walau pada akhirmya kisah
tersebut tidak sampai tamat tapi setidaknya ada pelajaran yang aku terima dari segala hikayat. Bahwa patah hati tak selamanya tentang membenci. Bahwa jatuh cinta tak selamanya tentang
bahagia. Aku juga harus menyadari ini rona kehidupan, Ia yang sempat singgah memang banyak membawa musibah tanpa menolak lupa ia juga pernah meninggalkan hikmah. Makanya siapa suruh buru-buru menaruh hati sebelum jauh menapaki ?. Semestinya aku dulu hanya mengenal saja bukan untuk mencipta rasa, ah kini aku hanya mahir mengandai-andai. Rasanya hari-hari ku hanya selalu dipenuhi imaji yang tak tau diri. hmm.. bangkit puan bangkittt ungkapku dalam hati mencoba memberikan amunisi naluri berupa semangati diri sendiri untuk mengalihkan kalutnya hati supaya lekas pulih kembali. Nestapa nya diri ini hihi tak apa, begitu lah hidup tak selamanya tentang tawa tak selamanya tentang duka.

Pekan ke pekan bulan ke bulan tak terasa hubungan ku dengan si tuan sudah semakin jauh berkelindan dan minim harapan. Dan ia sudah merajut hati yang baru sedang aku masih merawat luka yang lalu. Tanpa tau malu hati ini masih menyelip kan rindu, berkomat kamit mengucap namamu, mengudarakan lewat doa-doa sebagai penyambung masa kita bersua. Bila sedang lemahnya iman kadang tengadah tangan ini tak cukup sebagai obat kesembuhan untuk hati yang pesakitan aku suka menuangkan nya lewat untaian aksara. Biar lah namanya abadi dalam rentetan abjad-abjad sajak ku saksi bisu atas romansa asmara yang ternista dosa. Sebagai penutup atas segala kisah yang belum sempat terbalas indah aku memberinya hadiah yang terbungkus rapi dalam kertas sedikit basah sebab air mata yang sempat tumpah ia menjelma syair-syair gundah sebagai wadah rindu yang tak jarang resah.

Sembari aku menunggu musim semi menyaksikan mekarnya kelopak seruni, merayakan segala yang pernah lelayu dan mati. Atas nama rasa yang tak runtuh di terpa lara aku bertanya pada desir angin yang tanpa rupa. Untuk rindu yang terlalu muda pada musim apa rindu itu lekas menua (?)

Tamat ....
Surabaya, 2020;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun