Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Yang Sirna

8 April 2021   19:02 Diperbarui: 8 April 2021   19:10 236 1
Kemudian kan ku sapa bayang semu di pelupuk mataku

Sesekali ingin ku ucap kata rindu sapa hangat dariku

Bilamana siang berlalu dan malam telah berlaku, nostalgia itu datang satu-satu mengetuk jendela kamarku.

Mendekap dingin malam ku, merengkuh naluri ku

Sedang romansa yang telah berlalu menyisakan pilu di lembar diary ku;

Surabaya, 2021...

Begitu kiranya sederet aksara duka nya, Berjejer abjad goresan pena si puan yang ia tuangkan di diary lusuhnya. Ia yang tengah di rundung nestapa. Sebut saja aku, Perempuan yang kehilangan harapan tuk mendekap pria idaman yang ingin dijadikan teman hidup seumur hidupnya, maunya. Tapi apa daya kuasa tuhan diatas segalanya bukan??

Tatkala manusia berencana titik akhir tetap garis tuhan yang menentukan, Aku hanya bisa mengImani apa yang menjadi takdir kehidupan.

"Huuhhhhh", Aku menghela nafas panjang seraya berucap lirih "Bismillah, aku ikhlas"

Ucapku sembari mengelus dada pertanda menguatkan iman yang tinggal diujung mata. HAHA,

yaa beginilah nasib si perempuan yang krisis keimanan bisanya hanya merintih kesakitan
padahal masih bisa tengadah tangan. Aihhhh, yang semoga saja aku masih punya tuhan. Kataku ber monolog sembari mencari kedamaian hati yang ramai oleh isi kepala sendiri.

Tulalitt, tulalit....

Hah, dering hape ku membubarkan overthinking ku, Ku raih hape yang sedari tadi tergeletak
disamping kursi.

"Dek, apa kabar" Seutas diksi yang membuat gemuruh hati setelah sekian purnama ia pergi. Lelaki yang tak lagi mengirimiku pesan whatsapp untuk bertanya perihal kabar setiap saat, yang tak pernah lagi menelpon dini hari untuk bertukar cerita sehari-hari, yang tak lagi menjemputku kencan di malam minggu. Sebab katanya ia lebih memilih meninggalkan ku atas nama ragu. Menyisakan deretan kenang yang tak kunjung lekang, Menorehkan luka yang belum juga ku temukan obatnya. Tapiiiii

Aaaaah betapa girangnya hatiku menerima sebuah pesan dari lelaki yang paling ku dambakan. Yaa, itu dia tuan (Panggilan kesayangan) yang mampu membuat ku bersimpuh menangis, tersedu sedan di hadapanNya. Sebatas untuk meminta pada sang pemberi kehidupan untuk menjadikan dia teman SeIbadahan pun teman SepeRanjangan, Hehe..

Aku memang dibuat patah berkali-kali olehnya. Menangis siang, dan malam adalah rutinitas ku selama aku memutuskan untuk menaruh separuh hatiku untukknya. Haaa? Itu cinta apa penjara banyak amat deritanya. haha, Betapa dungunya aku, sarjana empat tahun lamanya bergelut dengan retorika yang membuat otak makin mahir berdialektika harus bodoh hanya karena lelaki yang tak tau arah muara cinta nya berlabuh kemana. Sebut saja Budi, Ia adalah sosok lelaki yang pandai menarik hati, yaa aku termasuk salah satunya. Sungguh aku telah jatuh
hati berkali-kali dibuatnya bukan sebab parasnya bukan sebab cuannya. Aku telah jatuh hati pada kemasan pemikirannya, Pria dengan sikap dan sifat yang dewasa, ramah pembawaannya, halus tutur katanya, manis senyumnya, Tajam tatapanya dibalik lensa kacamatanya.
Menandakan bahwa apa yang dibidik tepat di depan matanya selalu didapatkannya, ya itu termasuk membidik hati wanita, Ciyaaaa. Tapi poin utamanya tetap agamanya, segala tindak tanduknya tetap ia jalankan pada koridor tuhanNya, aaaah aku selalu dibuat jatuh hati berkali-kali olehnya.

Tapi ternyata, kuasa tuhan tak berjalan berdampingan dengan segala harapan yang sudah aku lambungkan tinggi di langit-langit tujuh turunan. Yaa di paksa ikhlas saja namanya juga kodrat kehidupan mana bisa kita menghindar dari apa yang di garis kan tuhan, hanya bisa mengiyakan isyarat kepatuhan. begitu bukan?.

Oh iyaa. Detik itu ia datang kembali dengan mengirimku seutas pesan whatsapp berisi intermezzo tak berkelas. Pura-pura bertanya kabar padahal hatiku pernah dibuatnya memar.
Atas dasar kemanusiaan yang diajarkan oleh guru pendidikan kewarganegaraan dulu ketika aku masih duduk dibangku sekolahan, Bahwa seburuk perlakuan perseorangan maka kita harus tetap memanusiakan dengan cara menghargai apa yang di berikan. Bukankah bertanya kabar adalah satu tindakan pemberian bentuk perhatian ? Hehe.

"Alhamdulillah kabar ku baik mas" balas ku singkat tanpa menanyakan balik kabarnya. Bukan aku acuh pada baik buruk kabarnya tapi aku hanya menarik ulur hatinya seperti apa yang pernah dulu ia lakukan padaku. Eitsss, ini bukan balas dendam yaa tapi timbal balik tindakkanya.
Tapi tidak kah aku menyangka ternyata intermezzo pesan yang ia kirimkan padaku adalah i'tikad baik darinya ia kembali mengirimiku pesan yang aku tersontak kaget ketika membacanya berisi pesan yang sangat klimaks. Beginilah isinya

" Maafin aku dek atas segala perlakuanku pada mu atas kisah kita yang dulu, yang terpaksa ku rentas hanya karna ke egoisan ku aku meninggalkan mu sebab aku ragu. ini cinta atau hanya sekedar nafsu.

aku memang pernah suka dan sayang kepadamu. Tapi ternyata di tengah pengembaraan kisah kita aku telah menemukan sesosok wanita lain yang mampu membuat ku jatuh cinta kembali. Aku sadar apa yang aku perbuat padamu tak lazim dan tak pantas di maafkan, tapi ini hati yang hanya digerakkan oleh sang maha pembuatnya yaitu tuhan dek. Mengenal mu adalah diluar kuasa ku apalagi membuat mu terluka, tak pernah terlintas pun dipikiran ku untuk mencipta lara. Aku hanya ingin mengenalmu lebih jauh kala itu tidak untuk bermaksud menyakitimu. Bila kamu ingin hukum aku semaumu bila itu mampu membayar kesakitanmu, aku ikhlas dek. sekali lagi aku minta maaf. Aku datang hanya ingin merajut kembali silaturahmi pertemanan yang terlanjur kita bangun supaya tidak hancur. Walau pabila nantinya tuhan mengizinkan kita bertemu di satu tatap waktu dengan romansa yang berbeda lagi, entah sebagai kawan atau sebagi musuh bebuyutan. Hehe. Soalnya aku rasa selama ini kamu benar-benar ingin melupakan aku dengan cara memutus tali pertemenan dek, Yaa memang itu hakmu karna sakit hatimu. Tapi satu yang perlu kamu ketahui dek aku benar-benar tidak ada satu pun niatan membuat kealpaan dengan melukai hati perempuan, maafin aku yaa :)"

Hmmm aku mendengur keras, pertanda malas untuk membalas pesan panjangnya, Begitu berbelit pesannya, hanya membuka lagi perban luka yang sudah aku tambal berbulan-bulan lamanya. Tapi setelah aku fikir-fikir berlipat kali ada benarnya apa yang diucapnya bahwa memang hati tak bisa dipaksa ia akan berlabuh kemana sebab cinta tak hanya berbicara tentang kata-kata tapi kata hati. Aku mencoba ikhlas dengan segala pembenaran-pembenaran yang dibuatnya. Yaa tidak naif memang untuk tidak terluka, tapi aku rasa memang resiko jatuh cinta kan kalau tidak terluka ya bahagia. Mungkin memang aku yang terlalu berharap tinggi-tinggi kemudian ketika realita tak sesuai ekspetasi pasti tercipta sakit hati. Aku sedikit berbangga pada diriku atas kedewasaan olah pikirku. Haha siapa suruh menaruh harap pada manusia sebab bukan kah manusia adalah tempatnya PHP(Pemberi harapan palsu) tidak seperti allah ia maha PHP( Pemberi harapan Pasti) eaaaa.. Gumamku pelan sembari melamun memikirkan balasan pesan untuknya. Sesaat sebelum aku putuskan untuk merajut kisah lagi dengan nya meskipun bukan kisah asmara tapi kisah yang seperti semula saat aku mengenalnya berawal dari teman biasa yang dipertemukan saat kita ngopi di warung kopi dan setelahnya kita saling bertukar akun instagram kemudian berbalas-balas pesan yang akhirnya bermuara berbalas perasaan dan putus ditengah jalan HAHA.

"Hehehe tak apa mas, takdir tuhan bukan kita yang menentukan sebab kita tak lain dan tak bukan memang bukan asisten tuhan. Insyallah aku melepasmu pelan doakan agar segera diberi kelapangan. Selamat atas diberinya kamu hati yang baru. Semoga kita masih selalu berteman tanpa melibatkan perasaan. Terimakasih yaa sudah pernah berbagi kasih walau ditengah jalan kita sempat berselisih. Kan sebelum janur kuning melengkung masih ada jalur menikung, haha"

Begitu lah balasan pesan yang sempat aku lontarkan kepadanya, Sakitnya tak sebanding dengan balasan perasaan yang hanya dianggap leluconan. Yaa rahman, aku menyebut asma tuhan supaya terhindar dari cinta yang ramah pada kesakitan. Batin kubergumam mengepul amarah, haish tapi tak ada gunanya rasanya menyesali sesuatu yang hanya mencipta pilu. Pelan-pelan aku mencoba mengikhlaskan segala perih yang diberi oleh sang maha kehidupan entah itu sebagai cambuk yang merupa hukum alam atas segala perlakuan ku kepada hati-hati manusia yang secara sengaja atau tidak sengaja pernah aku patahkan atau memang ujian dari tuhan aku tidak begitu memikirkan, yang pasti aku hanya tengadah tangan berdoa pada tuhan
supaya diberi kelapangan yang semoga tuhan mengAminkan.

Genap setengah tahunan aku merajut kisah dengan si tuan walau pada akhirmya kisah
tersebut tidak sampai tamat tapi setidaknya ada pelajaran yang aku terima dari segala hikayat. Bahwa patah hati tak selamanya tentang membenci. Bahwa jatuh cinta tak selamanya tentang
bahagia. Aku juga harus menyadari ini rona kehidupan, Ia yang sempat singgah memang banyak membawa musibah tanpa menolak lupa ia juga pernah meninggalkan hikmah. Makanya siapa suruh buru-buru menaruh hati sebelum jauh menapaki ?. Semestinya aku dulu hanya mengenal saja bukan untuk mencipta rasa, ah kini aku hanya mahir mengandai-andai. Rasanya hari-hari ku hanya selalu dipenuhi imaji yang tak tau diri. hmm.. bangkit puan bangkittt ungkapku dalam hati mencoba memberikan amunisi naluri berupa semangati diri sendiri untuk mengalihkan kalutnya hati supaya lekas pulih kembali. Nestapa nya diri ini hihi tak apa, begitu lah hidup tak selamanya tentang tawa tak selamanya tentang duka.

Pekan ke pekan bulan ke bulan tak terasa hubungan ku dengan si tuan sudah semakin jauh berkelindan dan minim harapan. Dan ia sudah merajut hati yang baru sedang aku masih merawat luka yang lalu. Tanpa tau malu hati ini masih menyelip kan rindu, berkomat kamit mengucap namamu, mengudarakan lewat doa-doa sebagai penyambung masa kita bersua. Bila sedang lemahnya iman kadang tengadah tangan ini tak cukup sebagai obat kesembuhan untuk hati yang pesakitan aku suka menuangkan nya lewat untaian aksara. Biar lah namanya abadi dalam rentetan abjad-abjad sajak ku saksi bisu atas romansa asmara yang ternista dosa. Sebagai penutup atas segala kisah yang belum sempat terbalas indah aku memberinya hadiah yang terbungkus rapi dalam kertas sedikit basah sebab air mata yang sempat tumpah ia menjelma syair-syair gundah sebagai wadah rindu yang tak jarang resah.

Sembari aku menunggu musim semi menyaksikan mekarnya kelopak seruni, merayakan segala yang pernah lelayu dan mati. Atas nama rasa yang tak runtuh di terpa lara aku bertanya pada desir angin yang tanpa rupa. Untuk rindu yang terlalu muda pada musim apa rindu itu lekas menua (?)


Tamat ....
Surabaya, 2020;

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun