Mohon tunggu...
Herma Kristinawati
Herma Kristinawati Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

Penikmat kopi, Pemeluk rindu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yang Sirna

8 April 2021   19:02 Diperbarui: 8 April 2021   19:10 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kemudian kan ku sapa bayang semu di pelupuk mataku

Sesekali ingin ku ucap kata rindu sapa hangat dariku

Bilamana siang berlalu dan malam telah berlaku, nostalgia itu datang satu-satu mengetuk jendela kamarku.

Mendekap dingin malam ku, merengkuh naluri ku

Sedang romansa yang telah berlalu menyisakan pilu di lembar diary ku;

Surabaya, 2021...

Begitu kiranya sederet aksara duka nya, Berjejer abjad goresan pena si puan yang ia tuangkan di diary lusuhnya. Ia yang tengah di rundung nestapa. Sebut saja aku, Perempuan yang kehilangan harapan tuk mendekap pria idaman yang ingin dijadikan teman hidup seumur hidupnya, maunya. Tapi apa daya kuasa tuhan diatas segalanya bukan??

Tatkala manusia berencana titik akhir tetap garis tuhan yang menentukan, Aku hanya bisa mengImani apa yang menjadi takdir kehidupan.

"Huuhhhhh", Aku menghela nafas panjang seraya berucap lirih "Bismillah, aku ikhlas"

Ucapku sembari mengelus dada pertanda menguatkan iman yang tinggal diujung mata. HAHA,

yaa beginilah nasib si perempuan yang krisis keimanan bisanya hanya merintih kesakitan
padahal masih bisa tengadah tangan. Aihhhh, yang semoga saja aku masih punya tuhan. Kataku ber monolog sembari mencari kedamaian hati yang ramai oleh isi kepala sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun