Tiap tahun, ratusan ribu lulusan perguruan tinggi dilepas ke dunia kerja dengan harapan besar. Namun realitasnya pahit: banyak dari dari mereka justru menganggur. Cukup paradoks mengingat bahwa mereka adalah orang yang memiliki pendidikan tinggi dan gelar, namun masih kesulitan mencari kerja. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2024, tingkat pengangguran terbuka (TPT) dari lulusan universitas mencapai 6,3%, lebih tinggi dibanding lulusan SMA (5,5%) dan SMP (4,9%). Ini adalah bukti nyata bahwa pengangguran terdidik menjadi fenomena serius di Indonesia.
Apa yang salah?Â
Ternyata bukan semata kurangnya lapangan pekerjaan, melainkan ketidak sesuaian kompetensi dengan kebutuhan industri - alias mismatch. Banyak lulusan tak dibekali skill yang relevan dengan kebutuhan pasar, atau tren pasar yang berubah namun tidak disertai dengan penyesuaian jurusan di kampus-kampus. Hal ini masih menjadi salah satu faktor signifikan dalam tingginya angka pengangguran dari kalangan terdidik.
Mengapa Mismatch Terjadi?
Banyak program studi masih didominasi teori dan minim praktik. Pendidikan tinggi belum sepenuhnya beradaptasi dengan tren dunia kerja yang kian cepat berubah. Dapat dilihat dari minimnya program studi di perguruan tinggi yang relevan dengan future jobs. Data World Economic Forum (2023) menunjukkan bahwa 44% keterampilan tenaga kerja global perlu diperbarui dalam 5 tahun ke depan. Selayaknya dunia pendidikan juga lebih adaptif dalam membekali lulusannya dengan skill yang diperlukan ketika memasuki dunia kerja yang dinamis dan tren yang terus berubah.
Selain itu koordinasi antara dunia pendidikan, industri, dan pemerintah masih lemah. Hal ini menyebabkan lulusan cenderung tidak "siap kerja". Ironisnya perusahaan kesulitan mendapatkan tenaga kerja berkualitas, padahal jutaan pencari kerja berlomba mendapatkan pekerjaan.
Lapangan Kerja Ada, Tapi...
Bertolak belakang dengan angka pengangguran, sejumlah sektor justru kekurangan tenaga kerja. Jika melihat berbagai Job Portal yang ada di Indonesia seperti SiapKerja Kemnaker, Diploy Komdigi, Linkedin, Hiredtoday, Jobstreet dan sejenisnya, banyak sekali lowongan pekerjaan yang bisa ditemukan - penuh waktu maupun paruh waktu - terutama yang berhubungan dengan teknologi digital, industri kreatif, energi bersih, dan green jobs.
Tren pekerjaan terkini mengarah pada future jobs dan green jobs, antara lain:
Teknologi digital:Â software engineer, data analyst, cyber security
Energi terbarukan: teknisi solar panel, ahli turbin
Industri kreatif: desain grafis, digital marketing, content creation
Smart farming, circular economy
Namun dari sekian banyak lowongan pekerjaan yang tersedia, hanya sedikit yang terpenuhi karena mayoritas pencari kerja belum siap mengisi posisi ini disebabkan kurangnya keterampilan di bidang tersebut (skill gap).
Apa yang Harus Dilakukan?
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para pencari kerja agar tetap relevan dengan dunia kerja antara lain:
1. Upskill & Re-skill
Bangun keterampilan (skill) yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, perbarui keahlian yang dimiliki, serta menambah skill baru untuk meningkatkan kapasitas diri. Semakin banyak skill relevan yang dipelajari, seseorang akan memiliki lebih banyak opsi di dunia kerja.
2. Magang
Perbanyak pengalaman kerja dan percantik portofolio dengan mengikuti berbagai program magang. Magang akan memberikan pengalaman nyata, keterampilan dan wawasan dunia kerja.
3. Bangun Jejaring
Bangun jejaring dengan bertemu orang-orang baru yang sama-sama ingin bertumbuh. Orang yang memiliki potensi bagus sebagai koneksi dapat ditemui di tempat orang-orang yang bertumbuh-tempat kerja, pelatihan, kursus, seminar, komunitas bisnis atau self development. Selain itu platform digital seperti Linkedin juga dapat membuka peluang jejaring baru.
4. Growth Mindset
Bangun growth mindset, pola pikir dimana seseorang ingin terus bertumbuh, mau belajar hal baru meskipun berbeda dari latar belakang studi, mampu belajar mandiri (self learning), adaptif, kreatif, inovatif. Growth mindset bisa dipelajari, bisa ditumbuhkan, bisa dibiasakan.
5. Entrepreneurship
Entrepreneurship adalah gerbang menuju kemandirian finansial. Jika seseorang memiliki passion di bidang entrepreneur, memiliki sumber daya untuk itu, tak ada salahnya untuk mulai membangun bisnis. Tak perlu gelar pendidikan untuk menjadi seorang entrepreneur, namun kemauan untuk belajar dan terus berinovasi menjadi hal yang penting. Seorang entrepreneur juga tidak bergantung pada orang lain untuk mendapatkan pekerjaan, bahkan ia bisa menciptakan lapangan pekerjaan.
Peran Pemerintah
Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan telah menyediakan berbagai layanan pelatihan melalui SiapKerja, Prakerja, Pelatihan on site melalui Balai Latihan Kerja (BLK) yang tersebar di seluruh Indonesia. Berbagai job portal juga telah digandeng oleh Karirhub Kemnaker untuk menyediakan informasi pasar kerja yang mudah diakses oleh para pencari kerja. Berbagai event Jobfair maupun Walk in Interview diadakan secara berkala untuk memberi peluang pekerjaan. Namun jutaan lowongan kerja tak akan dapat menyerap tenaga kerja yang belum memiliki kapasitas yang diharapkan.
Berhenti menyalahkan keadaan. Fokus pada apa yang bisa kita usahakan.
Seseorang harus terus meningkatkan kapasitas diri kalau mau tetap relevan dengan perubahan zaman. Kalau tidak mulai dari sekarang, kapan lagi? Kalau bukan diri sendiri, siapa lagi?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI