Mohon tunggu...
Herliawan Setiabudi
Herliawan Setiabudi Mohon Tunggu... -

Just an ordinary Muslim who wants to be an extraordinary One!\r\n\r\nBerbagi ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Lima Menit yang Penuh Arti

12 Mei 2015   10:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:08 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apa yang bisa kita perbuat dalam waktu 5 menit ke depan? Mau kita hargai berapa diri kita dalam waktu lima menit itu? Jawabannya ada pada diri kita.

Ini tergantung pintar-pintarnya kita memilih aktivitas terbaik untuk kita lakukan dalam lima menit ke depan.

Kita tetap merencanakan aktivitas, sedangkan keputusan terakhir adalah milik Allah. Terserah Allah: kita bisa melaksanakan rencana kita atau tidak.

Yang wajib kita lakukan adalah selalu merencanakan kebaikan. Selalu memasang niat untuk berbuat baik. Enak kan? Baru niat saja, kita sudah dapat pahala, lho. Apalagi kalau sampai rencana baik kita itu terlaksana. Wow…tambah besar lagi pahalanya.

Satu niat dicatat oleh Allah sebagai satu kebaikan. Kalau sudah kita lakukan, pahalanya tak lagi perlu diragukan. Insyaallah berlipat-lipat! Nah, makanya, ayo kita mulai menghidupkan budaya merancang niat baik dalam dada kita.

Ingat, lima menit hidup kita sangat berharga. Orang besar adalah orang yang mampu berbuat besar dalam waktu sesingkat-singkatnya. Dia pandai menggunakan waktunya untuk hal-hal positif, mengejar mimpi-mimpi besarnya, dan mengagendakan hal-hal besar untuk menciptakan sejarah besar dalam hidupnya.

Lima menit sangat berarti. Jangan pernah kita sia-siakan. Lima menit juga karunia dari Allah. Banyak orang di luar sana yang dalam lima menit ini tidak bisa berbuat apa-apa lantaran sakit yang diderita atau karena lingkungan tidak mendukungnya untuk melakukan hal-hal besar.

Kita di sini, saat ini, peluang di depan mata terbuka lebar-lebar untuk melakukan hal-hal besar. Kita ibarat berada di tengah pusaran kebaikan setiap saat. Harus kita sadari bahwa ini adalah kesempatan istimewa yang Allah anugerahkan, yang tidak Allah berikan kepada selain kita. Jadi, jangan sampai menjadi seperti pepatah: ayam mati di lumbung padi!

Mari tinggalkan budaya malas. Orang malas tidak akan pernah sukses! Kemalasan adalah musuh nomor wahid kesuksesan yang harus kita lawan. Lawan, lawan dan lawan. Kerahkan semua kekuatan untuk mengusir rasa malas. Malas itu datang dari syetan. Maka, langkah pertama untuk mengusirnya adalah dengan mengambil air wudhu.

Setelah itu, ambil mushaf Al-Quran dan mulailah membacanya. Insyaallah, godaannya akan pupus. Orang malas itu tandanya dia belum punya cita-cita jelas dalam hidupnya. Makanya, dalam tingkah lakunya belum terlihat ada semangat menggebu-gebu untuk berbuat, beraktivitas dan melakukan banyak pekerjaan positif.

Bagi para pemalas, hidup terasa membosankan. Begitu-begitu saja. Monoton. Pikirannyacupetdan hatinya sempit. Yang tampak dari dirinya hanya kemurungan dan keloyoan. Wajahnya selalu muram tanpa buratan ceria. Wajah biasanya menayangkan cerita hati.

Kalau orang punya cita-cita tinggi, gerak langkahnya akan termotivasi kuat. Cekatan, memperlihatkan optimisme. Orang yang memandangnya pun ikut terseret oleh aura yang memancar dari dirinya yang penuh obsesi itu. Ucapan-ucapannya selalu terdengar positif dan mencerahkan. Tatapan matanya menyorot tajam dengan keteduhan tak tertinggal. Senyumnya menyiratkan suasana ruhnya yang tenteram.

Untuk itu, bolehlah kita mulai dari sedini mungkin mengusir malas dan menghadirkan jiwa optimis. Berikut ini tips ringan dari David J. Schwart dalam Berpikir dan Berjiwa Besar yang bisa kita aplikasikan untuk membangun semangat dan jiwa besar yang bisa kita praktekkan sehari-hari. Ringan, tapi cukup ngefek. Coba saja kalau nggak percaya!


  1. Berjalanlah 25% lebih cepat dari biasanya.
  2. Duduklah selalu di barisan paling depan dalam setiap forum bersama.
  3. Tataplah mata lawan bicara. Sebab, itu menunjukkan perhatian penuh kita saat berbicara kepadanya (Kecuali lawan jenis yang bukan mahram, lhoo. Kalau itu harus ekstra-waspada!).
  4. Senyumlah yang tulus.
  5. Pilihlah kata-kata positif untuk mengungkapkan segala hal. Baik tentang diri sendiri maupun orang lain. Betul-betul hindari kata-kata negatif karena akan berefek buruk.

Selamat mencoba. Semoga sukses. Semangat selalu untuk lima menit yang penuh arti.

اجْهَدْ وَلاَ تَكْسَلْ وَلاَ تَكُ غَافِلاً فَنَدَامَةُ الْعُقْبَى لِـمَنْ يَتَكَاسَلُ

“Bersungguh-sungguhlah! Jangan malas dan jangan teledor! Pemalas akan menyesal pada akhirnya.”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun