"Kenapa hari ini banyak keanehan yang terjadi," kembali Marhan bergumam.
Tidak seperti biasanya rumah Marhan gelap gulita seperti malam ini. Keluarga Marhan biasanya mulai tidur sekitar jam 21.00 WIB, dan lampu teras rumah tidak lupa selalu dinyalakan. Marhan pun perlahan-lahan membuka pintu rumah, karena tidak mau menganggu isteri dan anak-anaknya yang telah tertidur.
"Surprise..surprise..surprise," teriak orang-orang didalam rumah, saat lampu rumah dinyalakan Marhan.
 "Lho, ada apa ini. Kok pak Marno, Mardi dan teman-teman ada disini," kaget Marhan melihat ruangan utama rumahnya dipenuhi orang-orang dan kerlap-kerlip lampu pohon natal juga pernak-pernik lainnya yang menghias serta hidangan makanan dan minuman.
"Ibu, tolong jelaskan ini ada apa," tanya Marhan penuh heran.
"Marhan, ayo kamu duduk dulu. Biar nanti Bapak jelaskan atas semua ini," sahut pak Marno menghampiri Marhan.
"Begini, han. Pertama, Bapak minta maaf atas sikap Bapak yang tadi marah-marah ke kamu. Kedua, sebenarnya atas apa yang terjadi hari ini sudah Bapak rencanakan dengan Marsini istri kamu dan juga teman-temanmu. Tiga hari lalu Bapak ketemu dengan istri kamu di pasar sewaktu belanja. Dari situ Bapak mulai punya ide untuk acara malam ini. Istri dan teman-teman kamu menyetujuinya," terang pak Marno.
"Tapi kenapa Bapak tidak menyampaikan saja ke saya. Jadi saya bisa membantu mempersiapkan semuanya ini," potong Marhan.
"Kalau kamu tahu semua rencana ini, nanti tidak menjadi kejutan lagi buat kamu," tukas pak Marno.
"Memangnya ada kejutan apa pak, kok harus sampai membuat acara seperti ini," tanya Marhan.
"Bapak dan teman-teman kamu, ingin sekali-kali merayakan natal bersama di rumahmu. Walaupun kita berbeda-beda agama, tidak menghalangi kebersamaan kita dalam keberagaman," lanjut pak Marno.