Mohon tunggu...
Herlambang Saleh
Herlambang Saleh Mohon Tunggu... Guru

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah (Pram)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Bersyukur dari Mereka yang Terbatas: Kisah Inspiratif Anak-anak Istimewa

11 Maret 2025   13:23 Diperbarui: 11 Maret 2025   13:23 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar Bersyukur dari Mereka yang Terbatas: Kisah Inspiratif Anak-Anak Istimewa

Kompasianer, kehidupan kita seringkali dipenuhi dengan aktivitas yang melelahkan---tugas yang menumpuk, ambisi yang tinggi, dan kekhawatiran yang tak henti-hentinya. Terkadang, kita merasa kewalahan oleh semua ini. Namun, pernahkah kita memperhatikan anak-anak dengan kebutuhan khusus di sekitar kita? Mereka adalah contoh nyata yang mengubah pandangan kita tentang batasan.

Apakah kita pernah merasa terperangkap dalam keterbatasan fisik atau mental kita sendiri? Anak-anak dengan kebutuhan khusus, yang mungkin menghadapi tantangan yang lebih besar daripada kita, justru memberikan pelajaran berharga. Mereka menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk terus berjuang. Sebaliknya, hal itu bisa menjadi sumber kekuatan yang luar biasa.

Allah SWT, dalam firman-Nya di QS. Al-Baqarah ayat 286, menyatakan, "Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya..." Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap cobaan yang kita hadapi, termasuk keterbatasan yang kita rasakan, telah diatur dengan seadil-adilnya. Begitu pula dengan anak-anak dengan kebutuhan khusus, yang setiap hari berjuang dengan semangat meskipun menghadapi kesulitan yang berat. Mereka tidak pernah menyerah meskipun dunia terkadang tampak tidak adil bagi mereka.

Mereka mengajarkan kita makna keteguhan hati. Dalam setiap langkah yang mereka ambil, mereka membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah alasan untuk berhenti. Justru, hal itu menjadi motivasi untuk berjuang lebih keras, karena mereka tahu bahwa mereka mampu. Mereka tidak membiarkan keterbatasan mendefinisikan diri mereka. Bukankah kita sering melupakan hal ini? Kita terlalu fokus pada kelemahan kita, sementara mereka justru menunjukkan bahwa dengan tekad dan usaha, segala keterbatasan dapat diubah menjadi potensi yang luar biasa.

Selain itu, anak-anak dengan kebutuhan khusus mengajari kita untuk lebih bersyukur. Coba renungkan, mungkin kita sering mengeluh tentang hal-hal kecil seperti tugas yang menumpuk atau jadwal yang padat. Namun bagi mereka, hal-hal yang sering kita anggap remeh---seperti bisa berjalan, berbicara, atau bahkan makan dengan mudah---adalah anugerah yang tak ternilai. Rasulullah SAW bersabda, "Lihatlah orang yang berada di bawahmu, jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena itu lebih baik agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah." (HR. Muslim).

Anak-anak dengan kebutuhan khusus juga mengajarkan kita tentang empati. Mereka tidak membutuhkan belas kasihan, tetapi mereka membutuhkan kita untuk peduli, memberikan dukungan, dan menghargai mereka sebagai individu dengan potensi yang luar biasa. Terkadang kita terperangkap dalam dunia kita sendiri, dengan berbagai urusan pribadi, hingga lupa bahwa ada orang di sekitar kita yang membutuhkan perhatian lebih. Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad).

Mereka, dengan segala keterbatasan mereka, adalah cermin bagi kita untuk tidak terus-menerus terjebak dalam keluhan atau perasaan tidak cukup. Mereka menunjukkan bahwa keberanian untuk terus melangkah meskipun ada rintangan adalah kualitas yang jauh lebih berharga daripada sekadar kesempurnaan fisik. Bahkan, keterbatasan bisa menjadi kekuatan yang menginspirasi orang lain untuk menjadi lebih baik.

Kompasianer, mari kita ubah cara pandang kita tentang keterbatasan. Alih-alih menjadi hal yang melemahkan semangat, keterbatasan bisa menjadi pendorong bagi kita untuk berusaha lebih keras, lebih bersyukur, dan lebih peduli terhadap sesama. Anak-anak dengan kebutuhan khusus mengajarkan kita bahwa hidup bukan tentang seberapa sempurna kita, tetapi seberapa tulus kita menjalani hidup. (hes50)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun