Namun anggota DPR tersebut tampaknya  ingin memberikan penekanan kepada pihak TNI-AU agar lebih berhati-hati dalam pemeliharaan alat utama sistem persenjataannya yang dibeli dengan harga mahal dari uang Rakyat.
Dalam sebuah penerbangan pada sekitar tahun 1971 an penulis menggunakan pesawat DC-3 Dakota milik sebuah perusahaan penebangan Nasional dari Ambon ke Ternate, selanjutnya ke Manado. Cuaca yang berawan membuat saya banyak memainkan power dalam rangka menghindari awan yang kadang-kadang sedikit naik dan kadang-kadang turun, belok kiri, belok kanan agar tidak sampai menembus awan tebal.
Sekitar 5 menit sebelum waktu descend (turun ketinggian) penunjukan manifold agak eratik, dan lama kelamaan drop agak banyak tapi masih menghasilkan tenaga  Karena tidak ada gejala lain yang menyertainya, saya lanjutkan turun dan selamat mendarat di Ternate. Dalam pemeriksaan visual, Flight engineer melaporkan bahwa ada sedikit keretakan pada bagian cylinder head. Dan tidak mungkin melanjutkan penerbangan ke Manado.
Saya hanya mengatakan kepada flight engineer "jadi kita harus menginap di Ternate menunggu kiriman suku cadang?". Flight engineer sejenak terdiam, lalu terlihat berbicara dengan perwakilan perusahaan yang berasal dari penduduk setempat. Akhirnya bersama perwakilan tersebut, Flight engineer pergi ke tukang las konvensional di kota Ternate.
Tidak sampai satu jam mereka telah kembali dan memasang cylinder head hasil solderan. Â Setelah dilakukan "Ground Run" beberapa kali menunjukkan hasil normal, flight engineer melaporkan " Cap, pesawat siap terbang".
Pikir-pikir dari pada menginap di Ternate, lebih baik penerbangan dilanjutkan ke Manado, perkiraan mendarat di Manado sekitar pkl 17.00 waktu setempat. Â Sepanjang penerbangan mata terfokus pada penunjukan manifold pressure, semua normal didukung pula dengan keadaan cuaca yang bersahabat.
Akan tetapi mendekati Manado, laporan cuaca Manado hujan dan seluruh daratan sekitar Manado tertutup awan sehingga terpaksa melakukan beberapa kali berputar-putar diatas laut, hingga begitu terlihat ada celah saya langsung masuk dan mendarat dengan selamat sekitar pukul 17.35 waktu setempat.
Hati lega karena berhasil mengatasi keadaan darurat, meskipun keesokan harinya dipanggil dan mendapat teguran dari Kepala bandara karena mendarat diluar jam operasi bandara namun dengan mengemukakan alasan cuaca, kepala bandara akhirnya memahami.
Keesokan harinya, karena telah diputuskan untuk tidak melanjutkan  misi penerbangan saya sengaja bangunnya agak siang. Menjelang makan siang, flight engineer bersama distrik manajer muncul dan melaporkan "Cap, cylinder head pesawat sudah diganti diambil dari pesawat Dakota milik perusahaan kita juga yang sudah lebih dari dua minggu di parkir di bandara karena tidak bisa terbang. Â
Hasil ground run sudah baik, tetapi untuk lebih meyakinkan bila Cap berkenan, bisa dilakukan test flight siang ini". Â Saya setuju, dan setelah melakukan test flight sekitar satu jam lamanya, hasilnya sangat memuaskan.
Dengan cylinder head hasil kanibal, keesokan harinya kami dapat melanjutkan misi penerbangan normal dan mendarat di Biak menjelang malam hari setelah melalui Ternate, Ambon, Sorong, dan Manokwari.