Mohon tunggu...
Heri Bertus A Toupa
Heri Bertus A Toupa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bijak dalam Berpikir dan Sopan dalam Perkataan

Gemar travelling dan membaca - Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Janganlah Keburu Patah Arang Ketika Doa Belum Terjawab

13 Mei 2021   03:18 Diperbarui: 13 Mei 2021   03:24 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Masih teringat jelas apa yang dikatakan oleh salah satu housemates kami kemarin malam bahwa dia ingin menjadi seorang atheis. Alasannya cukup sederhana saja bahwa dengan beragama, ia tak bisa mendapatkan apa yang diinginkan, sedangkan teman - temannya di kantor yang sudah menjadi atheis saat ini mempunyai karir yang cemerlang, kehidupan percintaan yang baik, mampu beli rumah, gaji yang tinggi dan bisa liburan kemana - mana, dan lain - lain.

Sambil makan malam di ruang tamu, hanya ada kami bertiga saling bertukar pikiran dan pendapat mengenai hal itu. Sebut saja namanya Grace, ia masih dilema untuk menentukan apa pilihan hidupnya sebenarnya? Padahal, kalau dilihat secara finansial, ia mempunyai gaji yang lumayan bagus dan jabatan yang diduduki di perusahaan yang ia tempati bekerja sangatlah bagus. Akan tetapi, masih ada saja yang kurang dengan dirinya yang mana ia belum raih sepenuhnya.

Dari segi pendidikan juga, ia berhasil mengambil gelar bachelor dan masternya di dua negara yang berbeda dan berhasil lulus dengan baik pula dari 2 universitas yang paling baik di Eropa. Siapa yang tidak bangga tentunya, berhasil meraih titel dan mendapatkan pekerjaan yang baik serta layak, dan bisa mengeyam pendidikan di luar negeri pula.

Boro - boro ma dengan saya, diterima kuliah saja di perguruan tinggi swasta di Indonesia, sudah bisa bersyukur dan senangnya luar biasa yang mana bisa mengeyam pendidikan di bangku perkuliahaan, di bandingkan dengan yang lain yang mau kuliah tapi keadaan ekonomi orangtua mereka tidak mampu, sehingga beberapa dari mereka harus mengurungkan niatnya untuk lanjut kuliah.

Saya dan teman yang satunya lagi, si Maswan hanya ketawa saja menanggapi alasan teman kami Grace sambil menyantap makanan yang ada di depan kami masing - masing. Sambil berpikir dan menarik napas yang dalam - dalam, saya bertanya kepada Grace apa alasannya yang real sehingga ia masih bingung dengan hidupnya dan mau menjadi seorang atheis.

"Uhmmm...ia nieh, saya yang rajin berdoa kepada Tuhan dan selalu mengikuti misa, tapi apa yang saya minta belum juga saya dapatkan. Kalau saya melihat teman - teman saya semuanya sudah berhasil, mereka mendapatkan apa yang diinginkan. Mereka tidak berdoa dan tidak ke gereja pula, tapi mereka mempunyai segalanya dan berhasil meraih satu persatu apa yang mereka citakan".

"Dibandingkan dengan diri saya yang masih begini - begini saja, belum maju alias masih jalan di tempat. Saya kadang iri dengan teman - teman saya yang sudah tidak peduli lagi dengan agama mereka, tapi nyatanya berhasil dalam meraih kesuksesan mereka dan hidup dalam bergelimangan harta".

Kadangkala kita sebagai manusia yang hidup di dunia ini, teristimewa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha kuasa selalu saja belum puas dan merasa belum cukup akan hal yang telah dicapai dalam hidup kita masing - masing. Begitu ada sesuatu yang belum didapat melalui usaha dan doa kita yang mana itu adalah yang paling dicari dan diimpikan, seringkali menyalahkan diri kita sendiri seolah - olah doa dan permohonan kita belum dikabulkan oleh Tuhan.

Oleh karena itu, kita lansung melihat di sekeliling kita yang hidupnya jauh dari Tuhan dan mengambil tolak ukuran dari mereka. Apalagi kalau melihat mereka yang hidupnya serba mapan dan mempunyai banyak harta walaupun mereka tidak mengandalkan tangan Tuhan dalam hidup mereka. Ujung - ujungnya, kita membuat sebuah perbandingan tentang diri kita dengan mereka secara tidak sehat dan tidak masuk akal.

Seakan - akan kita menyerah sebagai umat yang beriman kalau selalu membandingkan hidup kita dengan orang yang atheis yang mana melihat mereka selalu berhasil meraih apa yang mereka cari dalam hidup ini. Lalu timbullah niat dan usaha untuk mencoba jauh dari Tuhan kita, seolah - olah kita akan berhasil dalam meraih mimpi kita kalau hidup tanpa sandaran kepada Tuhan.

Dari sepenggal obrolan kami malam itu, bahwa ada suatu kehampaan yang dialami oleh teman serumah kami si Grace yang mana doa & permohonannya belum dijawab oleh Tuhan. Alhasil, dia ingin menjadi athies karena melihat di sekelilingnya dan lingkungan dimana dia bekerja. Mengambil suatu keputusan tanpa didasari oleh "Iman dan Pengharapan" serta melihat orang - orang yang sudah atheis di Eropa ini mendorong ia untuk berubah haluan dari memeluk suatu kepercayaan menjadi seorang yang tanpa iman & sandaran hidup, hanya karena sesuatu yang tak kunjung jua dalam sebuah doa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun