Mohon tunggu...
Nodi Herhana
Nodi Herhana Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Teacher of Civic Education

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Disini Senang Disana Senang Ala Pramuka

14 Agustus 2020   09:43 Diperbarui: 14 Agustus 2020   10:10 1002
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Disini senang, disana senang, dimana-mana hatiku senang", lagu yang sangat identik dengan Pramuka, dan memang itulah jiwa seorang Pramuka yaitu selalu riang gembira.

Sadar atau tidak sebenarnya melalui lirik lagu itu kita diberikan afirmasi positif dalam menjalani aktivitas kepramukaan, bahkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 

Bagi yang "tidak suka" dengan Pramuka mungkin hanya menganggap lagu itu tidak lebih dari lagu anak-anak disertai tepuk-tepuk biasa. Namun bagi seorang Pramuka sejati, lagu itu bukan hanya lagu biasa tetapi menjadi penyemangat dalam menjalani aktivitas kepramukaan bahkan aktivitas sehari-hari.

Apalagi jika memaknai lagu itu disertai flashback peristiwa bagaimana perjuangan menjadi seorang Pramuka. Aku jadi ingin bercerita tentang bagaimana perjuangan menjadi Penegak Bantara pada masa itu dan bagaimana Pramuka menjadi titik balik mengubah keadaanku hingga seperti sekarang ini.

Saat aku masih duduk di bangku SMK dulu, rasa-rasanya untuk mendapatkan balok bantara itu perjuangan yang luar biasa. Membutuhkan proses panjang dan banyak tempaan disetiap tahapannya. 

Berawal dari Masa Penghayatan Penggalang, berkemah selama tiga hari dua malam. Dalam setiap kegiatan kemah, aktivitas yang paling ditunggu adalah saat mencari jejak atau petualangan. 

Disinilah makna "disini senang disana senang" mulai terasa. Bagaimana tidak, saat petualangan itulah kakak angkatan bebas bergerak untuk "menempa" adik angkatan dengan cara yang lebih real.

Suara tegas selalu menghiasi setiap prosesnya. Merayap dan guling-guling di lumpur, makan brontowali, makan daun pepaya mentah, makan kunir, dan lain-lain, seperti sudah menjadi "teman setia" dalam tahapan mendapatkan balok bantara itu. 

Meski bagaimanapun tempaan itu terjadi, kami tetep "ngeyel" padahal sudah disuruh balik kanan untuk pulang, tapi tetep tidak mau berhenti. Disaat itulah jiwa korsa mulai terbentuk, dan tidak tahu mengapa hati selalu senang, bahkan itu jadi momen lucu yang tak terlupakan.

Setelah tahap MPP ada tahap Pembayatan. Kalau saat MPP diikuti seluruh peserta didik baru, nah pembayatan ini hanya diikuti oleh anak-anak yang tertarik menjadi bantara. Pada tahap ini siswa yang ikut mendapat sebutan Caba (calon bantara). 

Kegiatannya dilaksanakan dua hari satu malam. Namun siapa sangka petualangan kali ini lebih dari petualangan pada masa MPP, karena dilakukan pada malam sampai pagi hari, jadi bisa disebut semacam jurit malam. Tak perlu diceritakan detailnya karena itu sangat mengasyikkan.. haha

Tahap akhir menuju bantara adalah Pemantapan dan Pelantikan. Bisa dibilang ini yang paling mengesankan diantara tahap sebelumnya. Hanya diikuti oleh sedikit siswa yang "ngeyel-ngeyel" itu tadi, pelaksanaannya di kaki gunung Slamet di Baturraden. 

Teringat selama tiga hari dua malam hampir tiap hari diguyur hujan, bahkan malam hari tidur di terpal dengan "daleman" yang juga basah. Nikmat sekali kan.. hehe

Aktivitas mencari jejak yang juga lebih greget dari sebelumnya. Tiap tim dibekali kompas bidik sebagai bekal karena petualangan dilakukan ditengah hutan. Salah jalur dikit aja bisa hilang, Alhamdulillah semuanya bisa kembali ke basecamp dengan selamat. 

Balok bantara tidak cuma-cuma diberikan, dimalam hari sebelum pelantikan kami kembali dibangunkan untuk mencari balok bantaranya sendiri. Hanya diberikan arahan singkat, dikegelapan kami mencari balok, ada yang sampai frustasi karena sampai pagi tidak menemukan balok bantaranya.

Saat paling dramatis karena hampir saja teman yang tidak menemukan balok bantara tidak dilantik. Bahkan sampai pada menangis karena rekan seperjuangan tidak ikut dilantik hanya karena tidak menemukan balok bantara atas namanya sendiri. 

Mungkin saja itu hanya settingan, namun dari situ terlihat jiwa kekeluargaan yang sangat erat. Hasilnya semuanya dilantik menjadi Penegak Bantara. Saat-saat awal memakai balok bantara pundak terasa sangat berat mengingat beratnya perjuangan untuk mendapatkannya. Mungkin terdengar agak alay, tapi memang begitulah keadaannya.. hehe..

Selain bergerak di ambalan sekolah, aku juga ikut kesakaan dalam Pramuka dibawah naungan Polres Purbalingga yaitu Saka Bhayangkara. Bahkan sempat juga menduduki posisi Ketua Saka saat itu. Andai saja aku memiliki tekad menjadi Polisi, menjadi anggota saka bhayangkara akan membuka jalan untuk menuju kesana. 

Membuka jalan bukan berarti dimudahkan dalam prosesnya, namun diberikan tips dan trik bahkan mungkin pendampingan dalam latihan fisiknya. Hanya saja aku tidak berniat menjadi polisi, nyatanya sekarang aku menjadi guru.

Pramuka telah banyak mengubah diriku dari yang pemalu, grogi bicara didepan umum, tidak percaya diri, galauan, menjadi pribadi yang selalu optimistis, berani bicara didepan umum, dan yang paling penting memiliki jiwa "disini senang disana senang" alias selalu bahagia.

Aku tidak ingin berkomentar banyak tentang bagaimana pendidikan kepramukaan saat ini, yang sebagian berpendapat pendidikan kepramukaan saat ini dirasa "kurang greget". Ya mungkin beda generasi beda perlakuan dan beda kebijakan. Bagaimanapun itu kita berharap seorang Pramuka sejati selalu menjunjung Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka.

Selamat Hari Pramuka! Ikhlas Bhakti Bina Bangsa Berbudi Bawa Laksana.

Kendal, 14 Agustus 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun