Mohon tunggu...
David Herdy
David Herdy Mohon Tunggu... Penulis lepas

Penulis lepas yang aktif menulis fiksi dan non fiksi tema ruang publik sebagai bagian dari narasi ingatan kolektif. "Menulis adalah upaya kecil untuk mengabadikan pikiran sebelum ia lenyap. Karena ide tak punya kaki, kecuali kutuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

My Coffee Story: Mimpi Yang Tak Pernah Tua

14 Juli 2025   17:39 Diperbarui: 14 Juli 2025   17:39 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar dari teman lama , tulus ikhlas tanpa pamrih | Dokpri

Ini adalah diary tentang obrolan pagi yang tanpa rencana, pertemuan sederhana dengan teman-teman sekolah yang lama tak jumpa. 

Tidak ada janji temu resmi, tidak ada agenda tersusun, hanya langkah-langkah spontan yang membawa kami duduk di satu meja. 

Di antara bubur panas, tawa yang tak lagi sekencang dulu, dan kopi hitam yang perlahan mendingin, kami menemukan sesuatu yang tak kami sangka: semangat untuk memulai kembali. 

Di usia yang tak muda, di tengah rasa lelah bekerja puluhan tahun, kami justru membicarakan mimpi---tentang label usaha, pelatihan kerja, dan pabrik kecil di tangerang.

Rasanya, seakan hidup memberi jeda untuk menyusun ulang makna: bahwa kadang, jalan pulang dimulai dari kopi dan teman lama.

Tempat Pulang Bernama Obrolan Lama

Obrolan pagi pembuka rezeki - Diary Pagi, Sungai Cisadane | Dokpri
Obrolan pagi pembuka rezeki - Diary Pagi, Sungai Cisadane | Dokpri

Pagi itu tak ada janji formal, tak ada rundown, tak ada agenda bisnis. Hanya pesan singkat semalam, "Besok sarapan di Cisadane yuk?"

Dan entah kenapa, aku dan eko menyempatkan datang.

Mungkin karena kami sama-sama lelah dengan dunia kerja yang mulai terasa berat di punggung. 

Mungkin karena ada yang hilang dan ingin dicari kembali dari canda teman sekolah. 

Atau mungkin karena... tanpa sadar, kami sedang mencari tempat pulang.

Bubur ayam jadi pembuka. Sate usus dan ati ampela jadi teman. Tapi justru kopi yang mengunci kami lebih lama. 

Dari warung kaki lima kami berpindah ke sebuah kafe kecil milik teman lama--- Andi, yang dulu suka menggambar di kelas, sekarang menggambar label kopi di cangkir keramiknya.

Aku kopi dan Reuni Kecil Yang Tak Formal | Fok Pri
Aku kopi dan Reuni Kecil Yang Tak Formal | Fok Pri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun