Ini adalah diary tentang obrolan pagi yang tanpa rencana, pertemuan sederhana dengan teman-teman sekolah yang lama tak jumpa.Â
Tidak ada janji temu resmi, tidak ada agenda tersusun, hanya langkah-langkah spontan yang membawa kami duduk di satu meja.Â
Di antara bubur panas, tawa yang tak lagi sekencang dulu, dan kopi hitam yang perlahan mendingin, kami menemukan sesuatu yang tak kami sangka: semangat untuk memulai kembali.Â
Di usia yang tak muda, di tengah rasa lelah bekerja puluhan tahun, kami justru membicarakan mimpi---tentang label usaha, pelatihan kerja, dan pabrik kecil di tangerang.
Rasanya, seakan hidup memberi jeda untuk menyusun ulang makna: bahwa kadang, jalan pulang dimulai dari kopi dan teman lama.
Tempat Pulang Bernama Obrolan Lama
Pagi itu tak ada janji formal, tak ada rundown, tak ada agenda bisnis. Hanya pesan singkat semalam, "Besok sarapan di Cisadane yuk?"
Dan entah kenapa, aku dan eko menyempatkan datang.
Mungkin karena kami sama-sama lelah dengan dunia kerja yang mulai terasa berat di punggung.Â
Mungkin karena ada yang hilang dan ingin dicari kembali dari canda teman sekolah.Â
Atau mungkin karena... tanpa sadar, kami sedang mencari tempat pulang.
Bubur ayam jadi pembuka. Sate usus dan ati ampela jadi teman. Tapi justru kopi yang mengunci kami lebih lama.Â
Dari warung kaki lima kami berpindah ke sebuah kafe kecil milik teman lama--- Andi, yang dulu suka menggambar di kelas, sekarang menggambar label kopi di cangkir keramiknya.