Anak Jalanan Memperdalam Ilmu Agama dengan Belajar Mengaji di Bawah Kolong Jembatan.
Herdyan Anugrah Triguna, Jakarta
Suara gemuruh kereta,suara bisingnya knalpot kendaraan merupakan sesuatu yang sudah biasa didengar oleh anak-anak punk jalanan. Maklum mereka biasa tinggal dibawah jembatan layang. Kondisi rumah yang jauh dan keterbatasan biaya untuk menyewa rumah kontrakan memaksa mereka untuk tinggal di sana.
Anak-anak punk jalanan yang bergabung dalam komunitas Punk Tebet Peduli sudah berdiri sejak 1 tahun yang lalu, mereka saling mengajari satu sama lain antara sesame anak punk.
“Kami menjalankan pengajian in sudah hampir 1tahun bang, sebelumnya kami itu masuknya dalam komunitas Tasawuf Underground namun karna sudah pindah ke daerah ciputat jadi kami nggak bisa buat ngaji disana karna kan nggak ada kendaraan juga, jauh juga jadi kami mendirikan lagi sendiri dengan nama komunitas yang berbeda” ujar Septa.
Anak punk yang berasal dari beberapa daerah berkumpul jadi satu, mereka tidur bersama diselimuti dinginnya malem, beralaskan karpet tipis yang terbuat dari karet merasakan kerasnya kehidupan di ibukota.
Banyak anak punk yang merantau ke Jakarta kemudian singgah di komunitas ini, meninggalkan kampong halaman, dan sanak saudara tercinta untuk bekerja di ibukota.
“disini anak punk itu bukan cuman dari jabodetabek aja bang banyak yang dari luar kota juga, jadi kayak misalkan ada yang mau ke lampung terus transit dulu gitu di Jakarta buat kerja dulu beberapa hari disini biar bisa lanjutin perjalanan ke tujuannya gitu bang, jadi disini kami terima aja kan banyak postifnya juga buat nambah-nambah temen juga” ujarnya.
Baju lusuh, tatoan, bertindik sering dianggap sebagai sampah jalanan merupakan motivasi tersendiri bagi anak-anak jalanan ini, hinaan,cacian merupakan makanan sehari-hari bagi mereka.
Selain melakukan kegiatan mengaji komunitas ini sering menggalang dana untuk anak yatim piatu, bencana alam, bahkan berbagi terhadap sesama. Mereka juga menyisihkan hasil dari mengamen untuk menyumbangkan sebagian penghasilannya.
“kami kan tatoan,tindik baju robek-robek ya tau sendiri lah stigma masyarakat terhadap kami seperti apa sering juga diangkut satpol pp tapi ya ini lah kami, orang kan tau cuman luarnya doang memberikan pandangan negatip padahal kami cari uang juga dari yang halal kayak ngamen di lampu merah kalo ngga ya ke toko-toko. Ya sehari paling dapet beberapa tapi cukup lah untuk makan doang bang kadang kalo lebih ya kita sisihkan gitu buat namabah-nambah galang dana”ujarnya.
Dibawah jembatan mereka saling becanda, tertawa melepas penat setelah seharian berkeliling mengamen menggunakan gitar kecil yang sebnernya sudah harus diganti. Baju lusuh yang setiap hari dipake bahkan mungkin tidak pernah diganti sudah menyatu dengan badan para anak-anak jalanan ini.
Anak-anak punk sering mengisi waktu dengan memperdalam wawasan keagamaan, rutin membaca Alquran, dan menghafal surat-surat pendek serta doa-doa setelah sholat.
Tidak sembarangan dalam merekrut anak punk yang ingin bergabung dalam komunitas ini, karena untuk mencegah terjadi nya hal-hal yang tidak diinginkan. Meskipun komunitas berisi anak-anak punk jalanan namun sudah banyak terkenal di kalangan masyarakat khususnya di Jakarta.
“kami disini ga sembarangan juga mas buat anak-anak punk yang pengen gabung jadi kami agak selektif sih untuk memilih mana yang cocok buat gabung, terus kalo udah gabung kita minta jamninan minimal KTP, kenapa? Soalnya kita gamau ada anak komunitas yang berbuat onar diluar Sanaa nanti kan jadi nyoreng nama Punk Tebet Peduli.Terus kalo misalkan ada yang ketangkep sama satpol pp kita jadi gampang buat bantu nya juga jadi itu tujuan kita lebih selektif dalam meilih si bang”.
Donasi terus berdatangan untuk mendukung terus komunitas ini. Bantuan yang berbentuk seperti Alquran,sarung,dan tatakan untuk membaca alquran. Membuktikan kepada masyarakat tentang stigma mereka tentang anak punk selama ini yang memandang negatif mereka.
“Kami cuman pengen buktiin aja ke semua orang bahwa kita itu ga seburuk yang mereka pikirkan bang kami disini juga punya rasa kemanusiaan dan kami juga melakukan kegiatan yang postif jadi orang-orang dibawah kolong jembatan sini juga ga ngusik kita karena mereka tahu kegiatan kita dan kita juga gapernah macem-macem”.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI