Dewasa ini, perceraian menjadi hal yang tidak tabu lagi. Banyak pasangan, termasuk dari kalangan masyarakat biasa hingga artis memutuskan bercerai ketika tak mampu lagi mempertahankan biduk rumah tangga.
Bagi mereka yang belum memiliki anak, hal ini tentunya tak menjadi masalah. Namun bagaimna dengan pasangan yang sudah memiliki anak, lalu memilih jalan perceraian?
Jawabannya, tentu saja anak dalam hal ini kembali menjadi korban. Banyak orangtua tak sadar bahwa perceraian mereka berdampak pada psikologis, pendidikan, dan tumbuh kembang anak.
Perceraian membuat anak merasa sedih dan tidak lengkap. “Mereka cenderung menjadi tidak bersemangat, gelisah, bingung, tidak dapat konsentrasi belajar, susah makan dan sebagainya “.
Suatu hal yang menimbulkan ketegangan pasti akan berdampak pada psikologis anak. Walaupun begitu, orangtua haruslah jujur dan member pengertian mengenai apa yang terjadi.
Anggapan yang beredar di tengah masyarakat mengenai anak-anak korban perceraian adalah lebih rentan mengalami masalah-masalah, seperti tidak naik kelas, pergaulan buruk, perilaku menyimpang, merokok, narkoba dan sebagainya jika dibandingkan dengan anak-anak yang normal lainnya. Hal tersebut memang umum terjadi, terutama ketika anak-anak tersebut tidak ditangani dengan baik.
Biasanya setelah oranagtua berpisah/bercerai seorang anak biasanya anak harus memilih salah satu diantara kedua orangtuanya, apakah akan ikut dengan ayahnya atau ibunya. Untuk anak yang telah cukup umur hal tersebut bisa menjadi keputusannya sendiri karena mereka sudah cukup dewasa untuk memutuskan mana yang akan menjadi pilihan hidupnya.
Begitu juga dengan anak-anak yang melihat langsung pertengkaran orangtua dan menyaksikan kekerasan yang dilakukan di depan matanya cenderung dapat melakukan hal yang sama karena perilaku anak muncul karena belajar, mengamati dan meniru. Anak-anak selalu merekam apa yang mereka lihat.
dampak perceraian terhadap anak, orangtua sebisa mungkin jangan terlibat konflik di depan anak-anak mereka. Selain itu, orangtua juga harus berupaya sering mengadakan pertemuan keluarga agar anak tetap merasakan kehadiran kedua orangtuanya meskipun sesibuk apapun. Dan yang paling penting, usahakan selalu ada untuk mendengarkan curhat anak dan menawarkan bantuan untuk membantu menyelesaikan masalah dan kegelisahan anak.
Anak-anak memerlukan perhatian dan kasih sayang lebih oleh orangtuanya. Semua tingkah laku dan kepribadian anak bisa jadi anak teladani dari orangtua sebagai sosok yang paling dekat dengannya. Sosok yang menemaninya mulai sejak dia membuka mata dan menghirup udara segar dunia. Karena itu untuk para orangtua seharusnya bisa lebih bijaksana dalam bertutur kata, bertingkah laku ataupun mengambil keputusan. Kalaupun toh perceraian merupakan satu-satunya jalan yang harus ditempuh karena itu dianggap dapat membuat kehidupan menjadi lebih baik, perhatian kepada anak seharusnya tidak boleh berkurang. Berikan perhatian sebesar-besarnya sama halnya dengan perhatian yang diberikan ketika anak lahir.
http//kompasiana.com/herrda payumi