Meski Tak Ada Gawang Namun Mereka Tetap Riang
Di wilayah perkotaan besar mayoritas minim lahan untuk fasilitas publik yakni lapangan bola cuma-cuma, yang dapat digunakan kapan saja tanpa harus mengeluarkan uang barang seperak pun.
Di sini bahkan nyaris tak ada tanah lapang untuk memenuhi hasrat bermain sepak bola, kalau pun ada hanyalah lapangan footsal berbayar yang dibuka untuk umum. Yang mereka harus kolek-kolekan alis patungan.
Untuk bisa memuaskan hasrat merumput, menggiring bola dan membawanya hingga ke mulut gawang. Lantas mencari moment yang pas guna menjebol benteng pertahanan lawan, dengan satu tendangan.
Demi untuk menghilangkan dahaga bermain bola bagi football lover, yang menjadi sensasi luar biasa ketika si kulit bundar ditembakan hingga mencetak gol-gol cantik dan apik.
Alhasil mereka bermain di tempat seadanya di tengah jalan, di antara sisi kanan kiri bangunan rumah-rumah warga. Yang setiap menitnya dilintasi para pengendara motor yang kerap kali lalu lalang
sedang tanggung mereka tetap enggan dihentikan.
Ditambah bermain bola tanpa perlengkapan khusus seperti sepatu bola, tanpa mengenakan alas kaki serta sepasang sandal yang diletakan di sisi kanan kiri yang berfungsi sebagai penanda pembatas gawang.
Meski dengan seadanya tak mengurangi kadar gembira anak-anak bermain sepak bola, meski bola ditendang liar ke mana-mana terkadang mengenai ujung mata kaki pejalan kaki.
Bahkan bola terkadan melintas tepat di atas kepala, serta nyaris menabrak muka. Si kulit bundar tak henti dikejar. Di over ke sana ke mari, dicuri kembali oleh kelihaian kaki hingga didapati bola terkapar di dalam gawang.