Kau Menggurat Sedalam Urat
Buluh pena tak henti merajah
rindu yang tumpah ruah
denyut nadi rasa
membahana
Maka kupahat sebuah nama
tintanya adalah darahku
yang kuambil dari
nadi sunyi
Ceceran getih di sela rintih
jiwa bak diganduli oleh
segumpal pedih
menindih
Sepasang netra lucuti kuntum
mawar merah terkapar
di atas beku tubuh
sang waktu
Terus kugurat sedalam urat
sehingga teramat lekat
meski paras masa
berganti rupa
Pada sesayat luka-luka jiwa
ada sekerat nelangsa
menganyam diam
seribu bahasa
Biar kuukir bait-bait hampa
sesayat demi sesayat
hingga hening
melumat
H 3 R 4
Cikarang, 30/10/2022
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!