Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bunuhlah Tuhan...

6 Juni 2020   15:20 Diperbarui: 6 Juni 2020   15:21 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bunuh Tuhan

Ya, itulah yang seharusnya dilakukan. Ketika ada seorang pun yang mengaku Tuhan di luar diri, wajib hukumnya di bunuh. Mengapa demikian? Karena tidak satupun manusia tahu tentang Tuhan. So, dapat dipastikan bahwa jika ada Tuhan yang bisa disembah mesti dimusnahkan. Bukankah ada ayat dari seorang master yang menyatakan bahwa: "Tuhan lebih dekat dari urat lehermu."?

Kita menganggap Tuhan terpisah selama ini. Buktinya? 

Untuk melakukan perjalanan ke suatu tempat yang dianggap suci pun, harus tunggu panggilan. Seseorang yang mengharapkan dipanggil berarti ia merasakan dirinya terpisah. Ia tunggu ada yang memanggil terlebih dahulu.

Sembah Hyang

Tuhan adalah sesuatu yang kita agungkan untuk disembah. Makanya dalam tradisi leluhur kita dikenal Sembah Hyang. Jika dalam kehidupan ini, kita menyembah sesuatu, itulah Tuhan. Apapun bentuknya. Mungkin bentuk kepercayaan atau keyakinan. Namun kadang kita tidak sadar bahwa suatu keyakinan atau kepercayaan yang pada akhirnya kita menyakiti sesama, maka kita telah e;ecehkan keyakinan atau kepercayaan itu sendiri. Saat itulah kita menyembah keyakinan atau kepercayaan kita. Ini yang sebutkan sebagai penyembah berhala.

Kita lupa bahwa dalam ayat yang kita yakini atau percayai ada yang berbunyi: 'Kasihilah sesamamu sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri.' Dan ada juga yang menyebutkan: 'Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan.' Warisan luhur ini terdapat pada semua keyakinan atau kepercayaan yang diwariskan oleh para suci.

Pemaksaan Kehendak

Saat kita menyakiti orang lain, apapun keyakinan/kepercayaannya, sesungguhnya ia sudah melecehkan keyakinannya sendiri. Ia sudah menuhankan keyakinan. Ia tidak lagi melakoni yang diyakini. Tetapi ia menuhankan kepercayaannya. Bukankah ketika kita mengatakan bahwa kita mencintai orang tua dibuktikan dengan melakoni apa yang diperintahkan?

Segala sesuatu yang di luar diri adalah berhala. Namun jangan lupa, kita pun seringkali menyembah keinginan kita. Kita ingin agar orang lain sama seperti kita. Kita paksa orang lain untuk mengikuti kepercayaan sebagaimana kita lakoni. Kita telah berbuat kekerasan terhadap orang lain. Bukan saja orang lain, namun sesungguhnya kita sedang melakukan kekerasan terhadap diri sendiri. Mengapa demikian?

Kekerasan Diri Sendiri

Karena saat kita memperturutkan hawa nafsu kita, kita merusak tubuh kita. Saat kita berpikir buruk, tubuh kita memproduksi hormon beracun yang disebut 'nor-adrenalin'. Hormon beracun ini selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh dan pada ujungnya meracuni diri kita sehingga menjadi sakit. Bukankah ini namanya berbuat kekerasan terhadap diri sendiri?

Saat kita berpendapat bahwa kepercayaan kita paling baik pun sesungguhnya kita sedang memberhalakan keyakinan atau kepercayaan kita. Mengapa? Kita anggap bahwa kita punya paling baik. Cara berpikir ini sesungguhnya menganggap buruk keyakinan atau kepercayaan orang lain. Saat itu kita dalam genggaman arogansi shatan atau setan. Apakah shatan? Lihatlah ini.

Cara berpikir seperti ini sangat menghambat pertumbuhan evolusi batin kita. Jiwa kita tetap terjebak dalam alam pikiran yang sangat dipengaruhi oleh dunia. Inilah cara berpikir alam manusia yang sangat terikat pada kebendaan. Jiwa yang sesungguhnya bisa bebas saat kita hidup, akhirnya saat tubuh sudah tiba harus meninggalkan kunjungan di bumi, sang jiwa harus melakukan kunjungan kembali ke bumi. Pikran kita yang memenjarakan sang jiwa sehingga belum bebas untuk menyatu kembali pada Sang Maha Jiwa Agung.

Segala bentuk Tuhan harus dimusnahkan. Tanpa itu, sang jiwa individu tidak akan bisa menyatu dengan Sang Maha Sumber Jiwa. Jangan menyalahkan orang lain, semua adalah kita sendiri yang menentukan. Bukan seorang guru ataupun master. Kita dekat dengan seorang master atau guru semata agar kita ketularan kesadaran. Ketika besi terus menerus berdekatan dengan magnet, lama kelamaan si besi akan jadi magnet juga. Mengapa tidak dilakukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun