Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Masih Ada Cinta di Ruang Hampa

7 Februari 2020   15:19 Diperbarui: 7 Februari 2020   16:36 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto Polskiswiat.com

Daisy Listya memang bukan Diana Faria. Aku hanya melihat dan merasakan ada Diana Faria dalam dirinya.

Aku tidak tahu sudah berapa lama duduk dan termenung di depan layar monitor komputer Jepang itu. Pekerjaan pengumpulan data penelitian kerja bareng dengan LIPI, harus segera dituntaskan. Sore itu aku harus menyelesaikan pengolahan beberapa data dari file Bank Data yang ada di Laboratorium HPLC.

Sambil mengerjakan kompilasi data ini, aku jadi teringat bahwa beberapa waktu yang lalu di ruang HPLC ini berbincang dengan Listya tentang Diana Faria. Saat itu aku seperti terbangun dari mimpi ketika mendengarkan pendaparnya bahwa kita ini tidak pernah memiliki apapun sehingga tidak bakal kehilangan apapun.

Gadis itu telah membangunkanku dari mimpi buruk. Daisy Listya seakan mau berkata bahwa Diana Faria bukan milikku tapi semata-mata hanya milik Allah. Memang itulah faktanya.

Oh Tuhan, 20 tahun sudah aku telah menyia-nyiakan waktu. Ampuni hambaMu yang telah menganiaya diri sendiri.   Ampuni hambaMu yang sudah tidak tahu diri merasa memiliki yang bukan haknya padahal segala sesuatu hanya Engkaulah yang berhak.

Hatiku berbisik haru dalam penyesalan yang nyata.

Di depan komputer itu, aku sebenarnya lebih banyak termenung dari pada memperhatikan data penelitian yang mau kujadikan bahan Simposium Farmakologi di ITB. 

Sudah dua minggu yang lalu aku terakhir bertemu Listya di hari wisuda itu. Padahal baru dua minggu yang lalu tapi rasanya seperti sudah dua tahun yang lalu. Mungkin karena aku sangat merindukannya, entahlah.

Aku sangat bersyukur kepada Allah, sudah berkenalan dan merasa dekat dengan Daisy Listya. Sekarang paling tidak hatiku sudah terbuka walaupun sebenarnya harapanku adalah gadis itu. Aku benar-benar merindukannya. Listya sudah benar-benar seperti menghilang.

Belum pernah aku merasakan kehampaan seperti ini. Mungkin Listya sekarang sedang sibuk mempersiapkan pernikahannya dengan seorang lelaki yang tempo hari dikenalkan padaku.

Sudahlah Alan. Listya rupanya dikirim Allah hanya untuk dikenang. Gadis itu dikirim Allah untuk menggugah hatimu agar kamu mulai terbuka lagi menerima uluran calon teman hidupmu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun