Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Rahasia Hati Wanita Sedalam Samudera

6 Agustus 2019   13:38 Diperbarui: 7 Agustus 2019   07:50 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi (Foto Anditrisia.com/anohana) 

"Si Ganteng? Oh Erwin maksudmu. Iya memang dia ganteng. Dia sudah pulang ke Padang." Suara Aini datar biasa saja namun bagiku justru menambah penasaran. Siapakah Erwin, apakah dia calon suami Aini? Aku jadi menyesal mengajukan pertanyaan tadi. Maksudnya ingin mengorek informasi eh malah jawaban Aini membuat aku bertambah galau.

"Hei Hensa kenapa kamu jadi melamun begitu?"

"Ah enggak apa-apa. Aku hanya berfikir pasti Aini akan kangen dong sama Erwin yang biasanya selalu bersama-sama," kataku mulai usil lagi. Sebenarnya enggak enak juga sih "kepo" seperti ini tapi apa boleh buat kalau tidak begini aku tidak akan tahu siapa cowok yang membuat aku menjadi galau ini.

"Kangen?" Aini tiba-tiba tertawa seolah-olah apa yang aku katakan itu memang lucu.  "Hensa, dia itu saudara sepupuku yang masih duduk di SMA. Kebetulan kemarin sedang liburan. Ingin kuliah di Bogor nanti kalau sudah lulus. Lucu dong masa sama sepupu kangen. Kalau sama kekasih baru kangen."

"Oh pantas setelah aku perhatikan wajahnya agak mirip-mirip kamu, Aini!" kataku dengan hati lega sambil mengalihkan pembicaraan.

"Ya iyalah, Erwin anak Tanteku. Udah ah ayo kita ke Laboratorium!"

"Ok Nona manis kita kerja untuk skripsi biar cepat rampung."

Aini tersenyum dan kami menuju Laboratorium untuk bekerja seperti biasa. Terus terang selama di Laboratorium itu aku tidak begitu fokus bekerja. Selalu memikirkan Aini yang sekarang ada di ruangan yang sama. Memang ada rasa lega ketika tahu bahwa lelaki yang selalu bersama Aini itu ternyata masih sepupunya. Namun tetap saja bagiku harus menempuh jalan terjal untuk bisa meraih cinta Aini. 

Walaupun hampir setiap hari selalu bersama Aini namun pada setiap pembicaraan kami hanya canda dan tawa yang biasa saja. Tapi sore ini seusai kami menyelesaikan pekerjaan laboratorium kami berbincang cukup serius. Ketika itu Aini pernah menanyakan tentang perasaanku saat ini  kepada Erika.

"Erika sudah menjadi catatan masa laluku. Catatan itu tetap tersimpan dan tidak bisa dihapus" kataku.

"Ya Hensa. Pasti itu. Hanya aku ingin menyampaikan sebuah pesan Erika untukmu"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun