Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas Garuda Kehilangan Sentuhan Luis Milla

10 November 2018   04:59 Diperbarui: 13 November 2018   18:01 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Singapore vs Indonesia National Stadium Kallang (Foto Moch Hary Prasetya/Bolasport.com)

Digadang-gadang sebagai skuat warisan Luis Milla namun Timnas Garuda bermain sangat mengecewakan. Mengawali Turnamen AFF Suzuki Cup 2018, Indonesia bertemu tuan rumah Singapore sedangkan Timor Leste menjamu Thailand. Ajang bergengsi dalam kancah persepakbolaan di kawasan ASEAN ini dikuti 10 negara peserta. Grupa A terdiri dari Vietnam, Malaysia, Myanmar, Cambodia dan Laos. Grup B diisi oleh Thailand, Indonesia, Filipina, Singapore dan Timor Leste. 

Laga perdana yang sangat krusial ini bagi Indonesia akhirnya dimenangkan Singapore dengan skor tipis 1-0. Pada laga lainnya Thailand menghancurkan Timor Leste dengan 7-0. Matchday kedua di grup B akan berlangsung Selasa (13/11/18), Indonesia berhadapan dengan Timor Leste di Stadion GBK Jakarta. 

Gol satu-satunya Singapore hasil tendangan Haris Harun seakan membuat kita terbangun dan buaian mimpi bahwa Timnas Garuda mempunyai sentuhan Luis Milla. Malam itu di National Stadium, Kallang Singapore tidak ada sedikitpun bekas-bekas binaan pelatih asal Spanyol tersebut. Pola permainan yang monoton dan miskin kreativitas di semua lini. Puncaknya adalah hilang fokus lini belakang dengan terjadinya gol semata wayang bagi Singapore.  

Persaingan dalam ajang tahun ini semakin ketat dengan adanya beberapa pelatih Dunia yang menangani tim peserta. Mereka yang meramaikan Piala AFF tahun ini adalah Milovan Rajevac, pelatih Thailand, Sven Goran Eriksson (Filipina) dan Keisuke Honda (Cambodia).

Bima Sakti sudah mempelajari performa para pesaing Skuat Garuda melalui beberapa video pertandingan mereka. Singapura semakin bagus, Timor Leste juga begitu, Filipina banyak pemain naturalisasi, Thailand jangan diragukan mutu mereka, jadi kini ajang Piala AFF lebih kompetitif. Apalagi sekarang digunakan dengan sistem home and away, setiap tim harus benar-benar bersiap total agar performa pemain bisa maksimal dalam setiap laga yang diikuti.

Menanggapi tentang ikut sertanya beberapa pelatih caliber Dunia tersebut, Bima Sakti memberikan komentar ringan. "Mereka punya nama besar, dan mantan pemain besar. Saya pikir kita sama-sama berjuang demi bangsa. Kita tunjukkan. Meski saya minim pengalaman, tapi yang penting pemain mengerti model yang ingin kami terapkan. Ilmu apapun kalau pemain tidak mengerti, akan kesulitan. Saya melihat para pemain bisa mengerti, semoga saja dengan persiapan yang akan kami buat dalam seminggu ini bisa membuahkan hasil lebih baik, pemain lebih mengerti, chemistry-nya lebih baik lagi." Demikian kata Bima seperti dikatakannya kepada Goal.com (5/11/18).

Pernyataan Bima Sakti tersebut patut dicermati sebagai sikap optimis dan percaya diri. Benar apa kata Bima yang penting para pemainnya mampu menerapkan taktik dan strategi yang dirancang dan disepakti bersama. Kekompakan tim pelatih dan skuat Garuda menjadi modal penting untuk menghadapi tantangan di depan.

Namun ternyata Bima Sakti harus menerima nasib buruk di Stadion National Kallang Singapore ketika skuatnya harus kalah dari tuan rumah. Fakta berbicara bahwa Bima baru bertemu dengan seorang Fandi Ahmad. Apa yang terjadi jika dirinya berhadapan dengan taktik pelatih caliber Dunia seperti Eriksson?  

Sosok Eriksson sangat lekat dengan era Primavera. Tentu saja bagi Bima mengingatkannya kembali saat mengikuti pembinaan bersama Tim PSSI Primavera tahun 90 an. Eriksson saat itu ada di dalamnya bersama klub Serie A Sampdoria.  Bima melihat Eriksson sebagai pelatih berkarakter, disiplin. Melihat beberapa kali program latihan dia sangat mengesankan Bima.

Bahkan Kurniawan Dwi Yulianto yang sekarang menjadi asistennya, saat itu sempat beberapa kali berlatih bersama Sampdoria yang diasuh Eriksson. Gaya permainannya khas Italia. Corto stretto yang secara harfiah berarti 'pendek merapat' menjadi ciri khas mereka. Bagi Bima ini akan menjadi pekerjaan rumah untuk mempersiapkan tim sebaik mungkin saat menghadapi Filipina nanti. Pekerjaan yang yang harus dihadapi dengan ekstra. Untungnya laga melawan Filipina berlangsung di Stadion Utama GBK pada Minggu (25/11/18).

Perjalanan masih panjang masih ada laga melawan Timor Leste, Thailand dan Filipina yang apa boleh buat wajib dimenangkan jika Timnas Garuda ingin lolos ke semi final. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun