Mohon tunggu...
Henri Satria Anugrah
Henri Satria Anugrah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Konten Pengembangan Diri

Membacakan hasil tulisan di channel Youtube bernama Argentum (https://www.youtube.com/c/Argentum-ID/)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Apakah "Pernyataan Sesuai Logika" Sudah Pasti Benar?

27 September 2019   13:36 Diperbarui: 28 September 2019   10:35 1636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi cara otak perpikir. (sumber: dogonews.com)

Sebagai makhluk sosial, diskusi merupakan kegiatan yang pasti pernah dilakukan oleh semua orang. Diskusi dapat terjadi apabila dua orang atau lebih saling bertukar pendapat mengenai ide-ide yang ada dalam pikirannya masing-masing. 

Tentu, diskusi sangatlah bermanfaat untuk mempertajam akal manusia yang seringkali dipenuhi oleh bias-bias kognitif. Sebelum melakukan sesuatu yang besar secara berkelompok, baik yang hanya melibatkan dua orang (misalnya, menikah/membangun keluarga) maupun banyak orang (misalnya, memulai bisnis), manusia pasti akan melakukan diskusi dengan pasangan atau rekan-rekannya.

Logika merupakan suatu cara berpikir yang paling umum digunakan untuk mempertimbangkan kebenaran dari pernyataan orang lain. Apabila seseorang membuat pernyataan yang tidak sesuai dengan kaidah logika, maka sebagian besar orang akan menganggap bahwa pernyataan itu salah. Benarkah demikian? 

Patutkah sikap seperti itu diambil oleh seorang pemikir yang gemar mencari kebenaran? Mari kita simak contoh silogisme (salah satu kaidah logika) di bawah ini dengan seksama.

Premis Mayor: Orang kaya adalah orang yang rajin bekerja
Premis Minor: Budi adalah orang miskin
Kesimpulan: Budi adalah orang yang malas bekerja

Contoh di atas sudah sesuai dengan kaidah logika. Namun demikian, apakah kenyataannya orang miskin ialah orang-orang yang malas bekerja? Belum tentu. Mungkin memang benar bahwa ada sebagian orang yang menjadi miskin karena malas bekerja. 

Namun demikian, kenyataan tidaklah sesederhana itu. Ada sangat banyak faktor yang memengaruhi terjadinya kemiskinan, misalnya tingkat pendidikan, situasi tempat tinggal, pola hidup masyarakat, budaya di masyarakat, dan lain-lain. 

Dengan kata lain, logika tidaklah menjamin kebenaran mutlak. Ada banyak faktor yang tidak tercakup oleh logika, yang patut dipikirkan dan dipertimbangkan untuk mendekati kebenaran.

Dari penjelasan di atas, sadarkah kamu di mana letak kelemahan dari logika? Ya, logika hanya membahas dua variabel atau hal. Padahal dalam suatu konteks (peristiwa nyata),  ada banyak teks-teks (peristiwa-peristiwa kecil atau variabel) yang tercakup di dalamnya. 

Jika kamu berpikir menggunakan logika yang hanya membahas dua variabel saja, maka kamu akan mengabaikan variabel-variabel lain yang mungkin memengaruhi kesimpulan akhir dalam pikiranmu.

Contoh lagi, misalnya, jika kamu ingin mengetahui "Apakah Ani senang diberi hadiah boneka oleh Budi?" ada berapa banyak variabel yang harus diperhitungkan? Banyak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun