Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dua Mantra Sakti

9 Juni 2022   18:43 Diperbarui: 9 Juni 2022   18:48 4024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Dan... Ka-kakek... Menguasai mantra pendamping itu?" Tanya Dewandaru lagi.
"Kulakukan demi sahabat baikku itu. Dan kau Dewandaru." Jawab Ki Kebomas mantap. "Akan menyelamatkannya beserta Putera Nara."

"Ka-kakek..." Gumam Dewandaru berkaca-kaca. Seraya Ki Kastara meninggalkan mereka berdua. Dewandaru merasa apa yang diceritakan kakeknya itu menyimpan beribu harapan. Rasa kecamuk, marah, benci, dendam, yang menyelimuti hatinya sejenak menghilang.

***

Beberapa potong bambu kuning ditancapkan mengelilingi kediamannya. Lengannya berusaha mengusap wajah yang dipenuhi butiran-butiran keringat. "Benar-benar murid berbakti lulusan Padepokan Inggil Giri." Ujar Ki Kebomas hangat memuji.

"Tak sebanding dengan dirimu Ki." Katanya membalikan pujian. "Hanya ini yang mampu kulakukan untukmu. Jika pertahanan yang kubuat ini tak sanggup membendung kedahsyatan mantra aji saka yang kau keluarkan. Maafkan aku." Ujarnya dengan suara serak.

Ki Kebomas mencoba menghibur. "Satu-satunya sahabat yang tak pernah lelah bersamaku, hanya..." Seraya jari tangannya pelan menunjuk dan menyentuh dada Ki Kastara dengan lembut.


***

Dewandaru lebih dulu duduk bersila, disertai Ki Kebomas sembari menancapkan tongkat hitamnya. Begitu juga Ki Kastara turut mendampingi mereka berdua. Mula-mula Ki Kebomas memberikan isyarat kedipan mata, lalu Ki Kastara memulai mengucap mantra.

"Warok bumbung kuning."
Sesaat keluar semacam selaput bening merambat mengelilingi kediaman Ki Kastara, membentuk setengah lingkaran seperti bola sepak dibelah dua. Mereka bertiga ada di dalamnya. Kedua bola mata Ki Kastara masih terpejam, bibirnya komat-kamit.

Beberapa detik kemudian, Ki Kebomas menyusul mengeluarkan mantra saktinya. "Dewana Rawaja." Tiba-tiba keluar cahaya putih dari tongkat yang membengkok seperti ganggang payung.

Cahaya itu semakin besar membentuk moncong panjang dikelilingi rambut putih seperti rambut singa. Kumisnya menjuntai panjang dengan dua tanduk besar, mata jingga menonjol, memiliki tangan dan kaki tak sebanding tubuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun