"Opss, maaf" ujarnya. Suara lirih datang dari dimensi yang berbeda. Tuannya sudah tentu pasti tak mendengar. Debu-debu semburat terbang berhamburan. Saat kain pelindung ditarik dan dihempaskan ke udara.
"Uhuk-uhuk, uhuk-uhuk."
Dilirik Tuannya terbatuk, dia tak sampai hati memandangi "Sudahlah Tuan, biarkan aku di sini tak apa." Ujarnya merajuk.
Ditariknya masker menutupi bibir dan hidung, sesekali terlihat keluar masuk garasi. Telapak tangannya sesekali terlihat mengibas, seperti mengusir debu yang tak pergi-pergi.
"Pergi-pergi, jangan kau ganggu Tuanku!" ujarnya.
"Hmm" kata Si Debu "Memangnya siapa kamu, ngusir-ngusir. Lagian bukan salahku, aku kan hanya menempel di kain pelindung. Kegiatanku ya memang seperti itu."
Mendengar hal itu, dia seperti malu. Betul-betul memperjelas posisinya siapa aku.
Dengan berkacak pinggang sorot mata memandangi isi garasi. Geleng-geleng kepalanya, Â sontak membuat tangan kanan menempel dahi, "Aduh, kok nggak di luar," sesal si Tuan. Seharusnya tak di dalam saat mengebas kain pelindung yang berdebu itu.
Tak lama, kini dia pun bergegas beranjak memasuki rumah. Ditinggalnya garasi keadaan terbuka, sembari menunggu debu pekat berkurang Si Tuan menyiapkan beberapa peralatan.
"Kamu pasti bahagia kan?" Ujar Si Debu kepada Vespa yang senyum-senyum ceria. "Eh, itu Tuanmu datang, aku pergi, da, da" Si Debu berpamitan mulai meninggalkan ruang garasi bersama semilir angin pagi.
"Oke, Vespa. Kita cek dulu keadaanmu", gumam Si Tuan dengan penuh semangat.
Si Tuan mulai melepas kap kanan, dilihat kearah mesin untuk memastikan kondisi. Tak lama diputar kontak kemudian kakinya meraih kick starter. Namun sayang, beberapa kali kick starter dilakukan tak mampu membuat mesin menyala. Dia hanya mendengar suara 'Jeglekleklek-jeglekleklek'.