Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hadiah Centang Hijau karena Paijo

28 September 2021   09:18 Diperbarui: 28 September 2021   09:38 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari itu, seingatku tepatnya senin legi tanggal dua puluh tujuh, bulan kesembilan dari tahun dua ribu dua satu. Dan waktu menunjukan pukul sepuluh pas, nggak kurang dan nggak lebih, masih ku ingat jarum pendek menunjuk di angka sepuluh dan jarum panjang di angka dua belas.

Cuaca Pagi sedikit mendung dan rasa dingin yang mulai meraba kulitku hingga menusuk kebeberapa tulang badan. Membuatku harus menyalakan perapian pada sebatang tembakau berangka dua tiga empat. Ku lirik paijo dari pinggir pintu kamar kos, sepertinya sedang repot dengan tugas akhirnya yang kian hari kian ribet. Entah kapan aku bisa seperti dia, segera lepas sedikit demi sedikit dari belenggu kuliah. Berhadapan dengan buku-buku, mengerjakan tugas-tugas, melakukan praktikum, kemiripan rutinitas layaknya seperti semasa kecil, yaitu Sekolah Dasar.

Tak lama, aku pun ikut menyalakan komputer. Sambutan pertama setiap selesai loading windows adalah sticky note, yang bertulis beberapa jadwal, tugas-tugas dan tanggungan laporan praktikum. Tak lama kursor aku arahkan pada sebuah ikon KALI yang berarti close. Sambil mbatin, "sekali-kali cuek po'o".

Kemudian seperti biasa sebelum aktifitas, beberapa cerita bersama paijo aku coba dokumentasikan pada sebuah kanal rubrik bernama "Kompasiana". Paling tidak bila paijo lulus, dan stressnya kumat bisa langsung mesam-mesem membaca pada kanal rubrik tersebut mengulang dan mengingat lagi gojlokan dan ocehan yang pernah kami lakukan semasa hidup bersama satu kos. 

Tapi menurutku angan-angan ini terlalu berlebihan. Sudah pasti teman ku yang satu ini tak akan sempat membuka kanal ini karena menjadi rebutan bagi para pengusaha untuk dijadikan karyawan, atau pun segera menjadikannya status PNS yang sekarang ASN di sebuah propinsi Sumatera.

Yang menjadikanku tak pernah lupa keistimewaan dari dirinya adalah, nilai raportnya yang selalu bertipe-X. Paijo sempat bercerita, Bapaknya marah besar bila raportnya mendapatkan nilai sepuluh. Di karenakan nilai sepuluh adalah milik Guru, kata Bapaknya. Terkadang dia harus kembali kesekolah memohon dengan tangisan dan belas kasihan Gurunya untuk sudi mengubah nilai yang rata-rata sepuluh menjadi angka sembilan. Bila tidak... .... ...

Tiba-tiba kudengar beberapa kalimat suara yang keluar dari seorang yang sangat aku mengenalnya,

"Kaeluh wis ijo, piye.... seneng, lego atimu..."

"Luh, iyo tah jo... aku durung ndelok blas'i"

"Yo delok'en sik cak, jeneng'e mu La wis centang ijo"

Aku pun bergegas melihat di atas keterangan Kategori dan Judul dengan menaikan kursor roda mouse,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun