Minggu lalu ada pertemuan orang tua siswa dan guru (Elternabend) yang harus kami hadiri. Rapat ini selalu diadakan malam hari. Putri saya kali ini ikut ke sekolah, dia akan bertemu temannya selama kami mengikuti rapat. Dalam perjalanan, saya iseng bertanya pada anak, apakah sepedanya masih ada di gedung parkiran sepeda.
"Nein! Mein Fahrrad ist nicht da!"
Putri saya berujar setengah berteriak, sepedanya tidak ada di tempatnya.
Saya dan suami terdiam. Saya masih berpikir, dia hanya menggoda, karena (menurutnya) saya sering terlalu khawatir.
"Im ernst?" Saya menanggapi dengan bertanya, "Apa ucapannya serius?"
"Iya," jawabnya. Sesuai GPS yang ada di ponselnya, sepeda dia sekarang berada di kota lain sekitar 100 kilometer jauhnya.
Suami saya menyahut untuk menenangkan anak yang sedikit panik. Saya bisa memuji sikap suami. Dia selalu mengagumkan menanggapi hal buruk yang terjadi, cukup tenang, tidak pernah marah atau menunjukkan kepanikan.
"Nanti, setelah Elternabend kita bicarakan lagi." Suami saya berkata pada anak.
Â
Seusai rapat, sudah cukup malam. Putri saya mengeluh dia sangat mengantuk, ingin cepat pulang dan tidur. Lagi pula, esok hari anak saya harus bersekolah seperti biasa.Â
Saya mengerti, putri saya pasti sangat panik dan gugup. Sepeda yang baru berusia sekitar setahun. Sepeda ini adalah hadiah ulang tahun dari kami untuknya. Salah satu miliknya yang berharga dirampas oleh orang tidak dikenal. Â Â