Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sampah Plastik di Lautan Indonesia Diolah Menjadi Ransel di Jerman

5 Maret 2021   20:51 Diperbarui: 6 Maret 2021   19:29 1996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sampah plastik di pantai | foto: kompas.com

Beberapa waktu lalu seorang kenalan saya mengunggah foto ransel di media sosialnya. Sebastian, kita panggil saja begitu, memang sangat suka bepergian dengan membawa ransel. Karena itu, jika ada tas punggung dengan model baru dan fungsi istimewa akan menarik perhatiannya.

Sebetulnya, ransel tahan air berwarna hitam dengan daya tampung 23 liter itu terlihat seperti ransel pada umumnya, modelnya sederhana. Tas yang cocok untuk dipakai saat bersepeda, hiking, maupun untuk menemani perjalanan lainnya.

Namun, ada yang membuat produk ini berbeda, karena bahan bakunya dari sampah plastik yang berasal dari lautan di Indonesia.

Seperti yang kita ketahui, saat ini semakin banyak orang berusaha meningkatkan kebersihan dan menyelamatkan lingkungan dari kerusakan yang lebih parah. Menjadikan limbah yang banyak berserakan di bumi menjadi barang yang berguna. 

Begitu juga kiprah yang dilakukan pria berusia 30-an dari Jerman dan seorang temannya. Mereka mengolah sampah menjadi barang baru yang berguna. Tindakan yang luar biasa dan sangat baik untuk ditiru.

Sebagai peselancar yang sudah mengunjungi banyak negara di dunia, Benjamin bersama teman sekolahnya, Ramon, sangat akrab dengan laut. Mereka melihat betapa banyaknya perairan yang penuh sampah plastik. Kedua pemuda ini mendapat ide untuk membuat produk yang tahan lama dari sampah plastik yang berserakan di lautan. 

Tas punggung adalah produk yang kemudian dibuat oleh Gotbag, startup dari kota Mainz di Jerman, setelah hampir dua tahun lamanya melakukan berbagai penelitian, dan membicarakannya dengan mitra usaha mereka. Segalanya dipikirkan dengan matang, mulai dari pengumpulan plastik dari laut hingga menjadi produk jadi dalam bentuk barang baru.

Sampah plastik yang mengotori wilayah perairan Indonesia memang sangat memprihatinkan. Menurut laporan Nexus3 Foundation (dulu dikenal dengan nama BaliFokus Foundation), Indonesia menghasilkan lebih dari tiga juta ton sampah plastik setiap tahun, sekitar sepertiganya berakhir di laut. Residu plastik mencemari laut, meracuni tanaman, hewan, dan manusia.

Dengan bantuan para nelayan di Indonesia, sampah-sampah plastik yang berserakan di laut dikumpulkan dan dibawa ke darat. Ada sekitar 1500 nelayan yang terorganisasi menjaring sampah dan mendapatkan imbalan dari hasil kerja mereka. 

Pelatihan tentang pemilahan sampah juga dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan kesadaran masyarakat akan pencemaran yang terjadi di perairan Indonesia, juga betapa pentingnya pembangunan infrastruktur persampahan di pedesaan.

Kegiatan ini juga dimaksud untuk mendorong pemerintah memikirkan dan mengadopsi sistem pengelolaan sampah dengan baik.

Plastik-plastik yang terkumpul ini kemudian disortir sesuai dengan golongannya. Jenis PET* (Polietilena tereftalat), sebagai bahan baku yang digunakan untuk membuat tas, dibersihkan dan diolah menjadi pelet. Sisa plastik jenis lain akan diteruskan ke pelanggan di bidang pasokan energi daur ulang.

Langkah ini untuk memastikan semua jenis plastik diproses dengan baik, dan tidak kembali lagi ke tempat pembuangan sampah dan mengotori lingkungan.

Produk tas dari bahan sampah plastik - foto: faz.net/FrankRoeth
Produk tas dari bahan sampah plastik - foto: faz.net/FrankRoeth
Proses pembuatan tas tidak dilakukan di Indonesia, tetapi di satu pabrik di Cina, karena masih minimnya infrastruktur di Indonesia yang diperlukan untuk proses produksi barang ini. Perusahaan startup Gotbag juga menyeleksi dengan baik perusahaan yang diajak bekerjasama, karena tidak ingin membuat limbah pabrik yang mengotori lingkungan. 

Langkah yang dilakukan Benjamin dan Ramon ini paling tidak telah mengurangi dan selanjutnya menghentikan pencemaran laut. Diharapkan tindakan ini diikuti negara lain, serta berkelanjutan, untuk bersama-sama menjaga kebersihan dan melestarikan lingkungan. 

Saat ini selain ransel, mereka juga membuat barang lain berupa dompet, tas untuk laptop, dan sampul untuk paspor. Sejalan dengan filosofi perusahaan, membuat dunia menjadi lebih baik, pewarnaan produk daur ulang yang dibuat juga menggunakan bahan yang ramah lingkungan.

Startup dari Mainz ini dengan usahanya berusaha untuk membersihkan dan mengurangi pencemaran wilayah perairan, khususnya di Indonesia. Produk tas ini adalah yang pertama di dunia, yang hampir seluruhnya dibuat dari sampah plastik dari laut.

Catatan,

PET* (Polietilena tereftalat), adalah suatu resin polimer plastik termoplast dari kelompok poliester. PET banyak diproduksi dalam industri kimia dan digunakan dalam serat sintetis, botol minuman, dan wadah makanan. (Wikipedia.org)

-------

Hennie Triana Oberst

De, 05.03.2021

Rujukan:

1. Rucksäcke aus Plastikmüll/ Frankfuter Allgemein/ faz.net

2. Got Bag/ got-bag.com

3. Got Bag - Der erste Rucksack aus 100% recyceltem Meeresplastik/ reisezeilen.de

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun