Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Vila di Pinggir Pantai (2)

23 Oktober 2020   20:02 Diperbarui: 24 Oktober 2020   05:29 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di pojok taman dekat pagar ke arah pantai terdapat gazebo. Di sini kami bergantian menikmati pijatan yang ditawarkan dua orang wanita yang memang berprofesi sebagai tukang pijat. Mereka sering dipanggil untuk melayani tamu di vila ini dan beberapa vila di sekitarnya.

***

Satu adikku dan keluarganya menempati vila dengan atap ijuk, lumbung, mereka menamakan bangunan ini. Letaknya berseberangan dengan vila utama. Bangunannya tidak besar, sangat cocok untuk mereka yang memiliki anak 3 orang.

Dari kemarin, aku belum sempat melihat-lihat bagian lain dari vila ini. Mampirlah aku ke lumbung. Di ruang bawah terdapat sofa dan meja, layaknya ruang tamu, di sudutnya adalah ruang kerja.

Pada dinding menuju tangga ke lantai atas tergantung foto wanita muda, terlihat cantik dengan rambut agak bergelombang, panjangnya melewati bahu dan berwarna caramel.

Saat melintas, aku menoleh ke arah foto, terlihat ia tersenyum. Benar-benar tersenyum saat kutatap sekali lagi. "Ah, pasti cuma perasaanku saja," pikirku dalam hati.


Saking panik dan khawatir dengan kenahasan yang baru saja menimpa suamiku, aku pun tidak mengetahui kasak-kusuk yang terjadi kemarin.

Adikku mengatakan mereka pindah ke vila yang letaknya dekat ke arah pantai. Bangunan yang seperti dua rumah mungil berdepet itu bagian depannya mengarah ke pantai. Agak tersembunyi letaknya, karena dikelilingi taman dan harus melewati sisi kolam renang yang dipagari tanaman.

Menurut adikku, anak sulungnya tidak mau tidur di lumbung. Bahkan untuk naik ke lantai dua yang merupakan kamar tidur, dia menolaknya sambil menangis.

Akhirnya lumbung dibiarkan kosong, mereka menempati vila di dekat pantai.

Itulah pertama dan terakhir kalinya aku memasuki lumbung. Bangunan cantik, tapi seperti memiliki aura mistis yang takbisa aku gambarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun