"Saya ikut karena diiming-imingi uang besar 100 juta. Yang pertama kalau sudah tiba di lokasi akan mendapatkan 25% dari 100 juta yaitu 25 juta. Selesai KLB akan mendapatkan sisanya yaitu 75 juta. Tapi nyatanya kita cuma dapat uang 5 juta. Kami memberontak karena tidak sesuai harapan. Tiba-tiba dipanggil dan ditambahi uang 5 juta oleh bapak M Nazarudin. Saya tidak terima sama sekali karena saya sudah berkorban saya sudah melawan ketua DPC saya sehingga dipanggil dan ditambah uang 5 juta. Total kita dapat uang 10 juta".
Itu adalah pengakuan seorang yang menyebut namanya adalah Gerald Piter Runtuthomas (GPR) dan menyebut jabatannya adalah Wakil Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrat Kota Kotamobagu (Sulawesi Utara).
Video pengakuannya ditayangkan di Mata Najwa Trans7 dan dibagikan di saluran Youtube Najwa Shihab, 11 Maret 2021. Detik tulisan ini ditayangkan video itu telah sekian jam menduduki Trending #2 di Youtube.
Rupanya maksud pengakuan itu adalah untuk mengungkap bahwa ada money politics yang dilakukan oleh kubu KLB Partai Demokrat di Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara (Jumat, 5/3/2021) guna meraup suara pro-KLB tersebut walau posisi jabatan GPR adalah Wakil Ketua DPC.
Sementara, berdasarkan pernyataan AHY, pemangku hak suara adalah Ketua (DPD & DPC). Hal itu diakui pula oleh GPR: "(Saya) tidak ada hak suara tetapi disahkan, dimasukkan untuk melengkapi administrasi sebagai punya hak suara. Itu kan aneh," dilansir oleh Tribunnews.
Entah sadar atau tidak, bahwa alih-alih membuka borok lawan justru menyibak borok sendiri. GPR berkata:Â "Saya tidak terima sama sekali karena saya sudah berkorban saya sudah melawan ketua DPC saya."Â Dijanjikan 100 juta, ternyata total hanya 10 juta.
Jelas berbeda dengan Gatot Nurmantyo (GN). GN menolak dari awal, lihat video yang sama. Sedangkan GPR benar-benar hadir di pelaksanaan KLB. Demi KLB? Demi Moeldoko? Demi demokrasi?Â
Kita lihat pernyataan GPR: "Tapi nyatanya kita cuma dapat uang 5 juta. Kami memberontak karena tidak sesuai harapan". "Memberontak karena tidak sesuai harapan". Harapannya adalah 100 juta. Ada kata "kami" di situ. Artinya, bukan hanya GPR yang diimingi uang. Lebih dari satu orang.
Jadi, demi KLB? Demi Moeldoko? Demi Demokrasi? Bukan, melainkan demi 100 juta: "Saya ikut karena diiming-imingi uang besar 100 juta." GPR "ikut karena" 100 juta.
Di pihak lain, pihak KLB Sibolangit harus menyadari bahwa pengakuan yang mengumbar cela mereka disebabkan karena mereka juga, yakni mereka tidak memberikan sejumlah uang sesuai yang mereka janjikan. Kurang modal? Ataukah, kurang solid untuk berkorban?