Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sakit Tidak Sembuh, Apakah Anda Disantet? | RKUHP 252 (1)

23 September 2019   17:10 Diperbarui: 11 Oktober 2019   00:42 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: CLVT Nation | Klenik | RKUHP (1)

Ini yang kerap saya tuliskan untuk mengingatkan agar kiranya kita tidak berhenti menarik garis vertikal antara diri kita dan Tuhan. Jauhlah kiranya diri merasa seolah-olah suci tak bernoda hingga tidak mungkin mendapat hajaran dari-Nya.

Kasih Tuhan tidak menghentikan didikan-Nya! "Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!" (Wahyu 3:19).

Akan tetapi, kita seringkali menempatkan diri kita sama seperti Ayub dalam Kitab Suci, yang dicobai dengan berbagai musibah dan derita sakit, sementara Ayub tidak berlaku salah di hadapan Tuhan. 

Berdasarkan kisah Ayub itu, kita pun kerap lebih suka menyebut segala sesuatu yang buruk terjadi adalah UJIAN iman. Lebih nyaman menyebut "ujian" daripada "TEGURAN". Pertanyaannya, apakah kita sama sucinya persis seperti Ayub?

Adalah lebih baik kita melihat diri kita sebagai orang berdosa daripada memandang diri sebagai orang benar, sebab itu hanya akan menjatuhkan kita ke jurang kebinasaan karena kesombongan rohani kita sendiri! Bahkan bisa jadi, kesombongan itulah yang hendak dihancurkan oleh Tuhan dengan penyakit yang dijinkan-Nya ada pada tubuh kita. 

Kitab Suci adalah cermin Ilahi untuk melihat diri kita sendiri. Mungkin ada hal yang hendak dikoreksi dari tabiat atau sifat kita, perbuatan kita, cara kita memperlakukan orang lain, pikiran kita, dan terutama hati kita yang tidak dilihat orang tapi dilihat oleh-Nya.

Mengapa tidak dapat merendahkan hati melihat pada diri sendiri? Kalau toh itu bukan teguran, tapi ujian, maka mungkin saja penyakit itu adalah ujian bagi kesabaran, ketabahan, dan keikhlasan hati kita. Luluslah dari ujian itu! Jalani dan lalui derita sakit itu bersama Dia.

Dan haruslah diingat, bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi di luar kehendak-Nya. Kalau toh ada orang yang berlaku jahat kepada kita dengan menggunakan ilmu gaib, maka pertanyaannya adalah bukan siapa dan mengapa dia melakukan itu, tetapi mengapa ilmu gaib itu bisa tembus ke diri kita?

Karena bila kegelapan sanggup menyakiti kita, maka itu berarti benteng pertahanana iman kita lemah! Adalah memang kerja Iblis atau Setan untuk merusak, menyakiti, dan menghancurkan manusia. Itu profesi Iblis. Ia bisa memakai manusia dan apa saja untuk maksud yang jahat.

Akan tetapi, Iblis tidak berkuasa atas orang-orang yang menaruh Allah-nya di atas kekuasaan yang ada di bawah kolong langit ini! Jangan biarkan diri Anda meyakini bahwa yang jahat lebih berkuasa dari pada Allah Anda!!

Bersepakat dengan Iblis memang dapat memberi kesenangan bahkan kesembuhan yang diharapkan. Akan tetapi, perkara lain akan menunggu di depan sana. Sebab, persahabatan dengan kegelapan adalah musuh Allah. Hari ini kita tersenyum, hari esok akan ada air mata. Ada harga yang harus dibayar dari persepakatan dengan kekuatan gelap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun