Mohon tunggu...
Hennie Engglina
Hennie Engglina Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar Hidup

HEP

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Seorang Ustaz Bicara tentang Salib

21 Agustus 2019   03:41 Diperbarui: 25 Oktober 2019   21:01 4744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Salib" di bibir Pendeta, berdasar. Akan tetapi, bagaimana bila hal salib itu disampaikan oleh seorang Ustaz?

1. Persoalan Perspektif

Ketika "salib" dijelaskan dari sudut pandang Alquran, maka jadilah penjelasan tentang salib versi Ustaz Abdul Somad (UAS) yang berbeda bahkan bertolak belakang dari apa yang Alkitab katakan tentang salib.

Video pernyataan UAS tentang salib menjadi viral hingga akhirnya UAS dilaporkan ke Bareskrim Polri oleh Pengurus Pusat Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (PP GMKI) dan oleh Komunitas Horas Bangso Batak (HBB) pada hari Senin, 19 Agustus 2019, dengan dugaan pelanggaran Pasal 156 dan 156a KUHP, yakni hal penodaan agama.

pasal156kuhp|dokpri
pasal156kuhp|dokpri
pasal156akuhp|dokpri
pasal156akuhp|dokpri
Pada video yang viral itu terlihat UAS membaca sebuah pertanyaan: "Apa sebabnya, Ustaz, kalau saya menengok salib menggigil hati saya?", dan langsung dijawab oleh UAS: "Setan!", dan seterusnya. UAS juga membuat peragaan tentang salib dan sukses. Sukses membuat audiensnya tertawa.

Saya tidak mengulas rinci kalimat demi kalimat UAS pada video itu, tetapi cukup dengan kalimat ini: "di salib itu ada jin kafir". 

Jelas, itu bukan kata Alkitab. Itu kata UAS tentu menurut Kitab Suci Alquran sebagaimana pernyataan itu disampaikan pada saat ia memberikan pencerahan kepada umat Islam dalam suatu pengajian.

Itu sudut pandang berdasarkan Kitab Suci lain, bukan berdasarkan Alkitab itu sendiri, dan sudut pandang dari orang yang tidak percaya kepada apa yang tertulis di Alkitab, maka apa yang UAS katakan jelas berbeda dari apa yang Alkitab itu sendiri katakan tentang salib.

Jadi, waktu pertama kali saya menonton video itu yang dibagikan oleh salah satu kawan Pendeta di grup teman-teman seangkatan alumnus STT INTIM Makassar, saya hanya memberi komentar dengan satu kata saja, yakni "Kasihan...". 

Dan, suhu di bilik chat grup kami sejuk saja tuh. Tidak ada marah-marah. Tidak ada hinaan. Tidak ada makian. Ruang bilik percakapan tetap adalah ruang manusia. Tidak tiba-tiba berubah menjadi kebun binatang.

Lalu, mengapa saya merespons dengan kata "kasihan"? Karena, dia menjelaskan sesuatu yang tidak dia mengerti, tidak dia pelajari, dan terutama tidak ia imani! 

Sama halnya ketika hoax Ratna Sarumpaet menyeruak. Ketika itu Hanum Rais ikut berkomentar selaku dokter. Apa respons tentang itu? Hanum itu dokter gigi, bukan dokter ahli bedah plastik!

Demikian juga, Alkitab hanya dapat dijelaskan oleh Alkitab! Hal yang sama pula untuk Alquran, bahwa Alquran hanya dapat dijelaskan oleh Alquran. Bila isi Alkitab dijelaskan berdasar isi Alquran, ya, jadilah seperti ini!

Dan terutama, dijelaskan oleh orang yang tidak mengimani apa kata Alkitab. Sebab, sekalipun seseorang disebut ahli Alkitab, tetapi bila ia tidak mengimani apa yang tertulis di dalamnya, maka Alkitab itu hanyalah sebatas ilmu pengetahuan baginya, bukan ilmu kehidupan di dunia dan di akhirat.

Coba sekarang, dibalik. Bila UAS berkata: "di salib itu ada jin kafir", maka bagaimana kalau ada orang Kristen berkata: "di Kabah itu ada setan/jin"? BTP saja didemo berlapis-lapis, apalagi bila kalimat itu benar-benar diucapkan oleh seorang Kristen, maka tidak terbayangkan!

Saya jadi ingat, ada seorang artis yang baru kaya raya hobi mengomentari perkara orang lain dan terang-terangan menghina orang lain secara lisan maupun tulisan di akun IG-nya. Kata "monyet", "anj*ng", dan rangkaian kata-kata hinaan lainnya sudah lumrah saya lihat di IG-nya . 

Akan tetapi, ketika orang lain mengomentari dirinya, dia tidak terima. Ia mau menghina, tapi tidak mau dihina. Menarik, bukan? Ada kondisi psikologis yang pada faktanya membenarkan, bahwa orang yang suka menghina orang lain, ia sendiri justru cenderung rawan hati. 

Kembali ke topik artikel ini.

Pada hakikatnya salib Kristus adalah untuk semua manusia, tetapi tidak semua orang percaya kepada Yesus Kristus. Namun, secara tertulis, yang "punya salib" adalah Alkitab, maka yang berkompeten menjelaskan apa itu salib adalah Alkitab, yakni dijelaskan berdasarkan apa yang tertulis di dalam Alkitab, dan tentu saja oleh orang-orang yang mengimani kebenaran firman Tuhan di dalam Alkitab.

Demikian juga sebaliknya, secara tertulis, yang "punya Kabah", adalah Alquran, maka yang berkompeten menjelaskan apa itu Kabah adalah Alquran, yakni dijelaskan berdasarkan apa yang tertulis di dalam Alquran, dan oleh orang-orang yang mengimani kebenaran firman Tuhan di dalam Alquran.

Keyakinan akan kebenaran Alkitab hanya dapat dijelaskan oleh Alkitab itu sendiri dan orang yang mengimani apa yang tertulis di dalam Alkitab. Demikian pula, keyakinan akan kebenaran Alquran hanya dapat dijelaskan oleh Alquran itu sendiri dan orang yang mengimani apa yang tertulis di dalam Alquran.

Jadi, "salib" yang sedang jadi percakapan netizen dan publik saat ini terkait video viral itu adalah salib ala UAS. Itu pun adalah salib simbol, yakni kayu atau dari bahan apa pun yang berbentuk salib. Lagi pula, siapa juga yang percaya kepada benda berbentuk salib atau segala bentuk patung buatan tangan manusia?

Orang Kristen tidak menyembah patung! Alkitab dengan tegas menuliskan larangan membuat patung. Kalau ada patung-patung, itu tradisi yang dibuat oleh manusia, bukan atas perintah Tuhan, apalagi bahwa patung adalah Tuhan.

Saya saja, yang seorang Kristen ini dan Pendeta, sejak saya mengerti apa itu salib, saya tidak mengharuskan diri saya membeli benda berbentuk salib untuk ditempelkan di rumah saya.

Boleh tanya jemaat di rumah Pastori (rumah yang disediakan oleh jemaat untuk Pendeta) di Gereja di mana saya terakhir secara organik bertugas di situ, kalau ada kayu atau apa pun berbentuk salib di dinding rumah itu. Bahkan, gambar Yesus pun tidak ada di rumah saya!

Mengapa? Sebab, saya bukan percaya kepada simbol salib apalagi kepada gambar-gambar, lebih-lebih lagi kepada patung!

Saya percaya kepada Yesus yang tersalib, mati, dan bangkit! Salib yang saya imani itu bukan di dinding atau di gunung atau yang ditempel di gedung gereja! Salib yang saya imani itulah pengorbanan Yesus!

Salib Yesus itu di darah dan daging saya!, dan Yesus Kristus di hati saya! Bukan di patung! Juga bukan di palang kayu salib buatan manusia! Dan, itu juga yang diimani oleh umat Kristiani.

Dan satu lagi, Alkitab tidak mengenal jin-jin yang disebutkan oleh UAS ada di salib. Jadi jelas, itu bukan salib seperti apa kata Alkitab.

Oleh karena itulah, terhadap pernyataan UAS, saya menanggapinya sebagai penjelasan dari orang yang tidak tahu apa yang dia katakan, sebab ia bukan orang yang mengimani Alkitab adalah Kitab Sucinya. Jadi, tidak heran. Orang dia tidak tahu dan tidak mengimani, kog!

Yang justu mengherankan, bila yang Kristen tidak dapat menjelaskan apa itu salib. Itu yang heran!

2. UAS Bicara kepada Umat Islam di dalam Mesjid.

Dalam ceramahnya di Masjid At-Taqwa desa Simpang Kalayang, Riau (Sabtu, 17/08/2019), UAS sempat memberikan klarifikasi terhadap video viral itu. Ceramah UAS itu diunggah ke Youtube oleh akun FSRMM TV. Klarifikasi UAS ada pada menit 04.57 - 06.45. Di sini saya mengutip tiga poin penjelasan UAS dari video itu:

"Pertama, itu saya menjawab pertanyaan, bukan saya membuat-buat untuk merusak hubungan. Kedua, pengajian di dalam mesjid tertutup. Bukan di stadion, bukan di lapangan sepak bola, bukan di TV, tapi untuk intern umat Islam menjelas pertanyaan tentang patung dan tentang kedudukan Nabi Isa AS untuk orang Islam dalam Quran dan sunnah Nabi SAW. Ketiga, pengajian itu lebih 3 tahun lalu, sudah lama, di kajian subuh, Sabtu, di Mesjid An-Nur Pekanbaru, karena saya rutin pengajian di sana, satu jam pengajian diteruskan dengan tanya jawab."

UAS mengatakan, bahwa pernyataan tentang salib itu ia sampaikan pada pengajian di Mesjid An-Nur Pekanbaru. Jadi, bukan disampaikan di ruang publik yang bersifat umum, tetapi di rumah ibadat umat Muslim itu sendiri, dan kepada orang-orang yang mengikuti pengajian itu yang notabene adalah orang-orang yang beragama Islam.

Ada pertanyaan dari umat yang hadir di situ: "Apa sebabnya, Ustaz, kalau saya menengok salib menggigil hati saya". Sebagai pemimpin umat, ya, wajar saja bila UAS memberikan jawaban yang sifatnya "mencegah" hal-hal yang mungkin bisa membuat umat Islam menjadi meninggalkan Islam karena melihat salib itu.

Hal itu tidak beda dengan kelas katekisasi di gedung gereja, misalnya. Dalam suatu diskusi ada katekumen (peserta katekisasi) yang mungkin menanyakan hal yang kurang lebih sama, misalnya: "Apa sebabnya, Pendeta, kalau saya mendengar suara azan menggigil hati saya?". 

Pada saat itu, Pendeta atau Penatua yang memberi pengajaran pasti akan memberikan jawaban yang menguatkan iman katekumen agar jangan karena hal itu iman mereka goyah. Bagaimana isi penjelasannya, itu bersifat intern. Itulah juga yang dilakukan dilakukan oleh UAS.

Berbeda halnya jika pernyataan UAS itu disampaikan di ruang terbuka atau di ruang publik dengan penjelasan tentang salib yang malah tidak sesuai dengan ajaran Alkitab. Dan, UAS mengatakan itu "di dalam mesjid tertutup ... untuk intern umat Islam".

Walau begitu, pada video itu terlihat ada mic di depan UAS, maka harus dicek, apakah volume pengeras suara itu terbatas hanya di dalam gedung atau seperti volume toa Mesjid pada umumnya yang terdengar sampai di kejauhan. Dan, apakah sejauh itu hanya ada umat Muslim?

Itu tugas aparat kepolisian untuk menyelidikinya, sebab itu sudah menjadi tanggung jawab mereka oleh adanya laporan masyarakat terkait itu.

Yang menjadi persoalan adalah video liputan pernyataan UAS tentang salib yang tidak sesuai Alkitab itu telah menjadi konsumsi publik!

3. Temukan Siapa Pengunggah atau Penyebar Video Tersebut!

Berdasarkan penjelasan UAS, bahwa pernyataannya yang direkam video itu terjadi pada 3 tahun lalu. Dengan demikian, itu tahun 2016. Lalu, mengapa video itu tiba-tiba beredar di tahun 2019 ini?

Nah, tidak usah berpanjang lagi, mohon pihak kepolisian segera menemukan siapa pemilik video tersebut dan siapa yang menyebarkan itu sehingga menjadi konsumsi publik.

Yang pasti, video itu direkam oleh orang yang hadir pada saat pengajian itu. Dan, karena UAS mengatakan "intern umat Islam", maka perekam video itu kuat dipastikan adalah beragama Islam.

Kalau dia menyebarkan itu kepada sesama kaum Muslim, ya, wajarlah, karena pernyataan itu adalah pengajaran dari pemimpin umat mereka. Namun, bagaimana video itu akhirnya bisa sampai ke orang Kristen? Lalu, mengapa ia membagikan video itu ke orang Kristen? Apa maksud dan tujuan dia melakukan itu?

Atau, bisa juga, video itu dibagikan di media sosial, lalu ada orang Kristen yang menonton dan dialah yang membagikan video itu ke sesama orang Kristen dan akhirnya terus menyebar dari orang Kristen ke orang Kristen lainnya.

Namun, tetap pertanyaanya sama, yakni apa maksud si pemilik akun mengunggah video itu hingga menjadi tayangan yang bisa dilihat orang banyak? Kalau itu dikhususkan untuk kalangan Islam, maka seharusnya postingan itu tidak bersifat publik, melainkan khusus, seperti pada Facebook, ada pengaturan untuk bisa memilih apakah postingan bisa dilihat oleh publik atau khusus.

Inilah yang harus diselidiki, sebab jangan sampai tujuan mempublikasikan video itu adalah untuk memprovokasi umat Kristiani dan berharap umat Kristiani akan bereaksi, termasuk salah satunya dengan melaporkan UAS ke pihak berwajib. Kemudian mulailah lagi gelombang protes dari kelompok tertentu dengan slogan andalan "kriminalisasi ulama". Dan, demo lagi.

Umat Kristen harus mewaspadai dan tidak terpancing upaya-upaya provokasi dalam bentuk apa pun dari pihak-pihak yang tidak ingin NKRI bersatu teguh, rukun, dan damai. Kita harus mendidik pikiran kita untuk memandang segala perkara dengan BERHIKMAT. Berhikmat dalam menilai zaman dan berhikmat dalam menilai setiap perkara yang dihadapkan kepada kita.

"Salib" di bibir Ustad Abdul Somad bukanlah salib Yesus Kristus. Umat Kristen tidak percaya kepada simbol salib. Kami percaya kepada Yesus yang tersalib, mati, dan bangkit!

Sekali lagi, salib yang kami imani itu bukan di dinding atau di gunung atau yang ditempel di gedung gereja! Salib Yesus itu di darah dan daging kami!, dan Yesus Kristus di hati kami! Bukan di patung! Juga bukan di palang kayu salib buatan manusia!

Sekian dari saya.

Salam. HEP.-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun